Minggu, 25 September 2011

Mengeksplorasi Kewirausahaan Pendidikan



Pada saat kewirausahaan pendidikan dikembangkan di Indonesia, pikiran banyak pihak langsung terarah pada kegiatan perekonomian sekolah. Wirausaha pendidikan  menggerakan pemikiran bahwa sekolah harus pandai mendapat peluang ekonomi dalam bentuk keuntungan berupa uang atau keterampilan untuk memperoleh uang.
Dalam banyak kegiatan pembinaan kewirausahaan pendidikan, tumbuh pemikiran baru untuk mengembangkan daya sekolah dalam membangun berkoperasi, beternak, berdagang atau mengembangkan jasa pelayanan publik atau kegiatan produktif. Sementara itu, banyak yang melupakan bahwa kegiatan kewirausahaan juga dapat diperluas maknanya. Bagaimana sekolah menghasilkan prilaku yang memiliki karakter yang kreatif, inovatif, dan pantang menyerah sehingga berdampak pada pembentukan pribadi yang dinamis  yang siap menyambut masa depan yang serba berubah.
Pemikiran itu mengandung konsekuensi untuk menempatkan kewirausahaan dalam konteks sosial secara luas. Menerapkan kewirausahaan pendidikan berarti mengubah paradigma pengelolaan pendidikan dari lembaga pelayanan layanan edukatif ke penyelenggaraan sekolah sebagai industri yang menghasilkan produk sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih. Penyelenggaraan sekolah sebagai investasi proses untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, salah satu indikator mutunya adalah lulusan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan peroleh pendapatannya yang besar dari dunia kerja.
Topik pendidikan sebagai industri sudah menjadi pembahasan dalam konfrensi di Biro  Universitas Nasional, Komite Riset Ekonomi[1] di Inggris sejak beberapa tahun lalu. Pendidikan sebagai model investasi untuk menghasilkan produk berupa perilaku siswa dalam bentuk kompetensi yang mengkinkan siswa berwirausaha dalam hidupnya.
Teori ekonomi mikro mengarahkan bahwa siswa sebagai calon investor akan mengumpulkan informasi mengenai biaya investasi, manfaat yang diharapkan (keuntungan berupa uang maupun keuntungan sosial), dan risiko yang muncul atas berhasil menyelesaikan program ini. Siswa akan berhasil menyelesaikan studinya jika  memperoleh manfaat dari pendidikan yang diikutinya, siswa juga harus menanggung resiko di antaranya biaya serta memperoleh keuntungan lebih dari investasi yang ditanamkannya.

Kewirausahaan
Ekonom Joseph Schumpeter (1883-1950)[1] merumuskan pemikirannya untuk mendorong pengusaha berinovasi dan melakukan perbaikan dan perubahan. Schumpeter melihat kewirausahaan sebagai kekuatan atau kreativitas.” Pengusaha selalu mengembangkan  ”ide baru,” yang membuat industri lama usang. Cara-cara lama dihancurkan oleh penciptaan cara-cara baru dan menghasilkan produk yang lebih baik.
Pengusaha adalah orang yang bersedia menanggung risiko atas usaha barunya. Yang menjadi perhatian utamanya adalah mendapatkan kesempatan yang signifikan dalam memperoleh keuntungan. Untuk itu pengusaha harus menjadi inovator yang memasarkan inovasinya. Pengusaha mengembangkan cara, pelayanan, pasar, dan  barang baru sesuai dengan kebutuhan pasar.[2]
Pakar bisnis Peter Drucker menggunakan ide seperti itu untuk menggambarkan pengusaha sebagai seseorang yang benar-benar mencari perubahan, merespon, dan mengeksploitasi perubahan sebagai sebuah peluang. Kemampuannya melihat perubahan dengan cepat dan mengokomunikasikan perubahan. Perubahan ini semakin pantastik dengan makin canggihnya produk industry dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang menyediakan informasi yang melimpah sebagai sumber informasi.
Kini pengertian kewirausahaan tidak hanya digunakan dalam bidang ekonomi yang tertuju pada usaha untuk memperoleh keuntungan financial namun pengertiannya diperluas dalam dalam bidang sosial, birokrasi pendidikan, sekolah, bahkan individu. Oleh karena itu, lahirlah istilah kewirausahaan birokrasi, kewirausahaan sosial, kewirausahaan pendidikan, kewirausahaan sekolah, juga kewirausahaan individu atau sebagai pengusaha.
Secara umum kewirausahaan menjadi bahan kajian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam semua bidang kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melalui pengembangan karakter kewirausahaan tumbuh pelayanan birokrasi yang efisien, lembaga sosial yang sukses beradaptasi untuk menghasilkan prilaku sosial yang sesuai dengan perkembangan kehidupan,  usaha kecil yang sukses penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan pendapatan, dan akhinya sampai pada pengurangan kemiskinan.
Oleh karena itu, kewirausahaan berkembang menjadi prilaku yang selalu terbarukan. Wirausaha sebagai proses kreasi nilai dengan menggunakan sumber daya secara khas untuk mendapatkan peluang memperoleh keuntungan. Sifat pengusaha yang mencolok adalah selalu memperhatikan sumber daya secara unik sehingga tidak menggunakan cara-cara yang konvensional.

Wirausaha Pendidikan
Wirausaha pendidikan pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembangkan prilaku siswa melalui proses, strategi pelayanan untuk menghasilkan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan beradaptasi pada perubahan sosial yang dinamis.
Kewirausahaan sekolah berarti proses untuk mengejar peluang tanpa henti dengan menggunakan strategi yang paling inovatif dalam rangka menghasilkan mutu lulusan yang mendapatkan keuntungan dari investasinya mengeluarkan biaya dengan nilai keutungan yang lebih tinggi daripada biaya yang diinvestasikannya.
Pemikiran itu menggerakan sekolah untuk menerapkan strategi pengelolaan sekolah yang kreatif dan inovatif yang selalu dapat menjawab tantangan masa depan. Dinamika hariannya penuh dengan ide baru, cara-cara kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi diri siswa sehingga menghasilkan prilaku yang produktif untuk bertransformasi pada perkembangan kegiatan ekonomi pada masa depan.
Karakteristik yang dikembangkan dalam system pengelolaan sekolah adalah model pribadi yang selalu bertindak dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan, hidup proaktif, selalu berpandangan positif dalam memanfaatkan sumber daya dan penuh dengan kreativitas.
Untuk mengembangkan karakter seperti itu, maka diperlukan para pemimpin pendidikan dan guru-guru yang selalu menyempurnakan karakternya dalam membaharui sekolah untuk menghasilkan produk lulusan yang mutunya selalu terbaukan.
Untuk menghasilkan produk lulusan yang bermutu, maka diperlukan guru-guru yang kreatif dalam melakukan adopsi dan adaptasi. Semangat berkompetisi merupakan bagian yang tidak terelakan. Juga mengembangkan sikap organisasi yang toleran terhadap ide-ide baru. Proses ini menghendaki adanya dialog yang tiada henti dan berdedikasi untuk mengubah ide-ide besar ke dalam tindakan yang praktis yang dapat menunjang tumbuhnya prilaku yang didikatkan pada kriteria ideal sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Standar Proses dan Produk
Mengembangkan kewirausahaan sekolah kewirausahaan sekolah dalam era penerapan standar idealnya sekolah menetapkan target mutu baik dalam proses maupun hasil yang selalu diperbaharui secara berkelanjutan. Gagasan untuk menerapkan standar dalam pengembangan pendidikan dikemukankan Dr. Cathy Ashmore[3]
Contoh arget mutu pada proses kegiatan kewirausahaan belajar :
  • Meyakini bahwa tiap siswa dapat mengembangkan kompetensi berani menanggung resiko dan berorientasi kuat untuk memperoleh keuntungan.
  • Memperoleh peluang mengembangkan potensi individu melalui kerja sama dalam kelompok.
  • Mengembangkan peluang melalui kegiatan kreatif yang bebas.
  • Mengasah pengetahuan dan keterapilan untuk menjadi yang terbaik.
  • Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh wirausahawan
  • Mengintergasikan level keterampilan menggunakan teknologi dalam keseluruhan level kurikulum
  • Meningkatkan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam inti keterampilan akademis.
  • Mengembangkan belajar dan kemampuan menghasilkan produk belajar yang kontekstual.
  • Mengembangkan keterampilan berwirasaha.
  • Mengembangkan keterampilan yang siap pakai.
  • Mengembangkan keterampilan berwiraswasta.
  • Mengeksplorasi konsep dan proses untuk menjadi wirausahawan.
  • Mengembangkan prilaku ideal melalui pembiasaan yang terus berulang.
  • Mengembangkan cita-cita yang tinggi dan mengubahnya dalam kebiasaan hidup yang kecil-kecil dalam aktivitas sehari-hari.

Model standar hasil yang diharapkan;
  • Memiliki kemampuan mengkomunikasikan pikiran secara sistematis.
  • Memiliki kemampuan untuk menberikan pujian.
  • Memiliki kemampuan untuk bertanya.
  • Memiliki kemampuan untuk mendengarkan pendapat orang.
  • Memiliki keterampilan interpersonal komunikasi.
  • Menguasai komunikasi secara digital.
  • Memiliki keterampilan mengelola uang.
  • Memiliki keterampilan menghasilkan uang.
  • Memiliki keterampilan produk atau layanan

Kurikulum dan Proses Pembelajaran
  • Untuk menghasilkan sumber daya lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan sebagaimana yang diuraikan di atas, maka langkah penting yang perlu sekolah lakukan adalah sebagai berikut:
  • Definisikan dengan jelas karakter kewirausahaan siswa  yang sekolah kehendaki.
  • Petakan relevansi indikator lulusan dengan kebutuhan siswa di masa depan.
  • Tinjau ulang kurikulum yang sekolah gunakan untuk memastikan bahwa di samping mengembangkan dan mengasah pengetahuan sekolah juga mengasah keterampilan siswa sebagai dasar pembentukan kewirausahaan.
  • Tentukan strategi pengembangan kewirausahaan melalui kegiatan dalam kelas dan di luar kelas dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang mungkin.
Monitor pelaksanaan pengembangan dan evaluasi hasilnya sehingga sekolah yakin bahwa program dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan mutu hasil belajar yang member keuntungan yang melebihi investasi yang ditanamkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar