Rabu, 05 Desember 2012

Sayangilah Ibu Dialah Manusia Yang Sangat Mulia


=== Sayangilah Ibu Dialah Manusia Yang Sangat Mulia ===

Bismillahirrahmanirrahim

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda :

“Doa orang tua untuk anaknya bagaikan doa nabi terhadap umatnya .”(HR.Ad Dailami)

Ibu adalah orang tua kita. Maka sesungguhnya doa ibu untuk anaknya seperti doa nabi kepada Umatnya.
Hal tersebut harus di yakini agar senantiasa mendapatkan doanya. Keyakinan inipun dapat memotivasi kita agar
berbakti kepadanya.

Dalam sebuah hadits di sebutkan :
“ Seseorang datang kepada Rosulullah Shallahu ‘Alaihi wa sallamdan bertanya,”Wahai Rosul, siapakah orang yang paling berhak aku layani(patuhi)?” Rosulullah menjawab,”Ibumu!” ia bertanya lagi”Kemudian siapa lagi?” Rosulullah menjawab,”Ibumu!” ia bertanya lagi,”Siapa lagi?” Rosulullah menjawab,”Ibumu.” Ia bertanya lagi,” Kemudian siapa?” Rosulullah menjawab,”Bapakmu.” (HR.Bukhori-Mus­lim)

Tanpa mengesampingkan jasa ayah, dalam hadits diatas Rasulullah menyebut kata ”Ibu” sebanyak tiga kali.
Ini berarti bahwa peran ibu sangat berjasa kepada anak-anaknya, meskipun ayahpun berjasa kepada kita.

Mengapa di dunia ini ibu adalah manusia yang paling mulia, setelah itu bapak..? Apa yang menjadi alasan sehingga doa ibu menyimpan kekeramatan..?

Pertama:
Ibu adalah sosok wanita yang luar biasa sehingga memiliki karomah dalam berdoa.
Ibu sangat berjasa untuk membentuk generasi penerus. tentu saja peran ayah juga ikut mendukung. Namun ibu adalah orang yang paling dekat dengan anaknya.

Pikirkan..! Mulai dalam kandungan hingga lahir seolah-olah tak terpisahkan.
Ibu senantiasa mendampingi kita dengan sabar dan dengan tangannya yang lembut. Ia mengajari kita berjalan. Ia pun mengajari agar kita bicara.
Ibu betul-betul wanita yang sabar betapapun sepanjang hari tingkah laku kita menjengkelkannya, namun ibu mau mengerti. kasih sayang ibunda yang tulus ini tidak pernah terputus. Padahal kenakalan kita berulang-ulang.

Kedua:
Sembilan bulan ibu mengandung lalu melahirkan kita.
Inilah yang dijadikan alasan mengapa doa ibunda menyimpan karomah. kata”Karomah” dapat dipahami membawa beban yang berat. Bayangkan sekian lama kesana kemari membawa janinnya. Bertambah bulan bertambah besar dan menyulitkan untuk bergerak. Di buat tidur susah di buat duduk pun pinggang terasa tidak nyaman. Namun karena ALLAH memberikan fitrah di dalam dirinya berupa kasih sayang, maka keadaan yang demikian itu tidak terlalu membuatnya menderita.

Ketiga:
Ibu adalah sumber kehidupan. ketika kita di dalam janin. Lewat plasenta secara naluri ibu mentransfer zat makanan ke tubuh kita. Bayi di dalam kandungan bergantung kepada ibu.

Ketika ibu stress, maka janin terpengaruh.

Ketika ibu kesehatannya menurun dan kekurangan gizi, keadaan janinpun ikut tidak sehat.
Tiada ibu maka tiada pula kita, meskipun bapak juga sangat berperan terhadap keberadaan kita.
Namun ibulah yang mengandung dan melahirkan.

Keempat :
Ibu adalah orang pertama yang mengenalkan dunia. Tidak terbayangkan, seandainya begitu kita lahir ke dunia kemudian di buang ke hutan dan dipelihara orang utan. Tentu kita tidak akan menjadi manusia beradab.
Tetapi karena kita dipelihara ibu, maka kita dapat mengenal dunia dan menjadi manusia beradab.

Ibu adalah orang pertama yang mengenalkan dunia kepada kita ia dalah guru pertama. Dengan sabar ia mengajari kita mengenal hitam, putih, kuning dan merah.
Dengan telaten ia mengajari kita untuk tersenyum dan berbicara. Dari sentuhannya yang lembut dan dingin dia membimbing kita sehingga bisa berangkat dan berjalan.

Oleh karena itu marilah saudaraku, selagi masih ada waktu kita muliakan Ibu dan Bapak kita, bahagiakan selalu mereka, jangan sampai kita meneteskan kedua matanya dengan air mata karena perbuatan kita atau kedurhakaan kita.

Wallahu a'lam bish-shawab ...

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah untuk semua teman-teman ,,,,, renungkanlah ,,,,,

Selasa, 04 Desember 2012

SUJUD TILAWAH....

> Bacaan Sujud Tilawah, Sujud Sahwi, & Sujud Syukur

~ Sujud tilawah
yaitu sujud karena membaca atau mendengar ayat-ayat Al-Qur'an tertentu, yakni yang dinamakan ayat-ayat sajadah. Bacaan sujud tilawah:

سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.”

Artinya:
"Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta."

~ SUJUD SAHWI
Sujud sahwi yaitu sujud yang dilakukan orang yang shalat, sebanyak dua kali untuk menutup kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan shalat, baik kekurangan raka'at, kelebihan raka'at, atau karena ragu-ragu yang disebabkan karena lupa. Bacaan sujud sahwi:

سبحان الذي لا ينام ولا يسهو

"Subhaa nalladzi laa yanaa mu wa laa yas hu"

Artinya:
“Maha Suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”

~ SUJUD SYUKUR
Sujud syukur yaitu sujud yang dilakukan karena kita menerima kenikmatan atau mendengar berita yang menggembirakan. Bacaan sujud syukur:

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبِّي حَقَّا حَقَّا، سَجَدْتُ لَكَ يَارَبِّ تَعَبُّدًا وَرِقًّا. اَللَّهُمَّ اِنَّ عَمَلِي ضَعِيْفٌ فَضَاعِفْ لِي.
اَللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تُبْعَثُ عِبَادُكَ وَتُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

"Subhânakallâhumma Anta Rabbî haq-qan haqqâ, sajadtu laka yâ Rabbî ta-’abbudan wa riqqâ. Allâhumma inna ‘amalî dha’îfun fadha’i lî. Allâhumma qinî ‘adzâbaka yawma tub’atsu ‘ibâduka wa tub ‘alayya innaka Antat tawwâbur Rahîm."

Artinya:
"Maha Suci Engkau. Ya Allah, Engkaulah Tuhaku yang sebenarnya, aku sujud kepada-Mu ya Rabbi sebagai pengabdian dan penghambaan. Ya Allah, sungguh amalku lemah, maka lipat gandakan pahalanya bagiku. Ya Allah, selamatkan aku dari siksa-Mu pada hari hamba-hamba-Mu dibangkitkan, terimalah taubatku, sesunguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang."


Dikumpulkan dari berbagai sumber

Roza'

Berharap Rahmat Alloh SWT



Diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud ra bahwa Rosululloh SAW bersabda:

الفاجر الراجي رحمة الله تعالى اقرب الى الله تعالى من العابد المقنط

Orang yang bermaksiat dengan senantiasa mengharap rahmat Alloh SWT lebih dekat kepada Alloh daripada ahli ibadah yang memutuskan rahmat-Nya.

Hikayat

Diriwayatkan oleh Zayd bin Aslam dari Sayyidina 'Umar ra, bahwa pada masa umat terdahulu ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Alloh SWT. namun orang tersebut memutuskan rahmat Alloh bagi orang lain. Setelah meninggal dunia, orang tadi bertanya kepada Alloh, "wahai Tuhanku, apa bagian yang telah Engkau siapkan untukku?" Alloh menjawab "neraka". Lalu ia bertanya lagi "lalu di mana ibadah dan kesungguhanku menyembah-Mu". Alloh menjawab "di dunia engkau telah memutuskan rahmat-Ku bagi orang lain, maka hari ini Aku memutuskan rahmat-Ku bagimu".

Walloh a'lam bish showab

Senin, 03 Desember 2012

KISAH UMAR YG LUAR BIASA -

Dalam riwayat al Darimi diterangkan bahwa seorang wanita tua itu kemudian meminta Umar untuk berhenti. Umar pun mendekat dan menundukkan kepalanya demi mendengarkan wanita tersebut berbicara. Selanjutnya wanita itu memberi wejangan, Bertakwalah engkau kepada Allah dalam mengurus rakyat. Ketahuilah, barangsiapa yang takut akan ancaman Allah maka yang jauh (hari akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian, maka ia akan khawatir kehilangan kesempatan.

Taqwa disini artinya mentaati perintah Allah SWT, patokannya para shahabat. Jd Artinya taat sama perintah Allah SWT dlm Quran dan Sunnah, alias syariat Islam.

Saat itu Para sahabat yang berdiri bersama Umar kemudian bertanya, Wahai Amirul Mukminin, engkau telah menghentikan sekian banyak orang (ikut berhenti karena tidak mau mendahului umara) demi wanita renta ini?

Umar Menjawab : DEMI Allah andaikan dia berdiri sampai malam, maka aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk shalat. Begitulah komitmen Umar Radhiyallahu anhu untuk setia mendengarkan taushiah (nasehat) wanita renta di pinggir jalan. Padahal ketika itu Umar adalah seorang khalifah. Khalifah itu pemimpin dunia Islam, bukan negara, atau kerajaan yang dinamakan sultan dsb.

Siapa pun yang mengetahui kisah ini akan semakin kagum kepada Umar. Ia rela menghentikan langkahnya, lalu mendengar dengan seksama petuah wanita itu meski dalam waktu lama. Ini adalah teladan luar biasa yang tidak banyak dilakukan manusia, apalagi orang yang merasa telah menempati posisi terhormat di masyarakat.

[ Al Qur'an ] Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(Al-Araf [7]: 179)

Hikmah dari kisah dan dalil itu ialah bahwa :

Tersumbatnya informasi langit berakibat fatal. Manusia bisa gagal menjadi baik.

Jadi, Allah Yang Maha Bijaksana tidak pernah menutup pintu informasi tersebut bagi hamba-Nya. Inilah yang diterangkan Allah Taala dalam al-Quran:

Sesungguhnya mahluk bergerak yang bernyawa yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar.(Al-Anfal 8: 22-23)

Setiap informasi dari kitabullah dan hadist, sunnah para Nabi, Shahabat, Tabiin yang berkilau telah terjamin mengenai peluang kebaikan didalamnya, itulah sebenarnya temuan paling berharga.

Terlebih dizaman ini, jadi tidak mengherankan bila Allah Ta ala menyebutkan bahwa sikap ambisius untuk berburu INFORMASI kebaikan dengan menyeleksi secara seksama setiap ucapan tentang PETUNJUK ALLAH adalah ciri pertama kepribadian para hamba-Nya.

Hidayah Barang Termahal, Pencariannya harus serius melebihi aktifitas apapun didalam kehidupan, berjuang dalam ketaatan yg mengikuti para Nabi-Shahabatnya barulah Allah akan menunjukkan dan membukakan hatinya, Cahaya kedalam dada seseorang.

Cara Meningkatkan IQ Bayi


Meningkatkan IQ atau kecerdasan anak menurut para ahli kesehatan bisa dimulai sejak masih di dalam kandungan.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan intelegensia anak seperti dikutip dari Parents Indonesia:

Berbicara dengan bayi

Bayi yang sedang berkembang di rahim bisa mendengar suara yang terjadi di luar rahim setelah usia 23 minggu. Bayi dalam kandungan memiliki kemampuan mendengar yang terbatas, tapi dia dapat membedakan suara ibunya.

Pakar kesehatan dari NYU Brain Research Laboratories sepakat bahwa memerdengarkan musik yang menenangkan atau membaca puisi kepada bayi saat masih berada rahim dapat meningkatkan kemampuan menulis, membaca, dan bahasa si anak saat sudah lahir.

Makan dengan benar

Memilih makan yang tepat dan sehat tidak hanya akan menguntungkan ibu hamil tetapi juga memiliki dampak positif pada perkembangan bayi. Makanan yang mengandung lemak omega-3 (nabati) dan turunannya (DHA) bisa meningkatkan perkembangan otak bayi.

Ikan berlemak seperti tuna, salmon, dan ikan haring, minyak ikan dan hati mengandung omega-3 yang tinggi. Sedangkan unggas dan kuning telur dianjurkan untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan DHA. Makanan tinggi asam folat, seperti jeruk, brokoli, hati, sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan bisa menghilangkan risiko cacat saraf otak dan tulang belakang.

Senin, 05 November 2012

10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius



10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius  
Peradaban manusia telah mengalami perubahan dari masa ke masa, peninggalan peradaban berupa bangunan, perabotan, benda seni, struktur kota, dan banyak lagi. Kesemuanya sarat akan nilai eksotisme yang luar biasa. Dari segi arsitekur pun bisa kita lihat, megah, rumit dan detail yang terkonstruksi menjadi sebuah mahakarya nan mengagumkan. Tetapi, masih ada pertanyaan tentang beberapa peradaban yang masih terselubung misteri. Diantaranya, bagaimana cara mereka membangun struktur? Bagaimana pola sosialisasi mereka? Dan mengapa mereka punah? Poin – poin inilah yang hingga kini masih menjadi bahan kajian para peneliti, guna menemukan titik terang, hingga terlihat jelas seperti bangunan peninggalan mereka yang bisa kita nikmati dengan mata telanjang. Berikut adalah sepuluh peradaban besar yang punah secara misterius : 1. Suku Maya 1104 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Suku Maya adalah contoh klasik dari peradaban yang benar – benar hilang. Menyisakan monumen, kota – kota dan ruas jalan yang tertutup rerimbunan hutan Amerika Tengah. Bahasa dan tradisi suku Maya masih bertahan hingga kini, mengalami puncak kejayaan di awal Masehi. Arsitektur, pertanian yang membentang dari Meksiko, Guatemala dan Belize, ragam ilmu pengetahuan yang canggih adalah ciri dari kemajuan Suku Maya. Peradaban Maya mengalami penurunan secara misterius sekitar tahun 900, beberapa ahli merujuk pada perubahan iklim yang berkombinasi dengan perang dan berakibat kelaparan serta eksodus. 2. Sungai Indus 283 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan sungai Ghaggar Hakra sekitar tahun 2800-1800 SM yang sekarang merupakan wilayah Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa. Diperkirakan 5 juta orang atau hampir 10 persen dari populasi dunia tinggal disini. Mirip seperti Suku Maya, peradaban Indus diduga punah akibat perubahan iklim yang menyebabkan sedikitnya curah hujan dan kekeringan. 3. Pulau Paskah 359 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Pulau Paskah (Easter Island) adalah sebuah pulau di Pasifik Selatan yang dimiliki Chili. Pulau Paskah terkenal dengan patung-patung membisu yang berdiri di sepanjang garis pantai, didirikan oleh masyarakat Rapa Nui antara abad ke-10 dan abad ke-16. Pulau ini kemudian ditemukan oleh navigator Belanda Jakob Roggeveen, pada 1722 tepatnya pada hari Minggu Paskah. Inilah mengapa pulau ini dinamakan Pulau Paskah. Pulau Paskah telah merosot secara drastis selama 100 tahun sebelum kedatangan Belanda, dikarenakan kelebihan jumlah populasi, penggundulan hutan dan eksploitasi pulau dengan sumber daya alam terbatas. 4. Catalhoyuk 441 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Sering disebut kota tertua di dunia, Catalhoyuk adalah peradaban besar dengan bangunan dan sistem pertanian yang berkembang sekitar 9000 tahun yang lalu di wilayah Turki. Masyarakatnya hidup sebagai petani, mulai dari gandum hingga kacang almond. Mereka terbiasa menghiasi pintu rumah dengan tengkorak banteng dan mengubur kerangka leluhur dibawah lantai. Hingga kini, penyebab kepunahannya belum juga diketahui. 5. Cahokia 528 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Cahokia adalah puncak tertinggi, atau mungkin asal-usul budaya yang oleh para ahli antropologi dinamakan budaya Mississippi. Sekumpulan masyarakat petani yang mencakup Amerika Tengah-Barat dan Amerika Tenggara, sejak sebelum tahun 1000 dan mencapai puncaknya pada sekitar abad ke-13. Situs Cahokia mempunyai luas 8.9 kilometer persegi, meliputi 120 gundukan buatan yang berfungsi sebagai area tempat tinggal. Diperkirakan berpenduduk sekitar 15.000 jiwa. Padatnya populasi, kerusakan hutan, penyakit dan pertikaian adalah penyebab musnahnya perdaban ini. 6. Gobekli Tepe 626 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Göbekli Tepe Merupakan Kuil Kuno di Turki Timur Selatan, di Provinsi Sanliurfa di dataran Harran menuju Suriah di dekat salah satu jalur Efrat. Peradaban kuno pada tahun 9.000 SM, atau 7000 tahun lebih tua daripada pyramid, sphinx, mahenjo daro dan stonehenge. Situs ini ditinggalkan saat pasokan air disekitarnya mengering. 7. Angkor 722 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Kerajaan kamboja masa kinidapat dikatakan sebuah representasi sejarah peradaban Angkor masa lalu. Bagi rakyat Kamboja Angkor Wat bukan saja sekedar simbol, lebih dari itu bahkan angkor menjadi sebuah penanda dan kebanggaan yang dilambangkan pada bendera kerajaan kamboja kini. Keunikan dan kemasyuran Situs Angkor yang tersebar hampir di 230 kilometer persegi merupakan hal yang sangat menarik untuk dikunjungi. Komplek candi yang dibangun oleh dinasti Raja Jayavarman II (802-850) sejak abad ke 9 masehi pada awalnya merupakan satu kompleks candi yang didedikasikan untuk keagungan Dewa Wisnu. Penyebab kepunahan diperkirakan akibat perang dan bencana alam. 8. Gunung Turquoise 820 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Dibangun di wilayah Afghanistan sekitar tahun 1100, sebuah daerah kosmopolitan yang terdiri dari beragam pemeluk agama termasuk Muslim, Kriten dan Yahudi. Mereka hidup harmonis selama ratusan tahun. Sisa dari peradaban ini adalah Menara Jam berarsitektur cantik, tersusun dari batu bata berwarna kuning. Belum diketahui penyebab punahnya peradaban ini. 9. Niya 914 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Terpencil di sebuah gurun provinsi Xinjiang, China. 1.600 tahun yang lalu, Niya adalah kota berkembang di wilayah oase lintasan Jalan Sutra, rute perdagangan yang menghubungkan Cina, Asia Tenggara, Afrika dan Eropa. Para arkeolog telah menemukan banyak benda berharga yang pernah menghiasi rumah-rumah kayu dan kuil, terkubur dalam pasir gurun. Niya ditinggalkan karena rute perdangan mengalami perubahan, saat para pedagang lebih memilih menggunakan jalur laut. 10. Nabta Playa 1011 10 Peradaban Yang Hilang Secara Misterius Sekitar tahun 7000 – 6500 SM, sebuah perkotaan muncul di wilayah gurun Sahara, Mesir. Mayoritas penduduk bekerja sebagai peternak dan pengrajin keramik. Peninggalan penting dari Nabta Playa adalah sebuah susunan batu membentuk lingkaran, diduga batu tersebut dipergunakan untuk kegiatan astronomi. Diduga wilayah tersebut merupakan wilayah yang cukup subur dan terdapat danau, perubahan iklim menimbulkan pergeseran pola hujan dan menyebabkan kekeringan.

Read more at http://uniqpost.com/44237/10-peradaban-yang-hilang-secara-misterius/

Selasa, 20 Maret 2012

Gedung Ormas Islam Kab.Bandung Akhirnya Akan Diresmikan

Gedung Ormas Islam Kab.Bandung Akhirnya Akan Diresmikan

RUMUS 3 M BUAT PENGUSAHA

Bisnis itu dijalankan tiga hal. Pasar, manajemen, serta modal. Saya menyebutnya dengan 3 M, yakni market, management dan money.
Lihat dan pelajari dulu pasar sebelum menjalankan bisnis. Produk bisa diciptakan, namun pasarnya belum tentu tersedia. Kalau tidak ada pasar, apa yang bisa dibisniskan? Namun bisnis lebih gampang ditekuni bila pasarnya sudang membentang.
Produk ada dan market tersedia, tapi harus ada yang menjalankan bisnis. Maka  bisnis harus ada manajemen. Bisnis tidak akan berjalan tanpa manajemen.
Yang juga penting adalah dana atau modal. Jika ada dana, bisnis pasti bisa dijalankan. Tiga M ini menjadi satu kesatuan. Harus terpenuhi semuanya. Satu hilang, sulit menjalankan bisnis.
Namun tiga hal ini hanya modal dasar menjalankan bisnis. Boleh dibilang 3M adalah basic level berbisnis. Bila ingin berkembang besar dan bertahan lama, perlu support lain, terutama adalah values atau nilai-nilai yang dikembangkan dalam perusahaan. Jadi, menjalankan bisnis perlu rumus 3 M plus values.
Sebutlah nilai mengenai kejujuran, menjaga kepercayaan, keterbukaan dan pelayanan baik bagi pelanggan. Masa depan sebuah bisnis, menurut saya, bergantung pada bagaimana kita menjalankannya secara jujur maupun menjaga kepercayaan.
Silakan saja mengambil untung besar walau dengan cara menipu. Tapi, apakah konsumen nanti akan mau setia bila tahu dibohongi?
Bisnis semacam apa yang  bertujuan saling mencurangi dan tidak didasari rasa saling percaya? Justru poin utama membangun bisnis adalah membangun kepercayaan, baik kepada shareholder, di internal perusahaan, maupun kepada pelanggan.
Demikian pula dengan keterbukaan dan pelayanan pelanggan. Sebenarnya, tidak sulit melayani konsumen, terutama konsumen Jakarta. Mereka lebih toleran dan memahami kesulitan kita.
Setiap perusahaan pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi jangan sengaja dibuat salah sehingga merugikan konsumen.
Kalau ada kesalahan beri kepastian mengenai perbaikannya. Misalnya pengantaran sepeda motor. Jalan di Jakarta begitu macet, sehingga sulit memprediksikan berapa waktu tempuh untuk mengantarkan sepeda motor pesanan konsumen.
Kultur kita kepastian. Kalau kita tidak bisa datang jam 14.00 WIB, ya, bilang tidak bisa datang jam segitu. Konsumen Jakarta pasti maklum, asalkan diberitahukan terlebih dahulu. Pengalaman selama ini, 99% konsumen bisa menerima hal ini.
Nah, bisnis yang menjunjung tinggi nilai-nilai ini hampir pasti akan awet dan berkesinambungan. Prospek di masa mendatang juga lebih cemerlang.
Tugas utama seorang pemimpin adalah menanamkan nilai-nilai perusahaan, sekaligus menjaganya. Urusan rutin operasional serahkan saja pada para profesional yang kita miliki.
Namanya menanam, pasti harus dari awal. Di tahap orientasi karyawan baru, misalnya, kita harus tampil menanamkan nilai-nilai itu serta mengarahkannya. Tidak bisa nilai-nilai itu hanya ditulis dan ditempelkan di dinding seolah-olah semua bisa membacanya dengan sendirinya.
Setelah menanam nilai, giliran kita merawat atau menjaganya. Tahap ini saya pikir lebih sulit daripada menanamkan nilai. Perlu contoh dari pemimpin agar semua melihat atasannya memiliki komitmen menjaga dan menegakkan nilai-nilai baik dalam perusahaan.
Oleh: Robbyanto Budiman
Sumber: Kontan

YUSUF MANSYUR AJAK INDONESIA MENGAJI

Sebagai ustad yang concern dengan pembibitan penghafal Al-Quran, ustad Yusuf Mansyur memang selalu mengembangkan lembaga yang diasuhnya PPPA (Program Pembibitan Penghafal Al-Quran) Daarul Quran yang sud...ah memasuki tahun ke-5.

Banyaknya permintaan untuk menyelenggarakan acara menyimak Al-Quran di berbagai daerah, Yusuf Mansyur pun akhirnya mengadakan Indonesia Menyimak Quran. Berlangsung di Masjid Agung At Tin di Taman Mini, Jakarta Timur dari tanggal 16-18 Maret 2012, Indonesia Menyimak Quran dihadiri ribuan jamaah dari berbagai daerah.

"Kalau ini Alhamdulillah yah, jamaah kita semangat banget padahal acaranya dari pagi. Semenjak tanggal 16 sampai hari Minggu. Alhamdulillah stamina masyarakat bagus, bahkan peminatnya banyak. Masyarakat dari daerah pada datang berbus-bus. Dari Jawa Tengah, Lampung, Palembang, Subhannallah. Mudah mudahan ini menandakan bahwa banyak yang cinta akan Al-Quran," papar ustad Yusuf Mansyur.

Minimnya perhatian masyarakat terhadap Al-Quran belakangan ini yang membuat Al-Quran terlupakan. Oleh sebab itu, dalam kesempatan itu, Yusuf menghimbau kepada masyarakat untuk meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran.

"Yah kitanya gak ada perhatiannya dengan Quran dan itu yang menjadi kita sulit menyimak. Jadi padahal ini tinggal dengerin doang. Tapi susah karena gak ada waktu buat dengerin. Makanya dalam kesempatan ini, saya menghimbau kepada saya dan keluarga saya dan keluarga besar se-Indonesia untuk meluangkan waktu buat Al-Quran. Kalau tidak, maka kehidupan kita akan dilipat Allah sehingga kita sibuk aja, nggak ada waktu. Jadi luangkan waktulah buat Quran, buat Masjid. Insya Allah mudah-mudahan, kesusahan demi kesusahan Allah ganti dengan kesenangan," tutupnya. (kpl/aia)
Lihat Selengkapnya

Sabtu, 17 Maret 2012

Fakta Ilmiah Lailatul Qadar

Artikel tentang Lailatul Qadar ini bersumber dari karya Rajendra Kartawiria, Quranic Quotient Centre. Sebagian isi buku ini kemudian dipublikasikan di internet oleh Aulia Muttaqin dan beberapa sumber lainnya.

Manfaatkan malam Ramadhan untuk memperluas ilmu dan membangun keyakinan

Mengapa Ramadhan?

Dalam Islam kita mengenal adanya 4 bulan suci, yaitu Dzulka’idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Ramadhan yang berarti panas pun tidak termasuk sebagai bulan suci. Mengapa Ramadhan dipilih untuk puasa sebulan penuh?


Dalam ilmu astronomi, Radiasi Matahari memiliki siklus 11 tahunan. Tahun 2007 sendiri merupakan akhir dari siklus ke 23 sejak pengamatan pertama pada abad 18.

Bumi dilindungi Magnestosphere, sehingga dampak badai radiasi bukan terjadi pada sisi bumi yang menghadap matahari (siang hari).

Saat badai radiasi matahari datang, dampaknya terasa pada bagian bumi yang membelakangi matahari (malam hari).

 Radiasi di malam hari mempengaruhi tingkat getaran otak.
Radiasi dan gravitasi bulan purnama meningkatkan permukaan air laut dan kehidupan makhluk laut di malam hari. Juga menarik air dalam membran otak dan lebih menggetarkan sel-sel otak. Getaran sel otak menggambarkan tingkat kesadaran dan aktivitas otak.

Umat muslim dianjurkan puasa sunnah 3 hari “shaumul biidh” pada saat terang bulan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Hijriyah dan menghidupkan malam-malamnya.

Tingkat radiasi bervariasi 0-100,000 dan di skala S1-S5 oleh NOAA.

Berdasarkan pengamatan, radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 terjadi 10 kali dalam satu siklus 11 tahunan, atau terjadi setiap 13 bulan sekali. Radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 ini digolongkan dalam skala S3, dan mulai berbahaya bagi manusia sebesar 1 chest x-ray.

Radiasi dengan siklus 11,7 bulan (1 tahun hijriyah) adalah sebesar 800 MeV particles s-1 ster-1 cm-2.

Mengarah pada hipotesa malam Lailatul Qadar Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (QS Al Qadr 97:3)

 Building Block …
  1. Siklus satu tahunan (hijriyah) bernilai 1000 x bulan purnama
  2. Malam yang nilainya 1000 bulan purnama adalah Lailatul Qadr
  3. Lailatul Qadr terjadi di bulan Ramadhan
  4. Jadi siklus badai matahari yang berulang setiap satu tahunan (hijriyah) terjadi setiap bulan Ramadhan
Itulah sebabnya…
  1. Sejarah para nabi menunjukkan bahwa mereka senang merenungkan hakekat kehidupan, bertapa, pada setiap bulan Ramadhan.
  2. Secara umum wahyu-wahyu tentang ajaran agama yang membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi, banyak yang diturunkan di malam-malam bulan Ramadhan.
  3. Penataan ayat-ayat Al Quran ke dalam surat-surat seperti yang tersaji saat ini, dilakukan Nabi Muhammad pada malam-malam bulan Ramadhan.
  4. Umat muslim diajak untuk menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan
  5. Lebih utama adalah i’tiqaf di masjid pada 10 malam terakhir, pada malam-malam sebelum dan setelah Lailatul Qadr
Energi ekstra untuk pembelajaran di bulan Ramadhan…
  1. Untuk bisa mengaji malam Ramadhan dibutuhkan energi ekstra
  2. Kenyataannya puasa siang hari bukanlah menyebabkan tubuh kekurangan / kehabisan energi
  3. Justru puasa menghemat energi tubuh 10% karena tidak digunakan untuk mencerna makanan
  4. Energi yang dihemat ini sangat membantu pemahaman pelajaran di malam hari
Three in One di bulan Ramadhan…
  1. Efektif memahami Al Quran di malam hari
  2. Detoksifikasi dan Manajemen Energi di siang hari
  3. Kembali fitrah setelah berpuasa 28 hari berturut-turut
Manfaatkan malam-malam Ramadhan…
  1. Untuk dapat dengan mudah memahami makna kehidupan secara komprehensif dan benar, manfaatkan keenceran otak di kesunyian malam Lailatul Qadr
  2. Untuk mendapat pemahaman lebih luas, malam-malam di sekitar Lailatul Qadr juga oke (10 malam terakhir Ramadhan)
  3. Lebih oke lagi kalau dimulai malam pertama Ramadhan, mumpung siangnya berpuasa
  4. Hasil renungan malam ini harus dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari
  5. Nikmat hidup akan diperoleh jika kita berkontribusi positif kepada kehidupan dunia dengan berserah diri kepadaNya
  6. Nikmat kehidupan akhirat akan diperoleh bila kita mampu selalu menikmati dan mensyukuri kehidupan dunia

----------------------


 

TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DI BANTEN ABAD 19

Perwujudan Islam, meskipun berangkat dari sistem nilai yang berasal dari wahyu, menampakkan variasi dan keberagaman. Hal itu muncul sebagai bagian langsung dari interaksi Islam dengan struktur dan pola kultur masyarakat. Pada satu sisi, Islam sebagai doktrin dan pedoman harus memberikan jawaban terhadap berbagai persoalan yang timbul, sehingga masyarakat menemukan Islam sebagai pedoman yang ideal dan terbaik. Namun demikian, pada sisi lain, Islam harus menerima masukan dan pengaruh-pengaruh tertentu yang diakibatkan oleh pola pandangan dan penafsiran yang ada pada pemeluk Islam. Interaksi Islam dan pola kultur masyarakat yang demikian menghasilkan sebuah ketegangan yang pada gilirannya mempengaruhi corak perwujudan Islam itu sendiri.[1]
            Karena struktur dan pola kultur masyarakat beragam, maka interaksi Islam menghasilkan variasi tampilan Islam, keberagaman perwujudan Islam telah menghasilkan fitnah di kalangan umat Islam baik dalam bentuk konflik maupun pertempuran sesama umat Islam. Mengenai pembentukan faksi-faksi dalam Islam mendapatkan momentumnya ketika masing-masing membuat dan menawarkan konsep pemahaman dan penafsiran serta merumuskan karakteristik gerakannya.
            Dalam prakteknya masing-masing faksi atau mazhab, di samping mempunyai konsep dasar, ideologi dan karakteristik gerakannya. Sebagai bagian dari bentangan altar pembentukan dan perkembangan faksi-faksi dalam Islam, tasawuf mewakili sebuah kecenderungan sebagian umat Islam untuk menjalani dan memiliki kualitas keberagaman yang menekankan komunikasi langsung dengan Allah. Ia meliputi sebuah pengalaman spiritual yang memperioritaskan esensi keberagaman yang berpandu pada ranah emosi dan instuisi. Kehadiran tasawuf sebagai mazhab merupakan reaksi terhadap kuatnya tendensi rasionalisasi dalam Islam, utamanya dalam wilayah hukum dan teologi dengan menawarkan tendensi baru pada kebebasan dan peningkatan kualitas spiritual.
            Perkembangan awal tasawuf dilandasi dengan ekspresi natural dari respon individual muslim terhadap agamanya yang terkait dalam konfigurasi kolektif. Proses natural tersebut tercermin dari kebebasan seseorang untuk menggeluti agamanya dengan mengutamakan pemahaman kontempalatif, kontak dengan Tuhan dan ciptaan-ciptaan-Nya, keteraturan pelaksanaan ibadah dan akhlak mulia dan penguatan moralitas masyarakat. Pesan-pesan dasar al-Qur’an tentang kesalehan diwujudkan dalam bentuk dzikir, zuhud dan kecintaan total kepada Allah[2]. Tasawuf, dengan demikian, menawarkan model baru yang menekankan aspek batin dari ajaran Islam yang diwujudkan dalam pola-pola keterikatan batin dengan Tuhan dan perwujudan moralitas perilaku yang muncul dari padanya. Hal yang demikian, berbeda dengan model yang sudah ada yang menekankan aspek lahir dalam struktur hukum (fiqh).
            Proses pendalaman dasar-dasar substantif ajaran Islam sebagai tersebut dengan dipercaya sebagai masukan dari variasi budaya yang ada di wilayah teritori Islam membentuk sistem tasawuf. Sistem tasawuf pada awalnya tidak menekankan pada “philosophical system”, melainkan “the way of purification” (jalan penyucian diri). Ajaran dan praktek kesufian dengan sistem tertentu pada kenyataannya berkembang ke pelosok dunia Islam. Pada tahap inilah pola hubungan jalan penyucian mengeras dalam bentuk relasi guru murid. pertama menjadi sumber reformasi baik pandangan maupun praktek, sedangkan pihak kedua menjadi pengikat.[3] Jaringan mursyid-murid pada gilirannya membentuk konsentrasi di tempat-tempat dan cara-cara tertentu pula. Di sinilah fondasi dasar pembentukan tarekat.[4] Khanaqah dan Ribath[5] berkembang di mana-mana. Setiap tokoh memiliki khanaqah masing-masing.

Pada sisi lain, dengan pertumbuhan komunitas sufi yang berkumpul di sekitar masternya, sikap para ulama hukum (fiqh) mengalami perubahan mendasar. Kalau semula model sufisme dianggap sebagai gerakan yang menyimpang dan bertentangan dengan kebenaran Islam, berbagai kejadian konflik juga menghiasi kontak antara sufisme dan legalisme, pandangan dan sikap ulama berangsur-angsur berubah dan dapat menerima kehadiran komunitas tasawuf sebagai bagian dari kekayaan khazanah Islam. Al-Ghazali sangat berjasa dalam meletakkan kompromi dan jalan tengah pertemuan antara dua kutub yang saling bertentangan.[6] Pada sisi lain, kehadiran komunitas sufi semakin memberikan arti dan mendapatkan sambutan dari masyarakat karena mereka merasa mendapatkan kedamaian jiwa ditengah persoalan politik yang mengganggu peri kehidupan mereka.[7]
            Perkembangan tarekat semakin pesat memasuki abad 12 dan 13 M, tarekat menjadi institusi yang prestisius dan signifikan dalam peta perkembangan dan sejarah Islam. perkataan tarekat lebih sering dikaitkan dengan suatu organisasi tarekat, yaitu suatu kelompok organisasi yang melakukan amalan-amalan dzikir tertentu dan menyampaikan suatu sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh pemimpin organisasi tersebut.[8] Ada beberapa tarekat berdiri dan mengembangkan sayapnya ke-berbagai daerah, perkembangan tarekat itu antara lain diwakili oleh Abu Al-Najib Al-Suhrawardi, yang darinya nama tarekat Suhrawardiyah diambil. Al-Qadir al-Jilani; yang ajarannya menjadi dasar tarekat Qadiriyah; Najmuddin Al-Kubra, seorang tokoh sufi Asia Tengah yang produktif, pendiri tarekat Kubrawiyah dan sangat berpengaruh terhadap tarekat Naqsyabandiyah pada masa belakangan; Naqsyabandiyah sudah menjadi tarekat yang khas pada masa sufi yang memberi namanya, Baha’uddin Naqsyaban; anumerta pendiri tarekat Syattariyah, Abdullah Al-Syattar; dan tarekat Rifaiyah yang didirikan oleh Ahmad Rifa’i.[9]
            Perkembangan tarekat di Indonesia terus berlangsung sampai abad ke-19 sekalipun pemerintah Kolonial melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas para pengamal tarekat. Salah satu yang muncul di Indonesia pada abad ke-19 ialah tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
             Penyebaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang menekankan segi-segi batiniyah dari agama ini telah memainkan peranan yang amat penting dalam sejarah islamisasi. Dan yang sangat penting adalah membantu dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia.[10] Tarekat ini merupakan perpaduan dari dua buah tarekat besar yang berkembang di Nusantara, yaitu tarekat Qadiriyah dan tarekat Naqsyabandiyah. Suatu hal yang biasa dalam sejarah sufisme bahwa beberapa ulama mempraktekkan ajaran-ajarannya dari dua atau lebih tarekat yang berbeda. Demikian pula di Indonesia, tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah  tidak hanya sebuah kombinasi antara dua tarekat yang berbeda yang dipraktekkan secara bersama-sama, tetapi agaknya ia sendiri merupakan sebuah tarekat sufi baru.[11]
Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut diyakini paling efektif dan efesien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan perkataan para ulama arifin dari kalangan Salafus Shalihin
Di Indonesia, diyakini bahwa Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah pertama kali diajarkan oleh Syeikh Ahmad Khatib Ibn’ Abd Al-Ghaffar dari Sambas Kalimantan Barat yang bermukim dan mengajar di Mekkah pertengahan abad 19 dan wafat di sana pada tahun 1878.[12] Berbeda dengan guru-guru tarekat yang lain, yang mngajarkan berbagai tarekat di samping Qadiriyah, Syeikh Ahmad Khatib tidak mengajarkan kedua tarekat ini secara terpisah, tetapi sebagai suatu kesatuan yang harus diamalkan secara utuh. Syeikh Ahmad Khatib Sambas terkenal sebagai pemimpin sebuah tarekat sufi dan merupakan pakar dalam sufisme, tetapi di samping itu ia adalah seorang cendikiawan Islam yang menguasai berbagai lapangan pengetahuan Islam seperti Al-Qur’an, Hadist (tradisi Nabi), dan Fiqh (hukum Islam), dan menyalurkan pengetahuannya kepada banyak pelajar di Mekkah.[13] Dia memperoleh pengetahuan yang luas setelah belajar secara tekun sebagaimana diketahui bahwa setidaknya dia memiliki sembilan guru kenamaan di Mekkah yang menguasai bermacam-macam cabang pengetahuan Islam.[14]
Sebagai seorang mursyid yang kamil mukammil (guru sufi paling sempurna) Syeikh Ahmad Khatib sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi Tarekat Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada pusat penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah di kota suci Mekkah dan Madinah, maka sangat dimungkinkan ia mendapat bai’at[15] dari tarekat tersebut. Kemudian menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah dan mengajarkan kepada murid-muridnya khususnya yang berasal dari Indonesia.
Penggabungan kedua tarekat (Qadiriyah-Naqsyabandiyah) memiliki inti ajaran yang saling melengkapi, terutama jenis dzikir dan metodenya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan pentingnya syari’at dan menentang faham wihdatul wujud.[16] Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efesien. Disinyalir tarekat ini tidak berkembang di kawasan lain (selain kawasan Asia Tenggara).
Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah mursyid Tarekat Qadiriyah, di samping juga mursyid dalam Tarekat Naqsybandiyah. Tetapi ia hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Tarekat Qadiriyah saja, sampai sekarang belum ditemukan secara pasti dari sanad mana ia menerima bai’at Tarekat Naqsyabandiyah.
Untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas atas masalah ini, maka penting untuk didaftarkan silsilah dari tarekat sufi ini sampai pada Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Allah dan Jibril disebutkan dalam silsilah ini; kemudian diikuti oleh:
Muhammad Saw
‘Ali Ibn Abi Talib
Husayn Ibn Ali Talib
Zayn al-‘Abidin
Muhammad al-Baqir
Ja’far as-Sadiq
Musa al-Kazim
Abu al-Hasan ‘Ali Ibn Musa ar-Rida
Ma’ruf al-Karkhi
Sari as-Saqati
Abu al-Qasim Junayd al-Bagdadi
Abu Bakar asy-Syibli
‘Abd al-Wahid at-Tamimi
Abu al-Faraj at-Tartusi
Abu al-Hasan ‘Ali al-Hakkari
Abu Sa’id Makhzumi
Abd al-Qadir al-Jilani
Abu al-‘Aziz
Muhammad al-Hattak
Syams ad-Din
Nur ad-Din
Waly ad-Din
Husam ad-Din
Yahya
Abu Bakr
Abu ar-Rahim
Usman
Abd al-Fattah
Muhammad Murad
Syams ad-Din
Ahmad Khatib Sambas.[17]
Sebagai seorang guru, Ahmad Khatib Sambas mengangkat khalifah. Seorang murid yang telah mencapai taraf tertentu, menurut ukuran normatif seorang Syeikh, mendapat kewenangan untuk bertindak menjadi Syeikh. Di antara khalifah Syeikh Sambas di Indonesia, ada tiga orang yang dipandang menonjol: Syeikh Abdul Karim dari Banten, Syeikh Ahmad Hasbullah ibn Muhammad dari Madura, dan Syeikh Tolha dari Cirebon. Ketiganya dianggap sebagai orang yang paling berjasa dalam penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia, terutama di pulau Jawa dan Madura.
Di antara jasa para khalifah dalam penyebaran tarekat adalah perkembangannya yang mencapai beberapa negara tetangga, terutama Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam. Berjuta-juta pengikutnya tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya.[18] Proses penyebarannya khas, sebagai gerakan spiritual, telah membentuk pola ideologi para ikhwan jamaah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dalam warna tersendiri. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah menjadi salah satu aliran yang sangat terkenal di Indonesia. Ia dianggap tarekat terbesar dan terpopuler, terutama di pulau Jawa. Tarekat ini memang tidak dikenal di dunia Islam, selain di Indonesia. Di negara-negara Islam lainnya, hanya dikenal adanya Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah di samping ratusan tarekat lainnya.[19]
Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia. Dan yang sangat penting, adalah membantu dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan karena Syeikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri, tetapi para pengikut kedua tarekat ini ikut berjuang dengan gigih terhadap imperialisme Belanda, dan terus berjuang melalui gerakan sosial keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.
Secara historis, usaha penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia diperkirakan sejak paruh abad ke-19, yaitu sejak kembalinya murid-murid Syeikh Khatib al-Sambasi ke tanah air, setelah bermukim selama bertahun-tahun di Mekkah. Di Kalimantan, misalnya, Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah disebarkan oleh dua orang ulama, Syeikh Nuruddin dan Syeikh Muhammad Sa’ad. Karena penyebarannya tidak melalui lembaga pendidikan formal (seperti pesantren atau lembaga-lembaga formal lainnya), sebagian besar pengikutnya datang dari kalangan tertentu. Berbeda dengan Kalimantan, Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Jawa disebarkan melalui pondok-pondok pesantren yang didirikan dan dipimpin langsung oleh ulama tarekat. Oleh karena itu, kemajuan yang sangat pesat hingga kini merupakan tarekat yang paling besar dan paling berpengaruh di Indonesia.[20]
Pada tahun 1970, ada empat pondok pesantren yang penting sebagai pusat penyebaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di pulau Jawa yaitu: Pondok pesantren Mranggen di Semarang, di bawah bimbingan Syeikh Muslih. Pondok pesantren Rejoso di Jombang, di bawah bimbingan Syeikh Romli Tamim, di Rejoso mewakili garis aliran Ahmad Hasbullah. Pesantren Pagentongan di Bogor, di bawah bimbingan Syeikh Thohir Falak, dan Pondok pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, di bawah bimbingan Syeikh Ahmad Sahih al-Wafa Tajul Arifin (Abah Anom), di Suryalaya dan yang lainnya mewakili garis aliran Syeikh Abdul-Karim Banten dan penggantinya.[21]
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tersebut juga berkembang di daerah Banten. Keberadaan tarekat tersebut di daerah Banten dibawa oleh K.H. Abdul Karim pada pertengahan abad ke-19. Pengaruh dan kharisma yang dimilikinya, memungkinkan tarekat ini memiliki pengikut yang sangat besar, terutama sekali di Banten.  
Aliran Qadiriyah diperkirakan memasuki Banten pada abad ke-16 Masehi yang diperkenalkan oleh Hamzah Fansuri. Akan tetapi ketika itu belum mencapai momentum yang vital. Pada perkembangan selanjutnya, aliran Qadiriyah dengan jelas menandakan suatu kebangkitan Islam dalam arti yang sesungguhnya.[22]  Banten telah mengadakan kontak dengan Mekkah sejak pertengahan abad ke-19, dengan jalan mengirimkan berulangkali misi-misi untuk mencari informasi mengenai soal-soal keagamaan. Banten terkenal sebagai sebuah pusat Islam ortodoks, pengetahuan tentang agama dan cara hidup yang sesuai dengan ketentuan agama sangat dihargai.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang berkembang di Banten pada abad ke-19, dapat dipandang sebagai kelompok yang melibatkan komitmen total baik pemimpin dan anggota-anggotanya. Karena kedudukan dan kewibawaannya, maka para kyai tampil sebagai pimpinan yang kharismatik sehingga anggota-anggota tarekat yang tergabung di dalamnya sangat menghormati dan patuh terhadap gurunya.
Perkembangan ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Banten, yang sebagian besar para pengikutnya adalah petani, dapat dikategorikan menempuh tahap thaqah (pusat pertemuan sufi). Dalam tahap tersebut, Syeikh mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama di bawah peraturan yang tidak ketat.[23] Para petani yang mengikuti ajaran tarekat, pada umumnya tetap bekerja sebagaimana biasa, namun ada waktu tertentu bagi mereka untuk berkumpul bersama dalam mengikuti ajaran tarekat yang diajarkan oleh kyai.
Sebagaimana di ketahui dalam sistem kehidupan masyarakat tradisional, unsur mitos dan kepercayaan kepada kekuatan supernatural, kekeramatan masih kuat di anut. Karena itu kewibawaan seorang kyai, tokoh kharismatik bagi masyarakat Islam tradisional, tidak bisa dipisahkan dari unsur kekeramatan. Di samping itu, sebagai pemimpin keagamaan masyarakat tradisional, kyai menjadi tokoh sentral kepatuhan, panutan masyarakat dalam mekanisme kehidupan sosial, budaya bahkan tidak jarang ia memainkan peranannya sebagai tokoh politik
Di Banten Syeikh Abdul Karim memiliki seorang khalifah yang bernama kyai Asnawi dari Caringin, yang kharismanya telah dimanfaatkan oleh para pemberontak komunis di Banten pada tahun 1926.[24] Dan dilanjutkan oleh putranya, kyai Kazhim, yang mengajarkan tarekat ini di Menes (Labuan). Pengajaran tarekat ini sekarang dilaksanakan oleh putra kyai Kazhim yang bernama Ahmad. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah juga masih berkembang di Cibeber (Cilegon) yang pada waktu lalu diajarkan oleh Abd Al-Lathif bin Ali, sedang mursyidnya sekarang ialah kyai Muhaimi yang menerima ijazah melalui kyai Asnawi. Hingga akhir tahun 1988 kemenakan kyai Asnawi yang bernama kyai Armin masih menjadi khalifah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terkenal di Cibuntu (Pandeglang). Meskipun pertama kali mempelajari tarekat dari pamannya, kyai Armin mengaku telah belajar dari beberapa ulama di Mekkah dan Baghdad.

Ajaran dan Ritual Tarekat

Tarekat adalah salah satu unsur dari ajaran-ajaran Islam, yang menekankan pada segi batiniah. Ajaran Islam biasa dikategorikan secara umum menjadi aspek keimanan, keislaman, dan aspek ihsan atau akhlak. Adapun ajaran Islam yang menekankan pada aspek ibadah atau hubungan manusia dengan tuhannya, biasa juga diklasifikasikan dalam tingkatan: syari’at, tarekat, dan hakekat.[25] Dalam hal ini, tarekat sama maksudnya dengan syari’at, yakni suatu jalan atau cara untuk mencapai hakekat tuhan. Namun antara keduanya berbeda di dalam orientasi untuk menuju Tuhan,  dalam hal ini tarekat mengarahkan pada dimensi lahir.
Sebagaimana fungsi ajaran tarekat pada umumnya, zikir dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah merupakan teknik dasar dalam ritual para penganutnya atau latihan-latihan spiritual untuk mencapai tujuan “mengingat Allah” (zikrullah). Menurut Martin, praktek zikir semacam itu pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kesadaran kepada tuhan secara langsung dan permanen, tetapi sama-sekali bukan untuk mencapai penyadaran diri atau peniadaan diri.[26]
Sehubungan dengan ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas di dalam kitab Fath al-Arifin,[27] bahwa ada tiga ritual dasar dalam tarekat sufi ini. Yang pertama adalah membaca istigfar, yakni astagfir Allah al-Gafur ar-Rahim, dua puluh sampai dua puluh lima kali, kemudian diikuti pembacaan salawat, yaitu Allahumma salli’ala sayyidina Muhammad wa’ala alih wa sahbih wa sallim, dengan jumlah yang sama dengan istigfar. Yang ketiga adalah melakukan zikir dengan membaca la ilah ilaha Allah (tiada tuhan selain Allah), sebanyak 165 kali, setelah menunaikan shalat wajib lima waktu setiap hari.[28]  
Fat al-Arifin juga memberikan pengajaran untuk metode pembacaan “la Ilaha illa Allah”. Penyelenggaraan zikir harus diawali dengan melafalkan kata “la” sembari secara serempak membayangkan bahwa kata itu diambil dari bawah pusar ke-ubun-ubun kepala, dengan isyarat tarikan kepala ke kanan. Lalu dilanjutkan dengan menarik kalimat “ilaha”  ke bahu kanan, dan akhirnya dengan menggerakkan kepala ke kiri sambil menarik kalimat illallah disertai dengan hentakan yang seolah-olah ditusukkan ke jantung di dada kiri bawah. Zikir ini harus dilaksanakan dengan konsentrasi pikiran penuh. Sementara rumusan la maqsud illa Allah (tiada hasrat kecuali Allah) dibaca sembari menjaga pikiran maknanya. Kemudian terdapat tahap dimana seorang ahli membayangkan rupa syekh yang membantunya dalam tawajjuh (meditasi atau penyatuan ekstatik), yang berarti pengarahan hati terhadap tuhan, pada saat yang sama memohon rahmat dan petunjuk-Nya. Jika syekh benar-benar hadir di hadapannya selama beberapa detik, jika syekh tidak hadir, dia harus membayangkan rupa syekh dalam mata batinnya dan mencari bimbingan spiritualnya. Kemudian disebutkan bahwa zikir ini dikenal dengan zikr nafi isbat (zikir penyangkalan penegasan), dan dipraktekkan secara jahr (suara keras) dan sirr (dalam hati).[29] dan mengucapkan terima kasih kepadanya dalam hati, seraya membayangkan bagaimana karunia Allah dilimpahkan melalui Nabi dan Syeikh kepadanya.
Setelah menyelesaikan zikir menurut jumlah yang ditentukan, kemudian membaca “sayyidina Muhammad Rasul Allah salla Allah alayh wa Sallam” (penghulu kita Muhammad adalah Rasulullah, yang Allah berkati dan beri keselamatan). Kemudian membaca salawat, yaitu, “Allahumma salli ala sayyidina Muhammad salatan tunjina biha min jami’ al-ahwal wa al-afat” (Ya Allah berkatilah penghulu kami Muhammad yang dengan beliau engkau menyelamatkan kami dari segala bencana dan kehancuran), ritual ini diakhiri dengan membaca Surat al-Fatihah.[30]
Martin menunjukkan bahwa ritual dasar ini betul-betul dipengaruhi oleh tarekat Qadiriyah, terutama berkenaan dengan gerakan-gerakan tubuh ketika melakukan zikir. Pengaruh tarekat Naqsyabandiyah atas ritual ini juga substansial. Pengaruh pertamanya adalah atas konsentrasi tentang lata’if, yakni organ-organ fisik dengan mana manusia dilengakapi demi pelaksanaan zikir. Martin berpendapat bahwa lata’if yang digunakan Syeikh Ahmad Khatib Sambas dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, tidak dikenal dalam tarekat Qadiriyah, bahwa istilah tersebut dipinjam dari tarekat Naqsyabandiyah.
Fat al-‘Arifin menggambarkan sepuluh lata’if. Lima di antaranya adalah qalb (hati), ruh (ruh), sirr (batin), khafi (rahasia) dan akhfa’ (paling rahasia) dan yang dikenal sebagai alam al-amr (Alam perintah). Lima lata’if yang lain adalah nafs (kelembutan jiwa) dan empat unsur: air. Udara, tanah, dan api. Ini disebut alam al-khalq (Alam ciptaan).[31]
Di bawah ini adalah terjemahan dari Fat al-Arifin tentang lata’if yang dikutip oleh Al-Attas:
. . .kelembutan hati (latifah al-qalb) ada di bawah dada kiri, dua jari ke kiri, dan warnanya adalah kuning, dan ia adalah tempat kewenangan penghulu Adam, asalnya adalah air, udara, dan tanah. Kelembutan ruh (latifah al-ruh) terdapat di bawah dada kanan, dua jari ke kanan, warnanya adalah merah, dan ia merupakan tempat kewenangan penghulu kita Ibrahim dan Nuh, dan asalnya adalah api. Kelembutan batin (latifah as-sirr) terletak berlawanan dengan dada kiri, dua jari kearah dada, warnanya adalah putih, ia adalah tempat Musa dan asalnya adalah air. Kelembutan rahasia (latifah al-khafi) berlawanan dengan dada kanan, dua jari kearah dada, warnanya adalah hijau, tempat nabi Isa, dan asalnya udara. Kelembutan paling rahasia (latifah alakhfa)terletak ditengah dada, warnanya hitam, ia adalah tempat nabi Muhammad, dan asalnya adalah tanah. Kelembutan jiwa (otak) latifah an-nafs an-natiqah terletak di dahi dan seluruh kepala. [32]
 
Syeikh Ahmad Khatib Sambas mengajarkan zikir jahr (zikir yang diucapkan) dan zikir sirr atau khafi (zikir diam). Praktek zikir diam ini jelas adalah pengaruh lain dari tarekat Naqsyabandiyah, oleh karena tarekat Qadiriyah hanya mengajarkan zikir keras. Pengaruh kuat lainnya dari tarekat Naqsyabandiyah adalah tawajjuh atau rabitah Syeikh sebelum atau selama zikir. Muraqabah atau kedekatan spiritual, yang dijelaskan dalam Fat al-Arifin, adalah pengaruh lain dari tarekat Naqsyabandiyah. 
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengaruh yang sangat nyata dari tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terlihat pada daftar silsilah dalam Fath al-Arifin, karena hanya silsilah tarekat Qadiriyah yang didaftar. Silsilah tarekat Naqsyabandiyah tidak disebutkan. Pengaruh lainnya dari tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, terutama dalam manaqiban.[33] biografi Syeikh Abd al-Qadir al-Jailani selalu dibacakan, sedangkan biografi Syeikh Baha ad-Din an-Naqsyabandi tidak pernah dibacakan. Tampaknya, ini menjadi indikasi kuat bahwa tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah secara mendasar merupakan tarekat Qadiriyah digabungkan dengan praktek-praktek tertentu dari tarekat Naqsyabandiyah.


[1]  Lihat hasil laporan, M. Nafis, Peranan Tarekat Dalam Dinamika Dakwah Pada Abad Pertengahan Islam, hlm. 13-14.
[2] Lihat Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo  Persada, 1996), hlm. 29.
[3] M. Fudoli Zaini,  “Asal-usul Tarekat dan Penyebarannya di Dunia Islam,   dalam Akademika, Vol. 03 /07 /1998, hlm. 3-5
[4]Adapun yang mendorong lahirnya tarekat menurut Barmawie Umarie ada tiga hal yaitu: Karena dalam diri manusia sebenarnya memang ada bakat mengarah kepada kehidupan rohani; Timbul sebagai reaksi zaman yang anarkhis, misalnya akibat revolusi, kesewenangan kedhaliman dan sebagainya, yang kemudian mereka memilih kepada mengasingkan diri dalam dunia tarekat. Atau sekaligus gerakan tarekat dijadikan pelopor atau pioner dalam menghadapi situasi itu; karena orang jemu terhadap kemewahan dan kemegahan dunia. Lihat Barmawie Umarie, “Sistematika Tasawuf”,(Sala: Ramadhani,1961,), hlm. 116-117. Lihat juga hasil penelitian Slamet Khilmi “Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Kedungparuk Banyumas”, Kajian Historis dan Sosiologis, hlm. 2-4.
[5] Hanaqah merupakan tempat pertemuan para anggota sufi dengan dipimpin oleh seorang administrator. Sedangkan ribaht itu merupakan pembinaan spiritual di bawah bimbingan seorang guru sebagai model bangunannya yang relatif besar. Istilah-istilah itu merupakan padepokan sufi atau tempat pembinaan kerohanian masyarakat dalam kontek dunia Islam. Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, hlm. 65.
[6] Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, Jilid 3 (Jakarta:  Jambatani, 1993), hlm. 1209.
[7] M. Hasbi Amiruddin, “Tarekat: Sejarah Masuk dan Pengaruhnya Di Indonesia”, dalam Madaniya, No. 2. 2002, hlm. 15. 
[8] Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 135. 
[9] Lihat Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning,; Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 188.
[10] Mahmud Suyuti, Politik Tarekat, hlm. 54.
[11] Zulkifli, Sufi Jawa: Relasi Tasawuf-Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), hlm. 37-36.
[12] Mahmud Sujuti, Politik Tarekat, hlm. 52.
[13] Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 17-18.
[14] Kesembilan guru tersebut adalah: Syekh Dawud Ibn Muhammad al-Fatani; Syekh Syam ad-Din; Syekh Muhammad Salih Ra’is; Syekh Umar Abd ar-Rasul; Syekh Abd al-Hafiz ‘Ajami; Syekh Basir al-Jabiri; Sayyaid Ahmad al-Marzuki; Sayyid Ahmad al-Marzuki; Sayyid Abd Allah al-Mirgani; dan Syekh ‘Usman ad-Dimyati. Lihat Zulkifli, Sufi Jawa, hlm. 38-39.
[15] Bai’at dalam terminologi sufi ialah janji setia yang biasanya diucapkan oleh seorang murid di hadapan mursyid untuk menjalankan segala persyaratan yang telah ditetapkan oleh seorang mursyid dan tidak akan melanggarnya sesuai dengan syarat Islam. Yang menjadi landasan normative ialah surat Al-Fath ayat 10. Bai’at dijadikan acara ritual resmi setelah seseorang menjadi anggota tarekat, yang selanjutnya dijadikan bentuk ikatan setia kepada mursyid dan ajaran-ajarannya. Lihat Bai’at dan Tawassul, www.yahoo.com, tanggal akses 20 Maret 2004.   
[16] Ajaran Wihdatul Wujud ini dicetuskan oleh Ibnul Araby (1165-1240), yang berpendapat bahwa alam ini hanya merupakan bayang-bayang dari realitas yang berada di baliknya. Ajaran ini merupakan pengembangan dari ajaran Al-Hallaj (wafat 921) yang memandang manusia sebagai manifestasi dari cinta tuhan yang azali kepada zatnya, Al-Hallaj ini dalam keadaan tak sadar atau fana, sering menyatakan dirinya Tuhan. Ana-Allah, Anal-Haq. Tim penulis, Ensiklopedi Islam, jilid II (Jakarta: Penerbit Jambatani, 1993), hlm. 339-340. 
[17] Zulkifli, Sufi Jawa, hlm. 42-43. Lihat juga dengan Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 90-91.
[18] Dadang Kahmad, Tarekat Dalam Islam Spiritualitas Masyarakat Modern, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), hlm. 100.
[19] Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 14. Lihat juga Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 98. 
[20] Dadang Kahmad, Tarekat Dalam Islam Spiritualitas Masyarakat Modern, hlm. 103.
[21] Lihat Ibid.
[22] Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Dunia Islam, hlm. 265.
[23] Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung, Mizan, 1996), hlm. 366.
[24] Mengenai pemberontakan ini, lihat William, Arit dan Bulan Sabit dalam Pemberontakan Komunis 1926 di Banten, (Yogyakarta: Syarikat, 2003). Salah seorang pemimpin ulama dari pemberontakan ini, Ahmad Khatib, adalah menantu kyai Asnawi, ia tidak hanya membawa serta putra kyai Asnawi, Emed, memberontak, banyak pengikut-pengikut sang kyai  
[25] Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik, hlm. 85.
[26] Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabanduyah di Indonesia, hlm. 79.
[27] Al-Attas berpendapat bahwa Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah pengarang Fath al-‘Arifin setebal dua belas halaman, yang merupakan risalah terpenting dan terpopuler mengenai praktik-praktik sufi dikalangan orang-orang Melayu. Lihat Zulkifli. Sufi Jawa, hlm. 43. Namun demikian, Van Bruinessen menyangkal bahwa buku ini ditulis oleh Syeikh Ahmad Khatib dan berpendapat bahwa penulisan buku ini dilakukan oleh muridnya. Bruinessen mengatakan bahwa Syeikh Ahmad Khatib sendiri tidak menulis satu pun buku, namun dua muridnya dengan setia mencatat ajaran-ajaran dalam sebuah risalah pendek berbahasa Melayu, yang secara eksplisit menjelaskan teknik-teknik dari tarekat sufi ini. Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hlm. 90.  
[28] Nawash Abdullah, Perkembangan Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di Nusantara, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1980), hlm. 187.
[29] Ibid. Pada Dadang Kahmad, Tarekat dalam Islam, hlm. 102. Martin Van Bruinessen, “Tarekar Qadiriyah dan Ilmu Syekh Abdul Qadir Jailani di India. Kurdistan dan Indonesia”, dalam Ulumul Qur’an No. 2. 1989. Vol. II: hlm. 73.
[30] Martin, Ibid, hlm. 73. 
[31] Zulkifli, Sufi Jawa, hlm. 48.
[32] Ibid, hlm. 49. 
[33] Manaqiban adalah acara ritual khas tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yaitu peringatan mengenang wafatnya Syeikh Abd al-Qadir Jailani. Upacara tersebut diselenggarakan bulanan bertempat di rumah salah seorang ikhwan yang waktunya telah ditetapkan. Dalam upacara ini, ada zikir berjama’ah diikutu dengan bacaan Manaqib Abd al-Qadir, yaitu cerita klasik mengenai kehidupan dan keajaiban perilaku sang waliyullah.  Bandingkan dengan pengertian istilah itu dalam Ensiklopedia Islam Jilid III, 1994, hlm. 152