Jumat, 30 September 2011
Dan Allah Menyempurnakan CahayaNya (Agamanya)
LIMADZA IKHTARTU AL-MANHAJ AS-SALAFY MENGAPA MEMILIH MANHAJ SALAF
Studi Kritis Solusi Problematika Umat
Meskipun ada tipu daya baik siang maupun malam yang menyeru kaum muslimin kedalam neraka, bermunculanlah sejumlah Du'at kebenaran dari ahli ilmu dan para Thalibul Ilmu. Mereka mengejutkan tempat-tempat kesesatan dan markas-markas penyimpangan yang tumbuh hidup di negeri-negeri muslimin dan menghamburkan kerusakan di tanah air mereka. Hal ini dikarenakan tamu-tamu tak diundang ini memindahkan sasaran mereka seluruhnya atau hampir seluruhnya kepada lingkungan masyarakat salib yahudi. Tamu tak diundang ini menyangka dengan persangkaan buruk bahwa umat ini telah pasti akan keluar dari Islam dan tidak akan kembali. Akan tetapi mereka itu lupa kepada banyak kenyataan yang tidak berjalan sesuai dengan arahan dan tidak masuk dalam perhitungan mereka, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menyumpal pendengaran mereka dari mendengar, menutup hati mereka dari memahami dan menutup penglihatan mereka dari melihat kebenaran.
[1]. Mereka telah lalai terhadap hal-hal yang sangat mendasar, bahwa segala sesuatu berada di dalam kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi yang telah lalu maupun yang akan datang, dan bukan di tangan mereka atau yang lainnya dari manusia dan jin. [1]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengatahuinya" [Yusuf : 21]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka". [Al-Qashah : 68]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Allah pencipta langit dan bumi, dan Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya : "Jadilah". Lalu jadilah ia". [Al-Baqarah : 117]
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan keberadaan agama ini di dunia walaupun ada tipu daya dan makar para musuh-musuh, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci" [Ash-Shaaf : 8-9]
Hal ini menuntut keberadaan sekelompok dari kaum muslimin yang menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak merusak mereka tipu daya para musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala sampai hari kiamat.
[2]. Kebanyakan kaum muslimin telah memeluk agama ini berabad-abad lamanya sebelum para penghasut menerbarkan racun-racun salibisme, yahudisme serta penyimpangan agama ke dalam negeri-negeri muslimin. Jika kaum muslimin lalai dari agamanya beberapa saat, maka itu hanyalah seperti awan musim panas yang jumlahnya sedikit yang segera akan hilang ketika hilang pengaruh bius yang disuntikkan ke dalam tubuh umat Islam. Hal ini menuntut keberadaan di permukaan bumi ini orang yang melaksanakan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberikan hujah kepada manusia, mengatakan kebenaran, menjelaskan dan menerangkannya.
[3]. Mereka telah lalai bahwa agama ini adalah agama kebenaran, dan kebanaran akan tetap tinggal di permukaan bumi ini karena dia bermanfaat bagi manusia. Kekekalan adalah milik kebenaran karena dia lebih kuat dan lebih pantas dan sungguh kamu akan mengetahui kebenarannya setelah beberapa waktu.
Ini menuntut keberadaan sekelompok kaum muslimin yang berada di atas kebenaran yang tidak merugikan dan merendahkan mereka orang yang menyelisihi, karena umat yang dirahmati ini tidak akan bersepakat di dalam kesesatan.
[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly, terbitan Pustaka Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]
_________
Foote Note.
[1] Saya telah mengambil asal perkataan ini dari kitab Waaqiunal Muashir karya Muhammad Qutub ! dan kitab ini terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan yang berbahaya seputar manhaj salaf, dan saya telah menjelaskannya dalam tulisan khusus yang saya beri judul : "Aqdul Khanaashir fi Raddi Abaathili Waqiunaa Al-Muashir.
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=416&bagian=0
Tanda-Tanda Saat Kematian
100 hari :
Seluruh badan rasa
bergegar.
60 hari : Pusat rasa bergerak-
gerak.
... 40 hari : Daun dengan nama
orang yang
akan mati di arash
akan jatuh dan malaikat maut
pun datang
kepada orang
dengan nama tersebut lalu
mendampinginya sehingga
saat kematiannya. Kadang-
kadang orang yang akan mati
itu akan
merasa atau nampak
kehadiran malaikat maut
tersebut dan akan
sering
kelihatan seperti sedang
rungsing.
7 hari : Mengidam
makanan.
5 hari : Anak lidah bergerak-
gerak.
3 hari :
Bahagian tengah di
dahi bergerak-gerak.
2 hari : Seluruh dahi
rasa
bergerak-gerak.
1 hari : Terasa bahagian ubun
bergerak-gerak di antara
waktu subuh and asar.
Saat akhir :
Terasa sejuk dari
bahagian pusat hingga ke
tulang solbi (di
bahagian
belakang badan).
Seelok-eloknya bila sudah
merasa
tanda yang akhir
sekali, mengucap dalam
keadaan qiam and jangan
lagi
bercakap-cakap.
******Bila Malaikat Mencabut
Nyawa******
Baginda Rasullullah S.A.W
bersabda:
"Apabila
telah sampai ajal
seseorang itu maka akan
masuklah satu kumpulan
malaikat ke dalam lubang-
lubang kecil dalam badan dan
kemudian
mereka menarik
rohnya melalui kedua-dua
telapak kakinya
sehingga
sampai kelutut. Setelah itu
datang pula sekumpulan
malaikat yang lain masuk
menarik roh dari lutut hingga
sampai ke
perut dan
kemudiannya mereka keluar.
Datang lagi satu kumpulan
malaikat yang lain masuk dan
menarik rohnya dari perut
hingga
sampai ke dada dan
kemudiannya mereka keluar.
Dan akhir sekali
datang lagi
satu kumpulan malaikat
masuk dan menarik roh dari
dadanya hingga sampai ke
kerongkong dan itulah yang
dikatakan
saat nazak orang
itu."
Sambung Rasullullah S.A.W.
lagi:
"Kalau orang yang nazak itu
orang yang beriman, maka
malaikat
Jibrail A.S. akan
menebarkan sayapnya yang
disebelah kanan
sehingga
orang yang nazak itu dapat
melihat kedudukannya di
syurga. Apabila orang yang
beriman itu melihat syurga,
maka dia
akan lupa kepada
orang yang berada
disekelilinginya. Ini adalah
kerana sangat rindunya pada
syurga dan melihat terus
pandangannya kepada sayap
Jibrail A.S."
Kalau orang yang nazak
itu
orang munafik, maka Jibrail
A.S. akan menebarkan sayap
disebelah kiri. Maka orang
yang nazak tu dapat melihat
kedudukannya di neraka dan
dalam masa itu orang itu tidak
lagi
melihat orang
disekelilinginya. Ini adalah
kerana terlalu
takutnya
apabila melihat neraka yang
akan menjadi tempat
tinggalnya.
Dari sebuah hadis bahawa
apabila Allah S.W.T.
menghendaki seorang mukmin
itu dicabut nyawanya maka
datanglah
malaikat
maut.Apabila malaikat maut
hendak mencabut roh orang
mukmin itu dari arah mulut
maka keluarlah zikir dari
mulut
orang mukmin itu
dengan berkata:
"Tidak ada jalan bagimu
mencabut roh orang ini
melalui jalan ini kerana orang
ini
sentiasa menjadikan
lidahnya berzikir kepada Allah
S.W.T."
Setelah malaikat maut
mendengar penjelasan itu,
maka dia pun
kembali kepada
Allah S.W.T. dan menjelaskan
apa yang diucapkan
oleh lidah
orang mukmin itu. Lalu
Allah S.W.T. berfirman yang
bermaksud:
"Wahai malaikat maut, kamu
cabutlah ruhnya dari arah
lain." Sebaik saja malaikat
maut mendapat perintah Allah
S.W.T.
maka malaikat maut
pun cuba mencabut roh orang
mukmin dari arah
tangan.
Tapi keluarlah sedekah dari
arah tangan orang mukmin
itu, keluarlah usapan kepala
anak-anak yatim dan keluar
penulisan ilmu. Maka berkata
tangan: Tidak ada jalan
bagimu
untuk mencabut roh
orang mukmin dari arah ini,
tangan ini telah
mengeluarkan
sedekah, tangan ini mengusap
kepala anak-anak yatim
dan
tangan ini menulis ilmu
pengetahuan."
Oleh kerana
malaikat maut
gagal untuk mencabut roh
orang mukmin dari arah
tangan maka malaikat maut
cuba pula dari arah kaki.
Malangnya
malaikat maut
juga gagal melakukan sebab
kaki berkata:
"Tidak ada jalan bagimu dari
arah ini kerana kaki ini
sentiasa
berjalan berulang
alik mengerjakan solat
dengan berjemaah dan
kaki ini
juga berjalan menghadiri
majlis-majlis ilmu."
Apabila gagal malaikat maut,
mencabut roh orang mukmin
dari arah
kaki, maka malaikat
maut cuba pula dari arah
telinga. Sebaik
saja malaikat
maut menghampiri telinga
maka telinga pun berkata:
"Tidak ada jalan bagimu dari
arah ini kerana telinga ini
sentiasa mendengar bacaan
Al-Quran dan zikir." Akhir
sekali
malaikat maut cuba
mencabut orang mukmin dari
arah mata tetapi
baru saja
hendak menghampiri mata
maka berkata mata:
"Tidak
ada jalan bagimu dari
arah ini sebab mata ini
sentiasa melihat
beberapa
mushaf dan kitab-kitab dan
mata ini sentiasa menangis
kerana takutkan Allah."
Setelah gagal maka malaikat
maut
kembali kepada Allah
S.W.T. Kemudian Allah S.W.T.
berfirman yang
bermaksud:
"Wahai malaikatKu, tulis
AsmaKu ditelapak tanganmu
dan tunjukkan kepada roh
orang yang beriman itu."
Sebaik saja
mendapat perintah
Allah S.W.T. maka malaikat
maut menghampiri
roh orang
itu dan menunjukkan Asma
Allah S.W.T.
Sebaik saja
melihat Asma
Allah dan cintanya kepada
Allah S.W.T maka
keluarlah
roh tersebut dari arah mulut
dengan tenang.
Abu
Bakar R.A. telah ditanya
tentang kemana roh pergi
setelah ia
keluar dari jasad.
Maka berkata Abu Bakar
R.A:"Roh itu menuju
ketujuh
tempat:-
1. Roh para Nabi dan utusan
menuju ke
Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke
Syurga Firdaus.
3.
Roh mereka yang
berbahagia menuju ke Syurga
Illiyyina.
4.
Roh para shuhada
berterbangan seperti burung
di syurga mengikut
kehendak
mereka.
5. Roh para mukmin yang
berdosa akan
tergantung di
udara tidak di bumi dan tidak
di langit sampai
hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang
beriman akan berada di
gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan
berada
dalam neraka Sijjin,
mereka diseksa berserta
jasadnya sampai
hari Kiamat."
Telah bersabda Rasullullah
S.A.W: Tiga kelompok
manusia yang akan dijabat
tangannya oleh para malaikat
pada
hari mereka keluar dari
kuburnya:-
1. Orang-orang yang mati
syahid.
2. Orang-orang yang
mengerjakan solat malam
dalam
bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari
Arafah.
Sekian
untuk ingatan kita
bersama.
Kerugian Bagi Wanita Yang Menolak Perkahwinan
Sepertimana yang
diberitakan kepada kita, hari ini terdapat segolongan wanita yang
menolak perkahwinan. Antaranya memandang perkahwinan sebagai satu
bebanan yang menyekat kebebasan. Bila berkahwin, kuasa mutlak dalam
menentukan hidup berubah dan terpikul pula dengan kerja-kerja mengurus
rumahtangga dan anak-anak.
Justeru itu ramai yang lebih rela
jadi andartu walaupun pada hakikatnya, ianya tidak dapat memberi
kebahagiaan pada jiwa. Ada juga yang tidak berkahwin disebabkan terlalu
memilih calon yang sekufu dan ada yang tidak sempat memikirkan
perkahwinan kerana terlalu sibuk dengan tugas-tugas dan karier kerjanya.
Sebelum ini saya ada memberi pandangan bagaimana hendak
menyelesaikan masalah andartu. Kali ini saya akan dedahkan pula tentang
kerugian wanita yang tidak mahu bekahwin; tetapi bukan kepada wanita
yang tidak berkahwin kerana tiada jodoh. Kalau sudah tidak ada jodoh,
wanita tersebut tidak boleh dipersalahkan kerana sudah takdir menentukan
demikian. Masalahnya sekarang, terdapat wanita yang ada peluang
berkahwin tetapi menolak dengan alasan-alasan sepertimana yang saya
sebutkan di atas tadi.
Perkembangan tentang wanita yang tidak
gemar berkahwin bukan sahaja berlaku di dalam masyarakat bukan Islam
tetapi juga berlaku di kalangan masyarakat Islam. Sikap demikian bukan
sahaja bertentangan dengan kehendak ajaran Islam yang menggalakkan
perkahwinan tetapi juga bertentangan dengan fitrah semulajadi manusia
yang hidupnya memerlukan pasangan. Bahkan sunnatullah kejadian manusia,
ada lelaki dan ada wanita yang saling memerlukan antara satu sama lain.
Ibarat talian elektrik yang memerlukan positif dan negatif untuk
melahirkan cahaya.
Di Malaysia, walaupun terdapat di dalam
masyarakat Islam sikap memilih hidup membujang tetapi tidak begitu
berleluasa seperti di barat. Sungguh pun demikian pada pandangan Islam,
orang yang tidak berkahwin dianggap jelek. Menyerupai para pendita
Kristian. Golongan ini juga tidak akan mendapat kesempurnaan dalam agama
dan mengalami kerugian di dunia dan di akhirat.
Kekurangan
tidak berkahwin khususnya bagi kaum wanita, adalah lebih banyak
berbanding dengan lelaki. Kerana umumnya bagi kaum wanita, pintu syurga
lebih banyak bermula dan berada di sekitar rumahtangga, suami dan
anak-anak. bagi kaum wanita, untuk mendapat maqam salehah dan menjadi
ahli syurga di akhirat adalah amat mudah. Ini adalah berdasarkan sabda
Rasulullah:
“Sekiranya seorang wanita dapat melakukan empat
perkara iaitu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga
maruah dan taat kepada suami maka masuklah syurga mana-mana yang ia
kehendaki.”
Sekiranya seorang wanita itu tidak berkahwin, ia
tidak akan dapat mencapai kesempurnaan pada maqam yang keempat. Walau
sehebat mana sekalipun ia bersembahyang, berpuasa dan menjaga maruah,
wanita yang tidak berkahwin tidak akan mendapat kelebihan pada mentaati
suami. Sedangkan kelebihan mentaati suami mengatasi segala-galanya bagi
seorang wanita, sehinggakan redha Allah pun bergantung kepada redha
suami.
Selain daripada itu di antara kelebihan wanita yang
berkahwin bahawa ia akan diberi pahala seperti pahala jihad fisabilillah
di kala mengandung. Apabila ia menyusukan anak maka setiap titik air
susu akan diberi satu kebajikan. Berjaga malam kerana mengurus anak akan
diberi pahala seperti membebaskan 70 orang hamba. Wanita yang berpeluh
kerana terkena bahang api ketika memasak untuk keluarganya akan
dibebaskan daripada neraka. Bagi wanita yang mencuci pakaian suminya
akan diberi 1000 pahala dan diampuni 2000 dosa. Lebih istimewa lagi
ialah bagi wanita yang tinggal di rumah kerana mengurus anak-anak akan
dapat tinggal
bersama-sama Rasulullah saw di syurga kelak.
Bahkan wanita yang rela dijimak oleh suami juga akan mendapat pahala dan
lebih hebat lagi bagi wanita yang mati kerana bersalin akan mendapat
pahala seperti pahala syahid. Semua kelebihan-kelebihan ini tidak akan
dapat diperolehi bagi wanita yang menolak perkahwinan. Malah di dunia
akan selalu berada di dalam fitnah dan di akhirat menjadi golongan yang
rugi.
Oleh itu wanita dianjurkan berkahwin apabila telah
menemui pasangan yang sekufu. Yang dimaksudkan sekufu yang utama ialah
dari segi iman, walaupun lelaki tersebut telah berkahwin. Sabda
Rasulullah saw:
“Apabila datang kepada kamu lelaki yang
beragama dan berakhlak maka kahwinlah dia, kalau tidak akan timbul
fitnah dan kebinasaan.
Para sahabat bertanya,
“Bagaimana
kalau ia telah berkahwin?”
Jawab baginda,
“Kahwinilah juga
ia (diulang sebanyak tiga kali).”
Begitulah besarnya pahala
bagi wanita yang berkahwin. Tidak perlu bersusah-payah untuk keluar
rumah seperti kaum lelaki atau berslogan seperti kebanyakan wanita hari
ini. Hanya dengan duduk di rumah sebagai seorang isteri dan ibu sudah
memperolehi banyak pahala. Kalau suami redha dengan perlakuan seorang
isteri itu maka akan terus masuk syurga tanpa melalui kesukaran. Nikmat
ini tidak akan dapat diperolehi oleh wanita yang menolak perkahwinan
kerana dia telah menolak untuk menjadi calon wanita salehah yang berada
di bawah naungan suami.
Carilah Rezeki Yang Halal
Bertemu lagi
dalam ruang pada kali ini. Saya mohon maaf kepada para pembaca kerana
tidak menyajikan penulisan kepada anda disebabkan ada sedikit masalah
pada blog ini. Semoga penulisan pada kali ini dapat direnungi dan
diambil iktibar oleh para pembaca. Terima kasih
Islam begitu
mengapreasiasikan umatnya supaya berusaha dengan gigih dalam aktiviti
pencarian rezeki. Jika ditinjau daripada skop keusahawanan, setiap
tindakan dan usaha yang dilakukan oleh setiap pengusaha adalah terikat
dengan konsep yang diistilahkan sebagai ibadah. Oleh kerana ia dinilai
sebagai ibadah, sudah tentulah ia perlu dilakukan secara ikhlas dan
jujur berasaskan kepada ketaatan dan kepatuhannya kepada Allah S.W.T
yang Maha Berkuasa. Di samping itu juga, setiap aktiviti dan amalan yang
terangkum dalam skop keusahawanan tersebut perlu terikat sepenuhnya
kepada tata cara mu`amalah Islam. Bertitik-tolak daripada pengertian
tersebut, Islam menuntut kepada setiap individu manusia supaya berusaha
mengolah segala sumber yang dianugerahkan untuk memenuhi keperluan
mereka dengan cara yang halal dan bersih daripada unsur-unsur kekejian
yang menyalahi prinsip syara`. Keperluan untuk mematuhi perkara tersebut
adalah merupakan sebahagian daripada perkara asas sebagaimana yang
dituntut oleh al-Qur’an dan al-Sunnah.
Pada hakikatnya,
kodifikasi tata kelakuan manusia sama ada pada domain yang dizinkan ole
syara` atau sebaliknya telahpun dijelaskan oleh al-Qur’an. Umumnya,
al-Qur’an telah memberi penegasan kepada manusia supaya bermu`amalah
dengan jalan yang haq dan dihalalkan oleh syara`. Petunjuk ini adalah
berasaskan kepada firman Allah S.W.T antaranya iaitu:
Maksudnya: Katakanlah: Adakah kamu lihat apa yang diturunkan Allah untuk
manfaat kamu itu sehingga dapat kamu jadikan sebahagian daripadanya
haram, dan sebahagian lagi halal? Katakanlah lagi: Adakah Allah izinkan
bagi kamu berbuat demikian, atau kamu hanya mengada-adakan secara dusta
terhadap Allah?
(Yunus: 59)
Mengulas ayat di atas, Ibn
Kathir memberikan pandangannya bahawa Allah S.W.T mencela golongan yang
telah dianugerahkan oleh Allah S.W.T dengan rezekiNya tetapi sebahagian
daripada rezeki tersebut dinyatakan haram dan sebahagian daripada yang
lain ditafsirkan halal menurut keperluannya sendiri. Secara relatifnya,
manusia tersebut hanya menurut kehendak hawa nafsu dan akal fikiran
semata-mata tanpa bersandarkan kepada tafsiran agama. Oleh yang
demikian, manusia yang bertindak mengharamkan apa yang telah dihalalkan
oleh Allah S.W.T dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah S.W.T
diancam dengan azab siksaan yang pedih pada hari akhirat kelak
disebabkan mereka dianggap mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.
Dalam pada itu, al-Qur’an juga memberi petunjuk kepada manusia
tentang garis panduan perkara yang halal dan haram dalam aktiviti
transaksi sesama mereka. Ia bertujuan untuk memberi gambaran kepada
manusia tentang kodifikasi hukum yang berkaitan perbuatan yang
dibenarkan atau ditegah oleh syara`. Dalam persoalan ini, ia boleh
dipetik berdasarkan kepada firman Allah S.W.T dalam al-Qur’an iaitu:
Maksudnya: ”Iaitu orang yang mengikut Rasulullah Nabi yang Ummi,
yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka. Ia menyuruh mereka mengerjakan yang baik, dan melarang yang
keji; dan ia menghalalkan bagi mereka yang baik-baik, dan mengharamkan
yang buruk; dan ia menghapuskan dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang yang beriman
kepadanya, dan memuliakannya, juga menolongnya, serta mengikut nur
(cahaya) yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang yang
berjaya.”
(al-A`raf: 157)
Dalam memberi penafsiran ayat
tersebut, Imam Ibn Kathir menjelaskan bahawa tafsiran ayat " " ويحل لهم
الطيبت ويحرم عليهم memberi maksud menghalalkan apa yang diharamkan oleh
orang-orang pada masa jahiliah daripada makanan yang baik dan
mengharamkan semua yang keji dan berbahaya seperti daging babi, bangkai
dan riba. Daripada penjelasan tersebut ia memberi gambaran bahawa setiap
perkara yang dihalalkan oleh Allah S.W.T mengandungi rahsia atau
kebaikan untuk tubuh badan manusia dan untuk kebaikan agama. Begitu juga
dengan perkara yang diharamkan oleh Allah S.W.T sudah tentulah ia
mengundang bahaya kepada tubuh badan dan juga kepada agama. Secara
amnya, pada ayat 157 tersebut Allah menyatakan berkenaan dengan
rahmatNya yang meliputi setiap sesuatu. Walau bagaimanapun, rahmat Allah
tersebut hanya dianugerahkan kepada manusia yang beriman, bertaqwa dan
mematuhi perintah Nabi Muhammad S.A.W. Selayaknya, golongan inilah yang
pasti akan memperolehi keuntungan, kebahagiaan dan kejayaan dunia serta
akhirat.
Begitu juga dalam ayat yang lain, firman Allah S.W.T
dalam al-Qur’an,
Maksudnya: Wahai orang yang beriman,
janganlah kamu makan harta-harta sesama kamu dengan jalan salah, kecuali
dengan jalan perniagaan yang dilakukan secara suka sama suka di
antaramu, dan janganlah kamu berbunuh-bunuhan sesama sendiri.
Sesungguhnya Allah sentiasa Mengasihi kamu.
(al-Nisa’:29)
Menurut Ibn Kathir, ayat tersebut memberi pengertian bahawa Allah S.W.T
melarang hamba-hambaNya memakan harta sesamanya dengan cara yang batil.
Dengan kata lain, iaitu mencari keuntungan dengan cara yang tidak sah
dan bertentangan dengan syari`at seperti riba’, judi dan
perbuatan-perbuatan lain yang ditegah oleh Islam. Ini kerana, semua
tindakan tersebut seolah-olah nampak bersesuaian dengan kehendak syara`,
namun Allah S.W.T mengetahui segalanya setiap perkara yang dilakukan
oleh manusia. Tambahan lagi perkara yang dilakukan tersebut merupakan
satu helah yang dilakukan oleh manusia yang merupakan dalihan untuk
mengelak daripada ketentuan hukum yang digariskan oleh syara`.
Secara praktikalnya, Islam memuji para penganutnya yang berusaha
melibatkan diri dalam sektor keusahawanan ataupun perdagangan. Namun
begitu, usaha mencari keuntungan melalui jalan tersebut perlulah melalui
saluran yang halal dan diberkati oleh Allah S.W.T. Justeru itu,
individu usahawan yang berusaha secara tekun melalui jalan yang
dihalalkan oleh syara` sudah pastilah ia akan diredhai oleh Allah dan
secara tidak langsung mendapat pengiktirafan yang tinggi oleh agama
sebagai usahawan yang berjaya. Penghormatan yang diberikan ini
disebabkan perilaku usahawan tersebut sentiasa terikat dengan ketentuan
agama dan nilai kebaikan yang mendorong mereka agar tidak terlibat
dengan sebarang bentuk kegiatan atau aktiviti yang menyalahi peraturan
syara`. Atas kemuliaan prinsip tersebut, mu`amalah Islam memberi
peringatan kepada para pengusaha supaya tidak terlibat dalam
perkara-perkara yang mengandungi unsur-unsur seperti riba, menipu,
kegiatan menyorok barang, memanipulasi harga, rasuah dan sebagainya.
Realitinya, tindakan-tindakan yang dinyatakan tersebut bertentangan
dengan kepentingan maqasid al-syar`iyyah iaitu bertunjangkan prinsip
keadilan, menjauhi unsur-unsur kezaliman dan juga kepentingan memelihara
harta.
Tuntutan kepada para pengusaha supaya memberi
keutamaan kepada aktiviti yang sihat dan dihalalkan oleh syara` serta
tidak terlibat dengan aktiviti-aktiviti yang tidak negatif banyak
ditegaskan dalam al-Sunnah antaranya seperti sabda Nabi Muhammad S.A.W
yang bermaksud:
”Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan
kelak pada hari kiamat sebagai orang yang curang, kecuali orang-orang
yang bertaqwa kepada Allah, berbuat kebajikan dan jujur.
(al-Tirmidhi)
Dalam keterangan hadis yang lain sabda Nabi
Muhammad S.A.W yang bermaksud:
”Ada tiga golongan di mana
Allah tidak mahu melihat mereka, tidak mensucikan dan mereka mendapat
seksaan yang sangat menyakitkan. Salah satu daripada mereka adalah orang
yang memasarkan dagangannya dengan sumpah palsu.”
(al-Tirmidhi)
Begitu juga dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah R.A bahawa Rasulullah S.A.W bersabda maksudnya:
"Sesiapa yang ada di tangannya kepunyaan saudaranya, diperolehinya
dengan jalan tidak halal, hendaklah diadakannya penyelesaian, kerana di
situ (di akhirat) nanti tidak ada dinar dan dirham (untuk membayar).
Jangan sampai nanti diambil kebaikannya untuk diberikan kepada
saudaranya. Setelah habis kebaikannya, diambil dosa saudaranya lalu
ditimpakan kepadanya."
(al-Bukhari)
Pada hadis yang lain
pula yang bermaksud: dari 'Iyadh bin Himar Al Mujasyi'iy R.A katanya:
"Pada suatu hari Rasulullah S.A.W bersabda dalam khutbah seperti
berikut:
"............. Firman Allah Ta'ala, "Penduduk Syurga ada
tiga jenis: (1) Penguasa yang adil, pemurah, dan bertindak sesuai dengan
hukum. (2) Orang yang berhati pengasih dan berhati lembut terhadap kaum
kerabat dan kaum muslimin. (3) Orang daif yang tidak memiliki keupayaan
akal yang sihat, mereka di samping kamu hanyalah pengikutmu, mereka
tidak mahu berkeluarga dan tidak berhajat kepada kekayaan. Penduduk
Neraka ada lima jenis: (1) Orang daif yang tidak menggunakan akalnya,
mereka hanya menjadi pengikut, tidak berusaha mencari nafkah untuk diri
dan keluarganya. (2) Pengkhianat yang tidak tahu malu, sampai hal-hal
yang kecilpun dikhianatinya juga. (3) Orang yang pada waktu pagi dan
petang berusaha hendak menipumu, tentang keluargamu, dan harta mu, (4)
Orang bakhil atau pendusta. (5) Orang yang bermulut kotor (orang yang
bersikap buruk dan memfitnah).
(Muslim)
Dalam satu hadis
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bermaksud:
“Nabi S.A.W
bersabda akan ada satu zaman pada umat manusia yang seseorang itu tidak
lagi memperdulikan apa yang diambilnya (rezeki yang diterima olehnya)
apakah daripada yang halal atau haram?.”
(Bukhari)
Berasaskan kepada beberapa hadith yang telah dibentangkan tersebut dapat
difahami bahawa Islam mengharamkan sebarang bentuk perdagangan atau
perusahaan yang mengandungi unsur-unsur kezaliman, ketidakadilan,
penindasan, diskriminasi dan sebagainya. Ini kerana, sifat-sifat
tersebut mempunyai stigma nilai yang tercela dengan fitrah agama dan
manusia. Tambahan lagi pendapatan yang diperolehi dengan jalan yang
salah tersebut bukan sahaja tidak mendapat keberkatan tetapi juga
mematikan nilai-nilai kebaikan dalam diri usahawan. Dalam hal ini, Imam
al-Ghazali telah menyatakan bahawa setiap individu manusia wajib
berusaha untuk mencari makanan melalui jalan yang diiktiraf dan
dihalalkan oleh syara`. Beliau telah membuat satu garis panduan tentang
perkara tersebut iaitu yang pertama, sesuatu harta itu dikategorikan
sebagai haram disebabkan zat benda itu sendiri. Kedua, sesuatu harta itu
ditaksirkan sebagai haram disebabkan perkara yang mendatang seperti
perolehan harta tersebut didapati daripada sumber yang tidak betul. Imam
al-Ghazali juga turut memetik berkaitan athar daripada para sahabat di
antaranya peristiwa yang berlaku ke atas Sayyidina Abu Bakar. Beliau
menukilkan bahawa pada suatu hari Sayyidina Abu Bakar telah meminum
seteguk susu yang diperolehi daripada hamba sahayanya hasil daripada
tenungannya. Apabila selesai minum, ia bertanya, daripada mana susu
tersebut diperolehi. Hamba tersebut menjawab ”Saya telah memberikan
ramalan (tenungan) kepada satu kelompok manusia, lalu sebagai upahnya
saya diberikan susu.” Mendengar jawapan tersebut beliau segera
memasukkan jarinya ke dalam mulut dan memuntahkan sehinggakan saya
menyangka bahawa beliau meninggal dunia kerananya.” Setelah selesai
muntah beliau berdoa: ”Ya Allah! Hamba memohon kebebasan padamu daripada
makanan yang telah dibawa oleh urat-urat tubuh serta yang sudah
bercampur aduk dalam perut.” Kes yang berlaku tersebut memberi
pengajaran kepada umat Islam tentang kaedah orang-orang salaf dalam
memelihara diri mereka daripada sumber-sumber harta yang syubhah.
Menurut Muhammad Uthman Syabir, pada dasarnya syara` telah memberi
garis panduan umum keapada manusia dalam urusan mu`amalah bahawa segala
bentuk akad dan terma-terma yang diimplementasikan dalam kontrak
mu`amalah adalah bersifat harus. Walau bagaimanapun, keharusan ini
adalah terbatas dan terhad jika terdapat peruntukan daripada nas yang
melarang dan mengharamkannya. Secara itlaknya, Muhammad Abu Zahrah
menukilkan indikasi-indikasi yang perlu difahami untuk mengenalpasti
tindakan yang mempunyai perkaitan dengan hukum taklifi
Berdasarkan kepada petunjuk wahyu dan pandangan yang telah dikemukakan
oleh para ulama’ maka usahawan berjaya menurut kerangka keusahawanan
Islam sentiasa berhati-hati dalam tindakan dalam menerokai, mencipta dan
merebut peluang serta mencari sumber-sumber perolehan supaya ia tidak
menyalahi kehendak syara`. Sebagai contoh, dalam aspek sumber perolehan,
usahawan yang berjaya sentiasa peka dan bersikap perihatin berkenaan
dengan sumber modal yang menjadi penjana utama aktiviti yang
diusahakannya. Hal yang demikian disebabkan sumber yang halal dan bersih
daripada segala unsur yang diharamkan oleh syara’ akan memberikan impak
kepada diri dan pembangunan usahawan.
Apa yang jelas sumber
yang halal akan menjanjikan natijah kebaikan dan keuntungan kepada para
usahawan bukan sahaja di dunia tetapi yang lebih penting keredhaan Allah
S.W.T pada hari akhirat kelak. Sebagai contoh, sumber pembiayaan
kewangan seperti modal untuk menggerakkan aktiviti perdagangan ataupun
membiayai entiti aktiviti tersebut. Jika sumber kewangan tersebut
didapati melalui pinjaman sudah tentulah ia perlu dipastikan institusi
kewangan ataupun agensi-agensi yang membiayai bantuan kemudahan tersebut
adalah berasaskan kepada prinsip-prinsip syara`. Setiap transaksi yang
berlaku tersebut perlu bebas daripada unsur-unsur gharar dan riba. Ini
kerana, unsur-unsur tersebut jelas dilarang oleh Islam. Begitu juga
dengan hasil pandapatan yang diperolehinya sama ada melalui aktiviti
perdagangan, pelaburan, pertanian, perindustrian, perikanan dan
sebagainya perlu ditunaikan kewajipan-kewajipan tertentu seperti zakat
perniagaan, simpanan dan lain-lain.
Melihat kepada kepentingan
tersebut, al-Maududi telah menegaskan bahawa setiap individu muslim
termasuklah usahawan perlu mengambil sikap berhati-hati dalam meneroka
atau melaburkan modal dalam sesuatu perusahaan. Adalah perlu dipastikan
modal tersebut dilaburkan dalam prospek pelaburan yang halal meskipun
pulangan keuntungan adalah minimum berbanding dengan pelaburan pada
sektor yang mengandungi unsur-unsur yang diharamkan oleh syara`. Oleh
yang demikian jelaslah bahawa skop keusahawanan Islam bukanlah cenderung
kepada motif keuntungan sehingga menafikan ketentuan dalam agama.
Sebaliknya, setiap aktiviti yang dijana atau dirancang perlu dilihat
kepada kaca mata penilaian agama dan kemaslahatan umat manusia amnya.
Apa yang nyata, pelaburan atau penjanaan aktiviti harta pada jalan yang
salah pasti memusnahkan keharmonian institusi masyarakat dan penyebab
kepada pelanggaran hak orang ramai.
Tegasnya, antara penilaian
kriteria usahawan berjaya menurut kerangka keusahawan Islam ialah
individu yang sentiasa berusaha memakmurkan sumber alam untuk
kesejahteraan umat manusia sejagat melalui saluran-saluran yang
dihalalkan oleh syara`. Untuk tujuan tersebut, Islam membuka pintu
seluas-luasnya kepada manusia untuk merencanakan aktiviti mu`amalah
untuk faedah umum manusia. Namun begitu, usaha yang dilakukan tersebut
perlu selari dengan prinsip yang digariskan oleh Islam. Oleh itu,
pendapatan atau perolehan yang didapati oleh para pengusaha secara suci
dan halal adalah sebahagian daripada tanggungjawabnya di dunia ini
sebagai bukti ketaatannya yang tinggi dan juga untuk memenuhi keperluan
ibadahnya kepada Allah S.W.T dan juga sesama makhluk yang lain.
Menginsafi ketentuan pengertian tersebut ia memberi panduan kepada para
usahawan bahawa hasil keuntungan yang diperolehi dengan cara yang halal
akan memberi impak yang positif terhadap pola perkembangan fizikal dan
spiritual individu yang terlibat. Apabila ia berjaya dipatuhi nescaya
terbuka dan suburnya pintu-pintu rahmat dan keberkatan daripada Allah
S.W.T kepada para pengusaha yang beriman tersebut...
Senandung Hikmah
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum dan salam sejahtera.
Bertemu lagi dalam ruangan penulisan pada kali ini, sudah lama rasanya
saya tidak singgah ke blog ini. Ketika sedang membaca beberapa artikel
di internet saya begitu tertarik dengan nukilan cerita yang disampaikan
oleh saudara kita dalam ruangan Mausu'ah al-Qishash al-Waqi'ah. Semoga
ia dapat memberi manfaat dan memberi kesedaran serta keinsafan kepada
kita semua termasuk saya. Ternyatalah benar firman Allah S.W.T
"Sesungguhnya agama yang benar disisi Allah adalah Islam". Marilah sama
kita renungkannya.Sehingga bertemu lagi.
Ada seorang pemuda
arab yang baru saja menamatkan pengajiannya di Amerika. Pemuda ini
adalah salah seorang yang diberi anugerah oleh Allah berupa pendidikan
agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga
seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan
dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan
harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.
Pada
suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di
Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong
tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.
Mula-mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun
memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di
salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika
pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan
lantas kembali duduk.
Di saat itu, si pendeta agak terbeliak
ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada
seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak
bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu
berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga
akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku
menjamin keselamatannya. " Barulah pemuda ini beranjak keluar.
Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, "Bagaimana anda
tahu bahwa saya seorang muslim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang
terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta
ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus
mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat
tersebut.
Pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22
pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."Si pemuda tersenyum
dan berkata, "Silakan!
Sang pendeta pun mulai bertanya, "
1.Sebutkan satu yang tiada duanya,
2.dua yang tiada tiganya,
3.tiga yang tiada empatnya,
4.empat yang tiada limanya,
5.lima yang tiada enamnya,
6.enam yang tiada tujuhnya,
7.tujuh yang tiada delapannya,
8.delapan yang tiada
sembilannya,
9.sembilan yang tiada sepuluhnya,
10.sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
11.sebelas yang tiada
dua belasnya,
12.dua belas yang tiada tiga belasnya,
13.tiga belas yang tiada empat belasnya.
14.Sebutkan sesuatu
yang dapat bernafas namun tidak mempunyai roh!
15.Apa yang
dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
16.Siapakah
yang berdusta namun masuk ke dalam syurga?
17.Sebutkan sesuatu
yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
18.Sebutkan
sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
19.Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan
siapakah
yang terpelihara dari api?
20.Siapakah yang
tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang
terpelihara dari batu?
21.Sebutkan sesuatu yang diciptakan
Allah dan dianggap besar!
22.Pohon apakah yang mempunyai 12
ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah,
3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan
kepada Allah. Setelah membaca bismalah ia berkata,
1.Satu yang
tiada duanya ialah Allah SWT.
2.Dua yang tiada tiganya ialah
Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang
sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12).
3.Tiga
yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika
Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika
menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
4.Empat yang
tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.
5.Lima
yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.
6.Enam yang tiada
tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
7.Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT
berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).
8.Delapan yang tiada
sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,
"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari
itu delapan orang malaikat men-junjung 'Arsy Rabbmu di atas (kepala)
mereka." (Al-Haqah: 17).
9.Sembilan yang tiada sepuluhnya
adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa iaitu: tongkat, tangan
yang bercahaya, angin taufan, musim paceklik, katak, darah, kutu,
belalang dan pent.
10.Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh
ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang berbuat kebaikan
maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
11.Sebelas
yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf .
12.Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu'jizat Nabi Musa yang
terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air
untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan
tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air."
(Al-Baqarah: 60).
13.Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah
jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
14.Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu
Subuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai
menyingsing. " (At-Takwir: 18).
15.Kuburan yang membawa isinya
adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
16.Mereka yang berdusta
namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni
ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya
kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan
terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaan terhadap kamu
semua." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun
bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (Yusuf:98)
17.Sesuatu yang diciptakan Allah namun
tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya
sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).
18.Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam,
Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.
19.Makhluk
yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah
Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT
berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim."
(Al-Anbiya':69).
20.Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta
Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang
terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
21.Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu
Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT? "Sesungguhnya tipu daya kaum
wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
22.Adapun pohon yang
memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun
mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari
maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan
Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan
Dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub
mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak
pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar
menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh pendeta.
Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"
Mendengar
pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan
dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya,
namun tidak berhasil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus
mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak.
Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya
dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan
namun anda tidak mampu menjawabnya! "
Pendeta tersebut berkata,
"Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian akan marah."
Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda. " Pendeta pun
berkata, "Jawabannya ialah: Asyhadu Al La Ilaha Illallah Wa Aasyhadu
Anna Muhammadar Rasulullah."
Lantas pendeta dan orang-orang
yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah
menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan
seorang pemuda muslim yang bertakwa.
10 HAK YANG MESTI DITUNAIKAN
Sebelum Imam Syafie pulang ke rahmatullah, beliau sempat berwasiat
kepada para muridnya dan umat Islam seluruhnya.Berikut ialah kandungan
wasiat tersebut: "Barangsiapa yang ingin meninggalkan dunia dalam
keadaan selamat maka hendaklah ia mengamalkan sepuluh perkara."
PERTAMA: HAK KEPADA DIRI.Iaitu: Mengurangkan tidur, mengurangkan makan,
mengurangkan percakapandan berpada-pada dengan rezeki yang ada.
KEDUA: HAK KEPADA MALAIKAT MAUT
Iaitu: Mengqadhakan
kewajipan-kewajipan yang tertinggal, mendapatkan kemaafan dari orang
yang kita zalimi, membuat persediaan untuk mati dan merasa cinta kepada
Allah.
KETIGA : HAK KEPADA KUBUR
Iaitu : Membuang
tabiat suka menabur fitnah, membuang tabiat kencing merata-rata,
memperbanyakkan solat Tahajjud dan membantu orang yang dizalimi.
KEEMPAT: HAK KEPADA MUNKAR DAN NAKIR
Iaitu : Tidak berdusta,
berkata benar, meninggalkan maksiat dan nasihat menasihati.
KELIMA : HAK KEPADA MIZAN (NERACA TIMBANGAN AMAL PADA HARI KIAMAT)Iaitu :
Menahan kemarahan, banyak berzikir, mengikhlaskan amalan dan sanggup
menanggung kesusahan.
KEENAM : HAK KEPADA SIRAT (TITIAN YANG
MERENTANGI NERAKA PADA HARI AKHIRAT)
Iaitu : Membuang tabiat
suka mengumpat, bersikap warak, suka membantu orang beriman dan suka
berjemaah.
KETUJUH : HAK KEPADA MALIK (PENJAGA NERAKA)
Iaitu : Menangis lantaran takutkan Allah SWT, berbuat baik kepada ibu
bapa,bersedekah secara terang-terangan serta sembunyi dan memperelok
akhlak.
KELAPAN : HAK KEPADA RIDHWAN (MALAIKAT PENJAGA SYURGA)
Iaitu : Berasa redha dengan Qadha' Allah, bersabar menerima
bala,bersyukur ke atas nikmat Allah dan bertaubat dari melakukan
maksiat.
KESEMBILAN : HAK KEPADA NABI SAW
Iaitu :
Berselawat ke atas baginda, berpegang dengan syariat, bergantung kepada
as-Sunnah (Hadith), menyayangi para sahabat, dan bersaing dalam mencari
keredhaan Allah.
KESEPULUH : HAK KEPADA ALLAH SWT
Iaitu : Mengajak manusia ke arah kebaikan, mencegah manusia dari
kemungkaran, menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan.
Sekadar Renungan
Imam Al-Ghazali
pernah menyatakan
Kelazatan akan datang setelah ada mahabbah.
Mahabbah timbul daripada Makrifat. Manakala Makrifat pula lahir dari
hati yang bersih, fikiran yang murni dan sentiasa memikirkan kebesaran,
dan sifat-sifatNya serta serta kekuasaanNya yang menguasai kerajaan
lanngit dan bumi.
Nikmat yang terbesar ialah nikmat apabila
dapat melihat keindahan kekuasaan Allah S.W.T. Apabila manusia telah
mencapai peringkat tersebut, lidah akan kelu, pena akan patah apabila
cuba untuk menggambarkannya secara lisan dan tulisan. Jika manusia
mengecapi nikmat yang sedemikian, bukan lagi syurga atau takutkan neraka
yang menjadi matlamat atau mendorong manusia taat dan menghambakan diri
kepada Khaliq, sebaliknya terpancar satu perasaan dalam cinta dan rindu
dalam qalbu manusia.
Rabi`atul Adawiyyah, seorang wanita yang
cinta kepada Allah menzahirkan perasaan tersebut dalam nukilan syairnya
seperti berikut:
Cintaku kepadaMu dua,
Cinta asmara
dan cinta hak,
Hatiku penuh dengan asmara
Hijab
terbuka melihat Engkau
Itu semua aku tak berjasa
Engkaulah sendiri terpuji.
Manifestasi melihat keindahan Ilahi
dapat digambarkan sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A. W yang bermaksud
"Allah S.W.T berkata : Bagi hamba-hamba yang soleh telah
kusediakan apa yang tak pernah dilihat mata, tak pernah dilihat telinga,
bahkan tak pernah terlintas di hati insani". (Au Kama Qal)
Tipu Daya Syaitan
Sesungguhnya Syaitan itu adalah seteru yang nyata kepada anak cucu Nabi
Adam A.S. sehinggalah hari akhirat. Syaitan tidak pernah berputus asa
dalam mengatur plan strategik bagi menghancurkan kehidupan manusia di
atas muka bumi ini. Ia tidak pernah mengenal erti putus asa dalam
memesongkan akidah manusia sebagaimana perakuan jahatnya yang di buat di
hadapan Allah S.W.T seperti yang telah dirakamkan dalam al-Quran.
Justeru itu, manusia yang bersifat naif dan lemah perlu memohon
perlindungan, kerahmatan, keredhaan dan dijauhkan daripada tipu daya
syaitan. Hanya manusia yang mempunyai nilai ketaqwaan yang tinggi kepada
Allah S.W.T sahaja yang berjaya mengatasi jerangkap samar yang dipasang
oleh syaitan dalam usahanya mendorong kepada kejahatan dan kesesatan.
Imam al-Ghazali dalam penulisannya Minhaj al-`Abidin telah
mengungkapkan di atara strategi tipu daya syaitan untuk menjauhkan diri
manusia daripada mendekati Allah S.W.T seperti berikut:
1.
Syaitan sentiasa berusaha keras melarang dan mendorong manusia supaya
sentiasa menjauhkan dan mengelak daripada taat kepada perintah Allah
S.W.T. Meskipun begitu, bagi manusia yang mendapat perlindungan dan
kerahmatan Allah akan berjaya mengatasi bisikan pujuk rayu jahat
tersebut dan berkata pada hatinya: Aku memerlukan pahala dan ganjaran
daripada Allah S.W.T sebagai bekal dari alam dunia untuk di bawa ke
kehidupan yang abadi di alam akhirat.
2. Syaitan sentiasa
mendorong dan menyeru manusia agar berpaling daripada mentaati Allah
S.W.T. Pelbagai kaedah yang digunakan antaranya seperti menghasut
manusia menangguh dan melengahkan sesuatu urusan kewajipan, dengan
memberi alasan masih lagi muda tunggulah sehingga tua. Bagaimanapun,
manusia yang memiliki keimanan yang tinggi tidak mudah terpedaya dengan
helah tersebut sebaliknya dengan tegas menolak dan meyakini;
Sesungguhnya persoalan ajal bukan ditangannku tetapi ia ada urusan
Allah, jika aku melengah-lengahkan tuntutan kewajipan agama (soalat,
berpuasa dan amalan-amalan lain) dan menangguhkan di masa yang lain,
sudah tentulah aku termasuk dalam golongan yang sentiasa dalam kerugian
dan berkemungkinan aku akan terlepas peluang untuk menunaikannya.
Realiti ini dirakamkan dalam al-Quran sebagaiman firman Allah S.W.T yang
bermaksud : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugiaan......
(al-`Asr).
3. Syaitan amat senang dan suka kepada golongan
manusia yang bersifat bergopoh-gapah dan terburu-terburu dalam melakukan
amal soleh dengan membisikkan dalam qalbu (hati) manusia "Marilah
mengerjakan ibadah dengan secepat mungkin (gopoh) supaya engkau dapat
melakukan amal ibadah yang lain pula. Berbeza pula dengan manusia yang
beriman, mereka akan menolakknya dan sentiasa berhati-hati dalam
mengerjakan amal ibadah dan sentiasa menginsafi bahawasanya: Setiap
amalan yang dilakukan perlu disempurnakan dengan penuh tertib dan tekun.
Sedikit amalan yang dilakukan dengan penuh kesempurnaan dan tartil
adalah lebih baik dan utama daripada mengerjakan banyak amal tetapi
penuh dengan kecacatan dan terburu-buru.
Menyentuh tentang
tabiat bergopoh-gabah dan terburu-terburu, sifat negatif sedemikian
dicela oleh Nabi S.A.W dalam sebuah hadisnya yang bermaksud:
"Tergopoh-gapah itu daripada syaitan, kecuali dalam lima perkara iaitu:
mengahwinkan anak dara sekiranya telah sampai waktunya. Menjelaskan
hutang jika sudah sampai tempoh janjinya. Menyempurna dan mengebumikan
jenazah jika sampai ajalnya. Bertaubat apabila melakukan dosa..
CANTIK KAH ANDA????
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Seorang anak laki-laki kecil bertanya
kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"
"Kerana aku seorang
wanita", kata sang ibu kepadanya.
"Aku tidak mengerti", kata
anak itu.
Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak
akan pernah mengerti"
Kemudian anak laki-laki itu bertanya
kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan
oleh ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi
seorang laki-laki
dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita
menangis.
Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya,
"Tuhan, mengapa wanita
begitu mudah menangis?"
Allah
berfirman:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan
untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat
untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan
kenyamanan "
"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk
mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari
anak-anaknya "
"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya
tetap tegar ketika
orang-orang lain menyerah, dan mengasuh
keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "
"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap
keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "
"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya
dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "
"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami
yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji
kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa
ragu "
"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk
dititiskan.
Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia
perlukan."
"Kau tahu:
Kecantikan seorang wanita
bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau
bagaimana ia menyisir rambutnya."
"Kecantikan seorang wanita
harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya - tempat dimana
cinta itu ada."
-----------------
tak terasa bila DIA
pergi, tapi sayu bila DIA tak kembali..mencari NYA dengan hati suci
LEBIH indah daripada memiliki TAPI tak menghargai.
BINGKISAN ROHANI
Hakikat Insan
Manusia hanyalah insan yang bersifat lemah. Atas sifat alamiah
sedemikian maka manusia sentiasa memerlukan bantuan dan pertolongan
daripada Yang Maha Berkuasa (Allah S.W.T). Manusia atas kapasitinya
sebagai Khalifatulard sentiasa mendambakan dirinya secara mutlak dengan
penuh ketaatan kepada Penciptanya yang Maha Berkuasa atas segala
sesuatu. Manusia yang alpa seringkali membinasakan jiwanya meskipun pada
hakikatnya ia merasakan keseronokan tetapi jiwanya kosong dan tenggelam
dalam lautan dan bisikan nafsu yang mendorong manusia ke alam yang
sesat. Ketahuilah sesungguhnya kehidupan insan di muka bumi ini hanyalah
sementara. Justeru itu, kesempatan masa yang ada ini perlulah
dimanfaatkan sebaik-baiknya agar tidak termasuk dalam golongan yang rugi
bukan sahaja di dunia bahkan diakhirat.
Panduan Menenangkan Hati
Seseorang muslim dan mukmin sentiasa merasakan
jiwanya sentiasa tenang dan damai. Hatinya aman dan bahagia disebabkan
ia disinari dengan cahaya keimanan dan nur Ilahi. Hati yang bersifat
sedemikian sentiasa taat kepada perintah Allah dengan penuh khusu` dan
tawaduk kepada Allah S.W.T. Hati yang tandus dengan sinar Ilahi
dianalogikan sebagai tanah yang gersang dan kering kontang dari titisan
air untuk menyejukkan tanah dan menyuburkannya. Antara panduan yang
boleh diamalkan untuk menenangkan hati:
1. Lidah sentiasa
berzikir kepada Allah S.W.T
2. Hati sentiasa mengingati Allah
dalam apa jua situasi sama ada ketika senang, susah, sedih, gembira dan
sebagainya.
3. Menggunakan akal untuk berfikir tentang
kekuasaan dan kehebatan Allah S.W.T.
4. Sentiasa beristighfar
dan memohon keampunan daripada Allah S.W.T di atas keisilapan yang
dilakukan.
5. Menjauhi perkara-perkara yang boleh mengundang
kepada penyakit hasad dengki sesama manusia.
6. Sentiasa
memohon maaf sekiranya melakukan kesalahan sesama manusia dan bersedia
memberi maaf atas kesalahan orang lain ke atas kita.
7.
Sentiasa berdoa kepada Allah S.W.T supaya kita dimasukkan ke dalam
golongan yang mendapat keberkatan, keredhaan, kejayaan, kebahagian,
hasanah di dunia dan akhirat.
Mudah-mudahan tip-tip ini sedikit
sebanyak dapat membantu meningkatkan dan menenangkan hati dan jiwa kita
supaya dekat kepada Allah S.W.T , insyallah. .... Tidakkah dengan
mengingati Allah hati-hati kamu akan menjadi tenang. (qalb
al-mutmainnah)
Jalan Menuju Kebangkitan Kaum Muslimin
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah kaum muslimin dewasa ini terbelakang ? Kenapa ? Dan bagaimana dapat membuat mereka bangkit ?
Jawaban
Tidak dapat diragukan lagi bahwa tidak seorang mukmin pun yang rela terhadap kondisi kaum muslimin dewasa ini. Mereka benar-benar terkebelakang akibat keteledoran mereka mengemban tanggung jawab yang telah diwajibkan Allah diatas pundak mereka. Mereka telah teledor dari sisi penyampaian dien ini kepada seluruh dunia dan berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka juga telah teledor di dalam mempersiapkan kekuatan yang telah Allah perintahkan melalui firman-firmanNya.
“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu” [Al-Anfal : 60]
“Artinya : Dan siap siagalah kamu” [An-Nisa : 102]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil mejadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu” [Ali-Imran : 118]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain” [Al-Maidah : 51]
Hal-hal yang mereka teledor terhadapnya inilah yang menyebabkan mereka mengalami ketertinggalan yang kita berharap kepada Allah agar dapat menghilangkannya dari mereka. Yaitu, dengan jalan kembalinya mereka ke jalan yang benar sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Aku telah meninggalkan kalian dalam kondisi putih bersih, yang malamnya seperti siangnya” [Hadits Riwayat Ibnu Majah, Al-Muqaddimah 43, Ahmad Jilid IV. No. 1374]
Dan dalam sabdanya yang lain.
“Artinya : Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya ; Kitabullah dan Sunnah NabiNya” [Hadits Riwayat Malik di dalam Al-Muwaththa’, Al-Qadar, hal 899]
Jadi sebab ketertinggalan kaum muslimin adalah bahwa mereka belum mengamalkan wasiat Allah kepada mereka, demikian pula wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berpegang teguh kepada dien mereka, Kitab Rabb dan Sunnah Nabi mereka. Juga karena mereka tidak mengambil sikap hati-hati agar aman dari makar musuh mereka akan tetapi sekalipun demikian, kita tidak hendak mengatakan bahwa kebaikan sudah tidak ada dan kesempatan sudah habis. Kebaikan masih ada pada umat ini selemah apapun kondisinya, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Masih akan tetap ada sebuah golongan dari umatku yang membela Al-Haq, mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang-orang yang menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah (Kiamat)” [Hadits Riwayat Muslim, Al-Imarah 1920 dari hadits yang diriwayatkan Tsauban. Demikian pula terdapat riwayat semisalnya dari lebih dari seorang sahabat]
Maka, selemah apapun kondisi yang tengah dihadapi umat namun kebaikan tidaklah hilang padanya dan pasti akan ada orang yang menegakkan Dienullah sekalipun dalam lingkup yang sempit. Kebaikan akan tetap ada pada umat ini manakala para pemeluknya telah kembali kepadaNya.
[Kitab Ad-Da’wah, No. 7, Dari Fatwa Syaikh Al-Fauzan, Jilid II, hal.166-167]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 179-181 Darul Haq]
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah kaum muslimin dewasa ini terbelakang ? Kenapa ? Dan bagaimana dapat membuat mereka bangkit ?
Jawaban
Tidak dapat diragukan lagi bahwa tidak seorang mukmin pun yang rela terhadap kondisi kaum muslimin dewasa ini. Mereka benar-benar terkebelakang akibat keteledoran mereka mengemban tanggung jawab yang telah diwajibkan Allah diatas pundak mereka. Mereka telah teledor dari sisi penyampaian dien ini kepada seluruh dunia dan berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka juga telah teledor di dalam mempersiapkan kekuatan yang telah Allah perintahkan melalui firman-firmanNya.
“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu” [Al-Anfal : 60]
“Artinya : Dan siap siagalah kamu” [An-Nisa : 102]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil mejadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu” [Ali-Imran : 118]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain” [Al-Maidah : 51]
Hal-hal yang mereka teledor terhadapnya inilah yang menyebabkan mereka mengalami ketertinggalan yang kita berharap kepada Allah agar dapat menghilangkannya dari mereka. Yaitu, dengan jalan kembalinya mereka ke jalan yang benar sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Aku telah meninggalkan kalian dalam kondisi putih bersih, yang malamnya seperti siangnya” [Hadits Riwayat Ibnu Majah, Al-Muqaddimah 43, Ahmad Jilid IV. No. 1374]
Dan dalam sabdanya yang lain.
“Artinya : Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya ; Kitabullah dan Sunnah NabiNya” [Hadits Riwayat Malik di dalam Al-Muwaththa’, Al-Qadar, hal 899]
Jadi sebab ketertinggalan kaum muslimin adalah bahwa mereka belum mengamalkan wasiat Allah kepada mereka, demikian pula wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berpegang teguh kepada dien mereka, Kitab Rabb dan Sunnah Nabi mereka. Juga karena mereka tidak mengambil sikap hati-hati agar aman dari makar musuh mereka akan tetapi sekalipun demikian, kita tidak hendak mengatakan bahwa kebaikan sudah tidak ada dan kesempatan sudah habis. Kebaikan masih ada pada umat ini selemah apapun kondisinya, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Masih akan tetap ada sebuah golongan dari umatku yang membela Al-Haq, mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang-orang yang menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah (Kiamat)” [Hadits Riwayat Muslim, Al-Imarah 1920 dari hadits yang diriwayatkan Tsauban. Demikian pula terdapat riwayat semisalnya dari lebih dari seorang sahabat]
Maka, selemah apapun kondisi yang tengah dihadapi umat namun kebaikan tidaklah hilang padanya dan pasti akan ada orang yang menegakkan Dienullah sekalipun dalam lingkup yang sempit. Kebaikan akan tetap ada pada umat ini manakala para pemeluknya telah kembali kepadaNya.
[Kitab Ad-Da’wah, No. 7, Dari Fatwa Syaikh Al-Fauzan, Jilid II, hal.166-167]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 179-181 Darul Haq]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=752&bagian=0
Langkah-Langkah Untuk Menang
Sejak lebih dari setengah abad yang lalu, umat Islam
ditimpa bencana kekalahan bertubi-tubi. Kebanyakan orang lupa tentang
sebab-sebab kekalahan dan musibah ini. padahal Allah berfirman :
"Artinya : Katakanlah : Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri" [Ali Imran : 165]
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman :
"Artinya : Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" [Asy-Syura : 30]
Seandainya umat kita -baik penguasa maupun rakyat- mau menghayati Kitab Allah kemudian mengamalkan hukum-hukum serta hikmah-hikmahnya, niscaya mereka akan melakukan upaya-upaya untuk menang melawan musuh-musuhnya. Dan niscaya pula akan mengetahui sunatullah terhadap mahluk-Nya -yang tidak pernah berubah, berganti dan bergeser- sepanjang masa.
Faktor-faktor menang melawan musuh -sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Allah- banyak, diantaranya :
[1]. TAUHID, IMAN SHALIH.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh-sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku" [An-Nur : 55]
[2]. SIAPA YANG MENOLONG AGAMA ALLAH, NISCAYA ALLAH AKAN MENOLONGNYA.
Menolong agama Allah ialah :
[a]. Dengan menegakkan syari'at-Nya dan dengan mengikuti petunjuk Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk mewujudkan peribadatan hanya kepada Allah, menghidupkan sunnah dan mematikan serta memberantas bid'ah.
[b]. Dengan memberikan loyalitas kepada Ahlus Sunnah wal Jama'ah serta memberikan permusuhan kepada pengikut hawa nafsu dan ahli bid'ah.
[c]. Dengan melaksanakan amar ma'ruf-nahi mungkar serta jihad melawan musuh-musuh Allah dimanapun mereka berada.
[d]. Menolong agama Allah ialah dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya ; menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa" [Al-Hajj : 160]
Orang yang demikian keadaannya, niscaya tidak akan dapat dikalahkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada-lah orang yang dapat mengalahkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu ?" [Ali Imran : 160]
[3]. SABAR DAN TAQWA ADALAH SEBAB DATANGNYA PERTOLONGAN DAN BANTUAN ALLAH.
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan orang yang bersabar dan bertaqwa untuk memberikan pertolongan, kemenangan, bantuan, keberuntungan dan punahnya tipu daya musuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu" [Ali-Imran : 125-126]
"Artinya : Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka tidak sedikitpun mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan" [Ali-Imran : 120]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Ketahuilah bahwa jalan keluar disertai kesulitan, bahwa kemenangan disertai kesabaran dan sesungguhnya bersama kesukaran terdapat kemudahan" [Hadits shahih seperti dikatakan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Iqazh Al-Hinam Muntaqa Jami'al-Ulum wa Hikam, hal.280, diriwayatkan oleh Ahmad, Abd bin Humaid dll]
[4]. SETIAP ORANG YANG TERANIAYA [DIZALIMI] MENJADAPAT JANJI PERTOLONGAN DARI ALLAH, APALAGI JIKA IA SEORANG MUKMIN YANG BERTAQWA.
Itu karena kezaliman adalah kegelapan. Allah telah mengharamkan kezaliman pada diri-Nya, dan Dia telah menjadikan kezaliman itu haram bagi mahluk-Nya. Allah memerintahkan supaya memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi. Allah menjadikan do'anya orang yang terzalimi (teraniya) makbul dan tidak ada penghalang yang menutupi do'a itu dari Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesunguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu" [Al-Hajj : 39]
"Artinya : Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiyayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya" [Al-Hajj : 60]
Terdapat pula riwayat bahwa Allah pada hari kiamat akan mengqishas kambing yang bertanduk karena menganiaya kambing yang tidak bertanduk.[Hadits Riwayat Tirmidzi. Ini merupakan sempurnanya keadilan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Terhadap binatang saja demikian, apalagi terhadap suatu masyarakat yang dikucilkan, diusir dari negerinya sendiri, dilarang menggunakan senjata untuk melakukan perlawanan terhadap musuhnya dan tempat tinggalnya di pencar-pencar].
[5]. MENGIKUTI AGAMA SECARA BENAR DIJANJIKAN MENDAPAT PERTOLONGAN.
Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an/ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai" [At-Taubah : 33]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sungguh-sungguh perkara (Islam) ini akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang. Dan tidak akan tersisa sebuah rumah tembokpun, tidak pula rumah ilalangpun kecuali Allah akan masukkan agama ini ke dalamnya ; dengan kemulian orang mulia atau dengan kehinaan orang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan Islam dengannya (orang mulia tersebut), dan kehinaan yang Allah hinakan kekafiran dengan orang hina tersebut" [Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Bisran, Thabrani, Ibnu Mandah, Al-Hafidz Abdul Ghani Al-Naqdisi, Al-Hakim dan lain-lainnya. Lihat Silsilah Shahihah No. 3]
Ini adalah janji yang termuat dalam Kitab Allah dan tertuangkan melalui lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Janji Allah tidak mungkin diingkari, sebab Allah tidak mengingkari janji.
[6]. PERSELISIHAN ADALAH SEBAB KEGENTARAN DAN KEKALAHAN.
Umat Islam tidak mengalami kekahan kecuali karena pertentangan dan perpecahan mereka. Seandainya mereka bersatu padu dalam kalimat tauhid, bersatu bahasanya, sama-sama berpegang teguh pada tali Allah, berjihad melawan musuh-musuhnya untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan menegakkan tauhidullah serta memberantas habis kemusyrikan, niscaya Allah menolongnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan janganlah kamu saling bertentangan (berbantah-bantahan), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar" [Al-Anfal : 46]
[7]. MELAKUKAN PERSIAPAN UNTUK BEPERANG ; MORIL MAUPUN MATERIIL.
Yaitu dengan melakukan upaya-upaya sesuai dengan Sunnah Nabawiyah yang telah ditempuh oleh para nabi, padahal para nabi adalah orang-orang yang sangat jujur dan tawakkal kepada Allah. Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah muncul dengan mengenakan dua buah baju zirah dalam salah satu pertempuran, beliau juga memakai pelindung kepala dalam peperangan.
Demikian pula para sahabatnya-pun mengenakan baju zirah yang menyelimuti seluruh tubuh. Dan ini semua tidak menghilangkan tawakkal kepada Allah Subahanhu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sangggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang" [Al-Anfal : 60]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menafsirkan ayat di atas dengan sabdanya.
"Artinya : Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah melepaskan anak panah (menepatkan sasaran -pen). Ketahuilah bahwa kekuatan adalah melepaskan anak panah (menepatkan sasaran-pen" [Hadits Riwayat Muslim]
(Demikianlah) kita memohon kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala agar Dia memberikan taufiq kepada kita untuk melakukan usaha-usaha ke arah kemenangan melawan kaum Yahudi dan melawan semua musuh Islam lainnya. Pada hari kemenangan itulah kaum Mukminin bergembira ria mendapat pertolongan Allah. Dan itu tidaklah sulit bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
[Disalin dari Majalah Al-Ashalah Edisi 30/Th. V/15 Syawal 1421H. Sebuah tulisan yang merupakan kata penutup redaksi Al-Ashalah, Disalin ulang dari Majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun V/1422H/2001M hal. 26-28, PenerjemahAhmas Faiz Asifuddin]
"Artinya : Katakanlah : Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri" [Ali Imran : 165]
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman :
"Artinya : Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" [Asy-Syura : 30]
Seandainya umat kita -baik penguasa maupun rakyat- mau menghayati Kitab Allah kemudian mengamalkan hukum-hukum serta hikmah-hikmahnya, niscaya mereka akan melakukan upaya-upaya untuk menang melawan musuh-musuhnya. Dan niscaya pula akan mengetahui sunatullah terhadap mahluk-Nya -yang tidak pernah berubah, berganti dan bergeser- sepanjang masa.
Faktor-faktor menang melawan musuh -sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Allah- banyak, diantaranya :
[1]. TAUHID, IMAN SHALIH.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh-sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku" [An-Nur : 55]
[2]. SIAPA YANG MENOLONG AGAMA ALLAH, NISCAYA ALLAH AKAN MENOLONGNYA.
Menolong agama Allah ialah :
[a]. Dengan menegakkan syari'at-Nya dan dengan mengikuti petunjuk Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk mewujudkan peribadatan hanya kepada Allah, menghidupkan sunnah dan mematikan serta memberantas bid'ah.
[b]. Dengan memberikan loyalitas kepada Ahlus Sunnah wal Jama'ah serta memberikan permusuhan kepada pengikut hawa nafsu dan ahli bid'ah.
[c]. Dengan melaksanakan amar ma'ruf-nahi mungkar serta jihad melawan musuh-musuh Allah dimanapun mereka berada.
[d]. Menolong agama Allah ialah dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya ; menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa" [Al-Hajj : 160]
Orang yang demikian keadaannya, niscaya tidak akan dapat dikalahkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada-lah orang yang dapat mengalahkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu ?" [Ali Imran : 160]
[3]. SABAR DAN TAQWA ADALAH SEBAB DATANGNYA PERTOLONGAN DAN BANTUAN ALLAH.
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan orang yang bersabar dan bertaqwa untuk memberikan pertolongan, kemenangan, bantuan, keberuntungan dan punahnya tipu daya musuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu" [Ali-Imran : 125-126]
"Artinya : Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka tidak sedikitpun mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan" [Ali-Imran : 120]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Ketahuilah bahwa jalan keluar disertai kesulitan, bahwa kemenangan disertai kesabaran dan sesungguhnya bersama kesukaran terdapat kemudahan" [Hadits shahih seperti dikatakan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Iqazh Al-Hinam Muntaqa Jami'al-Ulum wa Hikam, hal.280, diriwayatkan oleh Ahmad, Abd bin Humaid dll]
[4]. SETIAP ORANG YANG TERANIAYA [DIZALIMI] MENJADAPAT JANJI PERTOLONGAN DARI ALLAH, APALAGI JIKA IA SEORANG MUKMIN YANG BERTAQWA.
Itu karena kezaliman adalah kegelapan. Allah telah mengharamkan kezaliman pada diri-Nya, dan Dia telah menjadikan kezaliman itu haram bagi mahluk-Nya. Allah memerintahkan supaya memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi. Allah menjadikan do'anya orang yang terzalimi (teraniya) makbul dan tidak ada penghalang yang menutupi do'a itu dari Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesunguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu" [Al-Hajj : 39]
"Artinya : Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiyayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya" [Al-Hajj : 60]
Terdapat pula riwayat bahwa Allah pada hari kiamat akan mengqishas kambing yang bertanduk karena menganiaya kambing yang tidak bertanduk.[Hadits Riwayat Tirmidzi. Ini merupakan sempurnanya keadilan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Terhadap binatang saja demikian, apalagi terhadap suatu masyarakat yang dikucilkan, diusir dari negerinya sendiri, dilarang menggunakan senjata untuk melakukan perlawanan terhadap musuhnya dan tempat tinggalnya di pencar-pencar].
[5]. MENGIKUTI AGAMA SECARA BENAR DIJANJIKAN MENDAPAT PERTOLONGAN.
Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an/ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai" [At-Taubah : 33]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sungguh-sungguh perkara (Islam) ini akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang. Dan tidak akan tersisa sebuah rumah tembokpun, tidak pula rumah ilalangpun kecuali Allah akan masukkan agama ini ke dalamnya ; dengan kemulian orang mulia atau dengan kehinaan orang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan Islam dengannya (orang mulia tersebut), dan kehinaan yang Allah hinakan kekafiran dengan orang hina tersebut" [Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Bisran, Thabrani, Ibnu Mandah, Al-Hafidz Abdul Ghani Al-Naqdisi, Al-Hakim dan lain-lainnya. Lihat Silsilah Shahihah No. 3]
Ini adalah janji yang termuat dalam Kitab Allah dan tertuangkan melalui lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Janji Allah tidak mungkin diingkari, sebab Allah tidak mengingkari janji.
[6]. PERSELISIHAN ADALAH SEBAB KEGENTARAN DAN KEKALAHAN.
Umat Islam tidak mengalami kekahan kecuali karena pertentangan dan perpecahan mereka. Seandainya mereka bersatu padu dalam kalimat tauhid, bersatu bahasanya, sama-sama berpegang teguh pada tali Allah, berjihad melawan musuh-musuhnya untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan menegakkan tauhidullah serta memberantas habis kemusyrikan, niscaya Allah menolongnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan janganlah kamu saling bertentangan (berbantah-bantahan), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar" [Al-Anfal : 46]
[7]. MELAKUKAN PERSIAPAN UNTUK BEPERANG ; MORIL MAUPUN MATERIIL.
Yaitu dengan melakukan upaya-upaya sesuai dengan Sunnah Nabawiyah yang telah ditempuh oleh para nabi, padahal para nabi adalah orang-orang yang sangat jujur dan tawakkal kepada Allah. Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah muncul dengan mengenakan dua buah baju zirah dalam salah satu pertempuran, beliau juga memakai pelindung kepala dalam peperangan.
Demikian pula para sahabatnya-pun mengenakan baju zirah yang menyelimuti seluruh tubuh. Dan ini semua tidak menghilangkan tawakkal kepada Allah Subahanhu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sangggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang" [Al-Anfal : 60]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menafsirkan ayat di atas dengan sabdanya.
"Artinya : Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah melepaskan anak panah (menepatkan sasaran -pen). Ketahuilah bahwa kekuatan adalah melepaskan anak panah (menepatkan sasaran-pen" [Hadits Riwayat Muslim]
(Demikianlah) kita memohon kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala agar Dia memberikan taufiq kepada kita untuk melakukan usaha-usaha ke arah kemenangan melawan kaum Yahudi dan melawan semua musuh Islam lainnya. Pada hari kemenangan itulah kaum Mukminin bergembira ria mendapat pertolongan Allah. Dan itu tidaklah sulit bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
[Disalin dari Majalah Al-Ashalah Edisi 30/Th. V/15 Syawal 1421H. Sebuah tulisan yang merupakan kata penutup redaksi Al-Ashalah, Disalin ulang dari Majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun V/1422H/2001M hal. 26-28, PenerjemahAhmas Faiz Asifuddin]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=830&bagian=0
Selasa, 27 September 2011
SEBAB TERJADINYA MUSIBAH DAN CARA PENANGGULANGANNYA
Al-Qur'anul Karim telah menyebutkan beberapa sebab terjadinya musibah, berikut bagaimana Allah menghilangkan musibah tersebut dari para hambaNya. Di antaranya adalah firman Allah,
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada ada diri mereka sendiri." (Al-Anfaal: 53)
"Dan apa saia musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(Asy-Syuuraa: 30)
"Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali jalan yang benar)."
(Ar-Ruum: 41)
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang ke-padanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah,
karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebab-kan apa yang selalu mereka perbuat." (An-Nahl: 112)
Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Ia tidak akan menurun-kan bala' dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat, dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah. Lebih-lebih karena jauhnya mereka dari tauhid, serta tersebar luasnya berbagai perbuatan syirik di banyak negara-negara Islam.
Hal yang menyebabkan timbulnya banyak fitnah dan ujian. Berbagai musibah itu tidak akan hilang kecuali dengan kembali mentauhidkan Allah, dan menegakkan syari'at-syari'atNya baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
Al-Qur'an juga menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang berdo'a kepada Allah dengan mengesakanNya saat ditimpa musibah dan kesempitan. Tetapi ketika Allah membebaskan mereka dari musibah dan kesempitan tersebut, mereka kembali lagi kepada perbuatan syirik, menyembah dan memohon kepada selain Allah di waktu senang dan lapang. Allah berfirman,
"Maka
apabila mereka naik kapal, mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepadaNya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah)."
(Al-'Ankabuut: 65)
Ironinya, mayoritas umat Islam saat ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan kepada selain Allah, mereka menyeru, "Ya Rasulullah, ya Syaikh Jailani, ya Syaikh Rifa'i, ya Syaikh Marghani, ya Syaikh Badawi, ya Syaikh Arab ... dan sebagainya."
Mereka menyekutukan Allah di masa sempit dan lapang, melanggar firman Allah serta sabda RasulNya.
Sesungguhnya kekalahan umat Islam ketika perang Uhud adalah disebabkan oleh sebagian para pemanah yang tidak menta'ati perintah pemimpin mereka, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam . Anehnya, mereka heran atas kekalahan yang mereka derita. Maka dengan tegas Al-Qur'an menjawab,
"Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." (Al-Imran: 165)
Ketika dalam perang Hunain, sebagian umat Islam berkata, "Kita tak akan terkalahkan oleh pasukan yang berjumlah sedikit." Dan hasil-nya adalah mereka kalah. Allah mencela mereka dalam firmanNya,
"Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikit pun." (At-Taubah: 25)
Umar bin Khaththab menulis
CABANG-CABANG IMAN
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam
bersabda,
"Iman
itu lebih dari enam puluh cabang. Cabang
yang paling utama adalah
ucapan, 'Laa ilaaha illallah' dan cabang yang paling rendah yaitu menyingkirkan kotoran dari jalan". (HR. Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar telah meringkas hal tersebut dalam kitab-nya Fathul Baari, sesuai keterangan Ibnu Hibban, beliau berkata, "Cabang-cabang ini terbagi dalam amalan hati, lisan dan badan". - Amalan Hati:
Adapun amalan hati adalah berupa i'tikad dan niat. Dan ia terdiri dari dua puluh empat sifat (cabang); iman kepada Allah, termasuk di dalamnya iman kepada Dzat dan Sifat-sifatNya serta pengesaan bahwasanya Allah adalah:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat". (As-Syuraa: 11)
Serta ber'itikad bahwa selainNya adalah baru, makluk. Beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-malaikat, kitab-kitab dan para rasulNya. Beriman kepada qadar (ketentuan) Allah, yang baik maupun yang buruk.
Beriman kepada hari Akhirat: Termasuk di dalamnya pertanyaan di dalam kubur, kenikmatan dan adzabNya, kebangkitan dan pengumpulan di Padang Mahsyar, hisab (perhitungan amal), mizan (timbangan amal), shirath (titian di atas Neraka), Surga dan Neraka.
Kecintaan kepada Allah, cinta dan marah karena Allah. Kecintaan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam dan yakin atas keagungan beliau, termasuk di dalamnya bershalawat atas Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam dan mengikuti sunnahnya.
Ikhlas, termasuk di dalamnya meninggalkan riya dan nifaq. Taubat dan takut, berharap, syukur dan menepati janji, sabar, ridha dengan qadha dan qadhar, tawakkal, kasih sayang dan tawadhu (rendah hati), termasuk di dalamnya menghormati yang tua, mengasihi yang kecil, meninggalkan sifat sombong dan bangga diri, meninggalkan dengki, iri hati dan emosi.
- Perbuatan Lisan:
Ia terdiri dari tujuh cabang: Mengucapkan kalimat tauhid, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah, membaca Al-Qur'an, belajar ilmu dan mengajarkannya, berdo'a, dzikir, termasuk di dalamnya istighfar (memohon ampun kepada Allah), bertasbih (mengucapkan, "Subhanallah", dan menjauhi perkataan yang sia-sia.
- Amalan Badan:
Ia terdiri dari tiga puluh delapan cabang:- Yang berkaitan dengan materi.Bersuci baik secara lahiriyah maupun hukumiah: termasuk di dalamnya
menjauhi barang-barang najis, menutup aurat, shalat fardhu dan sunnat, zakat,
memerdekakan budak.
Dermawan: termasuk di dalamnya memberikan makan orang lain, memuliakan tamu. Puasa baik fardhu maupun sunnat, i'tikaf, mencari lailatul qadar, haji, umrah dan thawaf.
Lari dari musuh untuk mempertahankan agama: termasuk di dalamnya hijrah dari negeri musyrik ke negeri iman. Memenuhi nadzar, berhati-hati dalam soal sumpah (yakni bersumpah dengan nama Allah secara jujur, hanya ketika sangat membutuhkan hal itu), memenuhi kaffarat (denda), misalnya kaffarat sumpah, kaffarat hubungan suami-istri di bulan Ramadhan.
- Yang berkaitan dengan nafsu.Ia terdiri dari enam cabang: menjaga diri dari perbuatan maksiat
(zina) dengan menikah, memenuhi hak-hak keluarga, berbakti kepada kedua orang
tua: termasuk di dalamnya tidak mendurhakainya, mendidik
anak.
Silaturahim, taat kepada penguasa (dalam hal-hal yang tidak merupakan maksiat kepada Allah), dan kasih sayang kepada hamba sahaya.
- Yang berkaitan dengan hal-hal umum:
Ia terdiri dari tujuh belas cabang: menegakkan kepemimpinan secara adil, mengikuti jama'ah, taat kepada ulil amri, melakukan ishlah (perbaikan dan perdamaian) di antara manusia termasuk di dalamnya memerangi orang-orang Khawarij dan para pemberontak. Tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, termasuk di dalamnya amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang dari kemungkaran), melaksanakan hudud (hukuman-hukuman yang telah ditetapkan Allah).
Jihad, termasuk di dalamnya menjaga wilayah Islam dari serangan musuh, melaksanakan amanat, di antaranya merealisasikan pembagian seperlima dari rampasan perang: Utang dan pembayaran, memuliakan tetangga, bergaul secara baik, termasuk di dalamnya mencari harta secara halal. Menginfakkan harta pada yang berhak, termasuk di dalamnya meninggalkan sikap boros dan foya-foya. Menjawab salam, mendo'akan orang bersin yang mengucapkan alham-dulillah, mencegah diri dari menimpakan bahaya kepada manusia, menjauhi perkara yang tidak bermanfaat serta menyingkirkan kotoran yang mengganggu manusia dari jalan.
Hadits di muka menunjukkan, bahwa tauhid (kalimat laa ilaaha illallah) adalah cabang iman yang paling tinggi dan paling utama.
Oleh karena itu, para da'i hendaknya memulai dakwahnya dari cabang iman yang paling utama, kemudian baru cabang-cabang lain yang ada di bawahnya. Dengan kata lain, membangun fondasi terlebih dahulu (tauhid), sebelum mendirikan bangunan (cabang-cabang iman yang lain). Mendahulukan hal yang terpenting, kemudian disusul hal-hal yang penting.
- Yang berkaitan dengan materi.Bersuci baik secara lahiriyah maupun hukumiah: termasuk di dalamnya
menjauhi barang-barang najis, menutup aurat, shalat fardhu dan sunnat, zakat,
memerdekakan budak.
Langganan:
Postingan (Atom)