59/1686. Urwah bin Amir mengatakan
bahwa ketika masalah tebak sial dibicarakan di sisi Rasulullah SAW, maka beliau
bersabda,
احْسَنُهَا الفَألُ .
وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِماً فإذا رَأى أحَدُكُمْ ما يَكْرَهُ ، فَليْقلْ : اللَّهُمَّ
لاَ يَأتِي بِالحَسَناتِ إلاَّ أنْتَ ، وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إلاَّ أنْتَ ،
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ بِكَ حديث صحيح رواه أبو داود بإسناد
صحيح
Sebaik-baiknya adalah fa'al (perkataan yang baik dan
menimbulkan harapan) dan thiyarah tersebut tidak dapat menolak keinginan seorang
muslim. Jadi apabila seseorang melihat sesuatu yang tidak disukai, maka
hendaklah membaca, 'Allahumma laaya'ti bilhasanati illaa Anta walaa
yadfa'ussayyi'ati illaa Anta, walaa haula walaa quwwaia illa bika. (Ya
Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau dan tiada yang
dapat menghindarkan bahaya kecuali Engkau. Tiada daya dan kekuatan kecuali
dengan bantuan-Mu (Hadits shahih riwayat Abu Daud)
Keterangan:
Sanad hadits tersebut dha'if, dikarenakan ada dua illat
(cacat), yaitu:
-
Ada perawi yang bernama Urwah bin Amir, yang diperselisihkan oleh ahli hadits tentang kedudukannya sebagai sahabat Nabi SAW. Ada yang berpendapat ia sebagai generasi tabi'in. Hadits tersebut disandarkan langsung kepada Nabi SAW.
-
Ada perawinya bernama Hubaib bin Abu Tsabit, ia suka melakukan tadlis (periwayatan hadits yang disembunyikan cacat sanadnya, sehingga seakan-akan tidak ada aib di dalamnya) dan hadits yang diriwayatkannya secara mu'an'an (hadits yang disanadkan dengan kata an), sedangkan periwayatannya dari Urwah munqathi' (terputus sanadnya).
Ada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yang
memberikan makna yang sama dengan hadits tersebut, diantaranya:
Dari Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ' Tidak ada menebak nasib, dan sebaik-baiknya adalah Al Fa'al'.
Seseorang bertanya, 'Apa itu Al Fa'al Wahai Rasulullah?' Nabi bersabda, 'Al
Fa'al adalah perkataan yang baik yang didengarkan oleh salah seorang dari
kalian". (HR. Bukhari).
Lihat Dha'if Sunan Abu Daud hadits no. 843, Al Misykah
hadits no. 4591, At-Ta'liq Kalamul Tayyib hadits no. 193, Bahjatun-Nazhirin
hadits no. 1677, dan Takhrij Riyadhush-Shalihin hadits no. 1677.