Kamis, 07 Maret 2013

ILMU KEBAL BUKAN ILMU HIKMAH DAN BUKAN KAROMAH/MAUNAH



(Sebuah tinjawan dalil Akli/akal)
........................................................................................
Pada era Rasulullah, saat dakwah Islam mulai disebarkan, banyak terjadi gesekan dengan agama lain yang lebih dahulu berkembang di Mekkah atau Madinah dan wilayah sekitarnya. Mereka yang tidak rela saat melihat Islam terus melaju dan berkembang, mulai melakukan intimidasi, teror dan... sabotase. Tidak hanya sebatas ancaman dan gertakan, tetapi sudah sampai pada tindak kekerasan dan teror fisik. Beberapa pengikut Rasulullah mulai syahid berguguran dalam rangka mempertahankan akidah Islam mereka

Intimidasi kaum kafir terhadap orang-orang muslim tidak hanya terjadi di Mekkah. Setelah mereka hijrah ke Madinah pun teror itu terus berlanjut. Akhirnya perang demi perang tak terelakkan. Orang kafir berusaha menghentikan dakwah Rasulullah, sementara itu Rasulullah dan para sahahabatnya bertekad untuk terus menyebarkan ajaran Islam sampai titik darah pengahabisan.
Saat itu jumlah umat Islam masih sangat sedikit, berbeda sangat jauh dibanding jumlah mereka yang kafir dan memusuhi Islam. Dalam Perang Badar (perang yang pertama), jumlah pasukan Islam 313 orang. Sedangkan jumlah pasukan orang kafir 1300 orang, dilengkapi dengan kendaraan perang yang memadahi dan senjata-senjata perang yang lebih dari cukup.

Sedangkan dalam Perang Uhud, jumlah pasukan Islam 700 orang yang mulanya berjumlah 1000 orang. Sementara pasukan kafir berjumlah 3000 orang, dengan menggunakan 3000 ekor unta, 200 ekor kuda dan dilengkapi 700 baju besi. Sungguh merupakan kekuatan bilangan yang tak sebanding. Paling tidak, satu pasukan muslim harus berhadapan dengan 3 orang lebih.
Dalam kondisi seperti itu, apakah Rasulullah mengajarkan kepada para shahabatnya ilmu yang mampu membuat kulit mereka kebal senjata tajam? Agar mereka sanggup menghadapi kekuatan lawan yang berlipat-lipat dengan persenjataan yang lebih lengkap. Tidak, sekali lagi tidak. Tidak ada kitab sejarah yang terpercaya dan menceritakan hal-hal seperti itu. Justru malah sebaliknya, kitab-kitab sejarah itu mengabarkan puluhan shahabat Rasulullah yang syahid di medan perang karena tikaman senjata lawan.

Ratusan shahabat yang terluka, terkena sabetan dan goresan serta tusukan senjata lawan. Bahkan Rasulullah sendiri, giginya patah kena panah, tubuhnya juga bersimbah darah.
Apakah Rasulullah tidak tahu bahwa ada ilmu Hikmah yang bisa membuat kulit seseorang kebal senjata tajam. Apakah Anda punya pikiran bahwa Rasulullah sebodoh itu? Rasulullah adalah orang yang paling dikasihi dan dicintai oleh Allah. Begitu juga para shahabatnya, mereka adalah generasi terbaik dan paling dicintai oleh Allah SAW dan rasul-Nya. Kalau memang ada ilmu yang bisa membuat badan kebal senjata tajam, pasti Allah akan memberikannya kepada hamba-hamba-Nya yang dicintainya.

Agar jumlah umat Islam yang berperang mempertahankan kesucian agama-Nya tidak berkurang atau mati disebabkan senjata lawan.
Bahkan sejarah Islam telah mencatat, paman Rasulullah yang bernama Hamzah bin Abdul Mutthalib yang bergelar `Singa Allah', mati syahid oleh senjata musuh. Umar bin Khatthab, mertua Rasulullah yang gagah berani, syetan pun takut berpapasan dengannya. Utsman bin `Affan, menantu Rasulullah yang bergelar `Pemilik dua cahaya'. Ali bin Abi Tahlib, menantu Rasulullah yang menjadi khalifah Rasul yang keempat. Semua sosok mulia itu matinya disebabkan tikaman senjata lawan. Mereka tidak kebal, kulit-kulit mulia mereka bisa dirobek senjata. Masih banyak lagi shahabat Rasulullah lainnya, hamba-hamba Allah yang paling bertakwa, melalui siang dengan puasa, melewati malam dengan tahajjud, yang mati syahid di ujung senjata musuh. Radhillohu `anhum aua radhu `anhu.

Kalau memang ilmu kesaktian dan kekebalan yang mereka namakan dengan ilmu Hikmah itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang bersih hatinya, takwa derajatnya. Seharusnya para shahabat Rasulullah itulah yang lebih berhak memilikinya. Karena mereka pribadi yang paling bertakwa, kemuliaan mereka diakui oleh Allah dan rasul-Nya. Untuk ilmu seperti itu kalau ada, era mereka lebih membutuhkan untuk mensiarkan Islam, menegakkan panji-panji Allah di bumi ini. Tetapi kenyataannya tidaklah seperti itu. Meskipun begitu, Allah tidak meninggalkan mereka, pertolongan Allah selalu bersama mereka. Sehingga hampir di setiap peperangan dan pertempuran, mereka selalu menang. Meskipun dalam setiap peperangan itu, ada di antara mereka yang mati, dan ada yang terluka. Akhirnya siar Islam terus berkembang sampai ke zaman kita ini, dan sampai kiamat nanti.
Di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata atau menafikan akan adanya cerita tentang nenek moyang kita yang katanya sakti mandraguna, kebal senjata tajam atau tidak mempan timah panas. Sampai sekarang juga, fenomena itu terkadang masih kita saksikan keberadaannya di tengah masyarakat. Ada atraksi kekebalan, pamer kesaktian dan unjuk kekuatan.

Media massa pun ramai mengekspos kehebatan mereka, dengan julukan si manusia digdaya, orang hebat, jawara pilih tanding, pendekar sakti mandraguna, makhluk terkuat, atau sosok yang luar biasa.
Meskipun kita tidak tahu secara persis, bagaimana orang-orang itu memperoleh 'kesaktiannya'. Ritual apa saja yang telah mereka jalani. Lelaku apa saja yang telah mereka lakoni. Apakah yang ada di hadapan kita itu hanya intrik atau memang mistik.
Apakah atraksi kehebatan yang ada itu sihir atau permainan alat-alat mutakhir. Yang kita tahu hanya, Mereka sekarang sudah menjadi orang hebat, lalu kita ingin meniru kehebatannya. Ingin belajar dan berguru kepadanya'. Akhirnya, ilmu agama kita abaikan dan kita remehkan.

Sementara ilmu kesaktian, kita cari-cari dan kita pelajari. Innalillahi wa innna ilaihi rajiun.
Pertanyaan yang mendasar sekarang adalah, kalau di zaman Rasulullah dan para shahabatnya, ilmu kesaktian dan kedigdayaan seperti itu tidak diajarkan, lalu sekarang kita mengenal adanya ilmu semacam itu, "Dari mana datangnya ilmu tersebut, siapa yang meramunya dan siapa yang mengajarkannya pertama kali?

Mengapa ilmu itu dimasukkan ke dalam ilmu Hikmah sehingga merancukan pengertian ilmu Hikmah yang terkandung dalam al-Qur'an? Apakah ini merupakan upaya musuh-musuh Islam untuk memalingkan para generasi Islam dari syaria't dan sunnah Rasulullah Atau ilmu seperti itu merupakan penestrasi ajaran agama lain ke Islam, atau akulturasi budaya nenek moyang yang diklaim sebagai bagian ajaran Islam oleh orang-orang Islam sendiri? Sungguh merupakan pertanyaan yang jawabannya memerlukan kajian yang panjang dan melelahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar