Tutup Peluang Permusuhan, Jaga Persaudaraan!
Temukan persamaan, jangan biarkan musuh menerkam
PADA hakikatnya persaudaraan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia.
Dengan persaudaraan interaksi sosial di masyarakat aman, lancar, dan
nyaman. Di tempat kerja, suasana persaudaraan menumbuhkan sinergi,
saling menolong, dan meningkatkan kinerja. Dan lebih dari itu,
persaudaraan mengundang rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena itu sudah semestinya kita selalu berupaya menjaga persaudaraan.
Jangan beri peluang sekecil apa pun titik api permusuhan membesar dan
menghanguskan nilai-nilai persaudaraan. Apa saja yang mesti kita jaga
agar persaudaraan tetap lestari?
Jaga Pikiran
Persaudaraan hendaknya dijaga dengan selalu berpikir yang baik-baik.
Lihatlah hal-hal yang baik dari teman-teman kita. Maka kita akan
menemukan sekian banyak kebaikan pada dirinya. Hal ini dapat menumbuhkan
perasaan positif dan menguatkan persaudaraan.
Misalnya bila
kita melihat salah seorang teman kita tidak hadir dalam hajatan yang
kita gelar, maka berprasangkalah yang baik. Mungkin teman kita itu ada
kepentingan yang tak bisa ditunda. Kalau kita mendengar berita negatif
bahwa dia sengaja menghindar, jangan langsung ditelan mentah-mentah.
Kalau pun ternyata kejadiannya benar, kita percaya saudara kita itu
punya alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Janganlah
berpikir negatif dengan prasangka yang sepatutnya. Apalagi jika kita
kemudian terpancing mencari-cari kesalahannya. Setiap orang tentu punya
kelemahan. Kita sendiri juga punya kekurangan. Karena itu jika kita
membesarkan hal-hal negatif, maka kita pasti akan menemukan banyak yang
negatif dari teman kita itu. Tidak semestinya persaudaraan yang sudah
terjalin lama, hancur hanya karena prasangka. Jauhilah, karena prasangka
buruk itu adalah dosa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا
تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً
“Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang.” (QS: Al-Hujurat [49]:12)
Dengan prasangka
baik, komunikasi akan lancar. Kalau pun ada kesalahan akan bisa
dijernihkan. Dengan demikian suasana persaudaraan akan tetap terjaga dan
kita pun merasakan nyaman dan bahagia.
Jaga Perkataan
Berbicaralah dengan baik. Kata- kata yang positif akan menyambung hati
dan menumbuhkan persaudaraan. Sebaliknya kata-kata yang buruk dan
negatif bisa memutus dan menyakitkan hati seseorang. Ingat, lidah itu
sangat tajam. Bahkan bisa melebihi pedang. Luka tergores pedang bisa
sembuh dengan cepat, tetapi luka akibat tersinggung perkataan bisa
dibawa sampai mati.
Membicarakan tentang teman juga sangat
penting untuk kita jaga nama baiknya. Membicarakan kebaikan teman akan
menumbuhkan optimisme dan merekatkan tali persaudaraan. Sebaliknya
membicarakan keburukan teman sama dengan menebar racun yang mematikan.
Kalau pun untuk mencari solusi, sampaikanlah hal itu pada orang yang
adil dan bijak. Bukan pada sembarang orang yang justru akan membuka
aibnya.
Saat membicarakan keburukan teman, seolah orang tidak
merasakan apa- apa. Apalagi bila saling menimpali dan menertawakannya,
rasanya semakin asyik saja. Padahal bagi orang yang sedang
diperbincangkan, pergunjingan itu jelas menyakitkan. Apalagi jika yang
melakukan itu teman sendiri yang telah dipercaya.
Bayangkan
jika kita yang sedang jadi korban pergunjingan. Sudah barang tentu jiwa
dan hati ini merasa tercabik- cabik. Wajar saja jika dalam al-Qur`an
menyamakan pergunjingan dengan memakan bangkai saudaranya sendiri.
Sungguh perbuatan menjijikkan yang musti dijauhi.
وَلَا يَغْتَب
بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ
رَّحِيمٌ
“…dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS:Al-Hujurat [49]:12)
Menghadapi perbedaan pendapat, tidak
semestinya membuat persaudaraan rusak. Jaga perkataan dengan tetap
berusaha empati memahami cara pandangnya. Kita perlu meneladani generasi
terdahulu, seperti Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Mereka berbeda pendapat
tetapi tetap bersaudara. Mereka memiliki ribuan perbedaan pendapat
dalam kitab mereka. Tetapi keduanya tak saling mengeluarkan tuduhan dan
berkata negatif. Kadang kita yang ilmunya tak seberapa sudah berani
mencela dan menghujat ulama lain yang jauh lebih dalam ilmunya. Kita
sering lebih mengedepankan ego dan hawa nafsu daripada akhlak. Yang
demikian itu bukanlah sikap seorang mukmin.
“Seorang mukmin
bukanlah tukang pemberi celaan, tukang melaknati orang, tukang berkata
kotor atau berkata rendah.” (Riwayat Tirmidzi)
Seorang mukmin
semestinya memiliki moral dan spiritual yang baik, sehingga tidak mudah
melontarkan tuduhan yang bisa memecah persaudaraan. Kalaupun harus
menasehatinya, tetap dilakukan dengan cara yang bijak dan adil. Generasi
salaf terdahulu meski berbeda pendapat namun bisa bersaudara, karena
memiliki moral dan spiritual yang tinggi.
Jaga Tindakan
Mungkin banyak di antara kita ketika mendengar berita negatif tentang
orang lain, terburu bertindak menghakimi. Padahal berita itu belum tentu
benar. Bersabarlah jangan terpancing. Jagalah tindakan dengan meminta
klarifikasi kepada yang bersangkutan. Kalaupun menurut kita memang ada
yang salah, tugas kita sebagai saudara adalah mengingatkannya agar
kembali ke jalan yang benar, bukan langsung bertindak anarkis.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ
فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu.” (QS: Al Hujurat [49]: 6)
Tindakan yang baik akan
mengundang respon yang baik, tindakan yang buruk akan memancing respon
yang buruk pula. Berprilakulah yang sopan, maka orang pun akan bersikap
sopan dengan kita. Bahkan seorang preman jalanan yang berhati keras pun
akan mau membalas senyuman dan salam kita. Sebaliknya, bertindaklah
kurang ajar, maka saudara kita yang berhati lembut pun bisa bereaksi
kasar dengan kita. Sayang bukan jika persaudaraan terkoyak akibat
kecerobohan tindakan kita?
Dengan akhlak yang baik berbagai
perbedaan bisa diselesaikan dengan lebih mudah. Jangan biarkan musuh
bersorak sorai karena kita saling menerkam satu dengan lainnya. Hal itu
hanya akan menunjukkan betapa rendahnya akhlak dan jiwa kita. Keagungan
Islam justru tertutupi oleh sikap rendah umat Islam itu sendiri. Karena
itu bila ada persengketaan antar kaum Muslimin, jangan sampai justru
kita memperkeruh suasana. Ikutlah memperbaiki hubungan mereka.
Damaikanlah karena orang- orang beriman, karena kita adalah bersaudara.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara saudaramu (yang berselisih) itu dan
bertakwalah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS: Al
Hujurat [49]: 10)
Persaudaraan adalah nikmat yang harus dijaga.
Syukurilah dengan menata pikiran yang baik, berkata-kata yang positif
dan tindakan yang berakhlak. Dengan begitu kita mendapat tambahan nikmat
dan rahmat yang lebih banyak lagi dalam kehidupan ini. Amin. */Hanif
Hanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar