Pada saat kewirausahaan pendidikan
dikembangkan di Indonesia, pikiran banyak pihak langsung terarah pada kegiatan
perekonomian sekolah. Wirausaha pendidikan menggerakan pemikiran bahwa
sekolah harus pandai mendapat peluang ekonomi dalam bentuk keuntungan berupa
uang atau keterampilan untuk memperoleh uang.
Dalam banyak kegiatan pembinaan
kewirausahaan pendidikan, tumbuh pemikiran baru untuk mengembangkan daya
sekolah dalam membangun berkoperasi, beternak, berdagang atau mengembangkan
jasa pelayanan publik atau kegiatan produktif. Sementara itu, banyak yang
melupakan bahwa kegiatan kewirausahaan juga dapat diperluas maknanya. Bagaimana
sekolah menghasilkan prilaku yang memiliki karakter yang kreatif, inovatif, dan
pantang menyerah sehingga berdampak pada pembentukan pribadi yang dinamis
yang siap menyambut masa depan yang serba berubah.
Pemikiran itu mengandung konsekuensi
untuk menempatkan kewirausahaan dalam konteks sosial secara luas. Menerapkan
kewirausahaan pendidikan berarti mengubah paradigma pengelolaan pendidikan dari
lembaga pelayanan layanan edukatif ke penyelenggaraan sekolah sebagai industri
yang menghasilkan produk sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih.
Penyelenggaraan sekolah sebagai investasi proses untuk menghasilkan lulusan
yang bermutu, salah satu indikator mutunya adalah lulusan memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan peroleh pendapatannya yang besar
dari dunia kerja.
Topik pendidikan sebagai industri
sudah menjadi pembahasan dalam konfrensi di Biro Universitas Nasional,
Komite Riset Ekonomi[1] di Inggris sejak beberapa tahun
lalu. Pendidikan sebagai model investasi untuk menghasilkan produk berupa
perilaku siswa dalam bentuk kompetensi yang mengkinkan siswa berwirausaha dalam
hidupnya.
Teori ekonomi mikro mengarahkan
bahwa siswa sebagai calon investor akan mengumpulkan informasi mengenai biaya
investasi, manfaat yang diharapkan (keuntungan berupa uang maupun keuntungan
sosial), dan risiko yang muncul atas berhasil menyelesaikan program ini. Siswa
akan berhasil menyelesaikan studinya jika memperoleh manfaat dari
pendidikan yang diikutinya, siswa juga harus menanggung resiko di antaranya
biaya serta memperoleh keuntungan lebih dari investasi yang ditanamkannya.
Kewirausahaan
Ekonom Joseph Schumpeter (1883-1950)[1]
merumuskan pemikirannya untuk mendorong pengusaha berinovasi dan melakukan
perbaikan dan perubahan. Schumpeter melihat kewirausahaan sebagai kekuatan atau
kreativitas.” Pengusaha selalu mengembangkan ”ide baru,” yang membuat
industri lama usang. Cara-cara lama dihancurkan oleh penciptaan cara-cara baru
dan menghasilkan produk yang lebih baik.
Pengusaha adalah orang yang bersedia
menanggung risiko atas usaha barunya. Yang menjadi perhatian utamanya adalah
mendapatkan kesempatan yang signifikan dalam memperoleh keuntungan. Untuk itu
pengusaha harus menjadi inovator yang memasarkan inovasinya. Pengusaha mengembangkan
cara, pelayanan, pasar, dan barang baru sesuai dengan kebutuhan pasar.[2]
Pakar bisnis Peter Drucker
menggunakan ide seperti itu untuk menggambarkan pengusaha sebagai seseorang
yang benar-benar mencari perubahan, merespon, dan mengeksploitasi perubahan
sebagai sebuah peluang. Kemampuannya melihat perubahan dengan cepat dan
mengokomunikasikan perubahan. Perubahan ini semakin pantastik dengan makin
canggihnya produk industry dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang
menyediakan informasi yang melimpah sebagai sumber informasi.
Kini pengertian kewirausahaan tidak
hanya digunakan dalam bidang ekonomi yang tertuju pada usaha untuk memperoleh
keuntungan financial namun pengertiannya diperluas dalam dalam bidang sosial,
birokrasi pendidikan, sekolah, bahkan individu. Oleh karena itu, lahirlah
istilah kewirausahaan birokrasi, kewirausahaan sosial, kewirausahaan
pendidikan, kewirausahaan sekolah, juga kewirausahaan individu atau sebagai
pengusaha.
Secara umum kewirausahaan menjadi
bahan kajian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja,
meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam semua bidang kehidupan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melalui pengembangan karakter
kewirausahaan tumbuh pelayanan birokrasi yang efisien, lembaga sosial yang
sukses beradaptasi untuk menghasilkan prilaku sosial yang sesuai dengan
perkembangan kehidupan, usaha kecil yang sukses penciptaan lapangan
kerja, pertumbuhan pendapatan, dan akhinya sampai pada pengurangan kemiskinan.
Oleh karena itu, kewirausahaan
berkembang menjadi prilaku yang selalu terbarukan. Wirausaha sebagai proses
kreasi nilai dengan menggunakan sumber daya secara khas untuk mendapatkan
peluang memperoleh keuntungan. Sifat pengusaha yang mencolok adalah selalu
memperhatikan sumber daya secara unik sehingga tidak menggunakan cara-cara yang
konvensional.
Wirausaha Pendidikan
Wirausaha pendidikan pada dasarnya
merupakan upaya untuk mengembangkan prilaku siswa melalui proses, strategi
pelayanan untuk menghasilkan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan
beradaptasi pada perubahan sosial yang dinamis.
Kewirausahaan sekolah berarti proses
untuk mengejar peluang tanpa henti dengan menggunakan strategi yang paling
inovatif dalam rangka menghasilkan mutu lulusan yang mendapatkan keuntungan
dari investasinya mengeluarkan biaya dengan nilai keutungan yang lebih tinggi
daripada biaya yang diinvestasikannya.
Pemikiran itu menggerakan sekolah
untuk menerapkan strategi pengelolaan sekolah yang kreatif dan inovatif yang
selalu dapat menjawab tantangan masa depan. Dinamika hariannya penuh dengan ide
baru, cara-cara kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi diri siswa
sehingga menghasilkan prilaku yang produktif untuk bertransformasi pada
perkembangan kegiatan ekonomi pada masa depan.
Karakteristik yang dikembangkan
dalam system pengelolaan sekolah adalah model pribadi yang selalu bertindak
dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan, hidup proaktif, selalu
berpandangan positif dalam memanfaatkan sumber daya dan penuh dengan
kreativitas.
Untuk mengembangkan karakter seperti
itu, maka diperlukan para pemimpin pendidikan dan guru-guru yang selalu
menyempurnakan karakternya dalam membaharui sekolah untuk menghasilkan produk
lulusan yang mutunya selalu terbaukan.
Untuk menghasilkan produk lulusan
yang bermutu, maka diperlukan guru-guru yang kreatif dalam melakukan adopsi dan
adaptasi. Semangat berkompetisi merupakan bagian yang tidak terelakan. Juga
mengembangkan sikap organisasi yang toleran terhadap ide-ide baru. Proses ini
menghendaki adanya dialog yang tiada henti dan berdedikasi untuk mengubah
ide-ide besar ke dalam tindakan yang praktis yang dapat menunjang tumbuhnya
prilaku yang didikatkan pada kriteria ideal sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Standar Proses dan Produk
Mengembangkan kewirausahaan sekolah
kewirausahaan sekolah dalam era penerapan standar idealnya sekolah menetapkan
target mutu baik dalam proses maupun hasil yang selalu diperbaharui secara
berkelanjutan. Gagasan untuk menerapkan standar dalam pengembangan pendidikan
dikemukankan Dr. Cathy Ashmore[3]
Contoh arget mutu pada proses
kegiatan kewirausahaan belajar :
- Meyakini bahwa tiap siswa dapat
mengembangkan kompetensi berani menanggung resiko dan berorientasi kuat
untuk memperoleh keuntungan.
- Memperoleh peluang
mengembangkan potensi individu melalui kerja sama dalam kelompok.
- Mengembangkan peluang melalui
kegiatan kreatif yang bebas.
- Mengasah pengetahuan dan
keterapilan untuk menjadi yang terbaik.
- Mengidentifikasi pengetahuan
dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh wirausahawan
- Mengintergasikan level
keterampilan menggunakan teknologi dalam keseluruhan level kurikulum
- Meningkatkan kemampuan mengaplikasikan
pengetahuan dalam inti keterampilan akademis.
- Mengembangkan belajar dan
kemampuan menghasilkan produk belajar yang kontekstual.
- Mengembangkan keterampilan
berwirasaha.
- Mengembangkan keterampilan yang
siap pakai.
- Mengembangkan keterampilan berwiraswasta.
- Mengeksplorasi konsep dan
proses untuk menjadi wirausahawan.
- Mengembangkan prilaku ideal
melalui pembiasaan yang terus berulang.
- Mengembangkan cita-cita yang
tinggi dan mengubahnya dalam kebiasaan hidup yang kecil-kecil dalam
aktivitas sehari-hari.
Model standar hasil yang diharapkan;
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan pikiran secara sistematis.
- Memiliki kemampuan untuk
menberikan pujian.
- Memiliki kemampuan untuk
bertanya.
- Memiliki kemampuan untuk
mendengarkan pendapat orang.
- Memiliki keterampilan
interpersonal komunikasi.
- Menguasai komunikasi secara
digital.
- Memiliki keterampilan mengelola
uang.
- Memiliki keterampilan
menghasilkan uang.
- Memiliki keterampilan produk
atau layanan
Kurikulum dan Proses Pembelajaran
- Untuk menghasilkan sumber daya
lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan sebagaimana yang diuraikan di
atas, maka langkah penting yang perlu sekolah lakukan adalah sebagai
berikut:
- Definisikan dengan jelas
karakter kewirausahaan siswa yang sekolah kehendaki.
- Petakan relevansi indikator
lulusan dengan kebutuhan siswa di masa depan.
- Tinjau ulang kurikulum yang
sekolah gunakan untuk memastikan bahwa di samping mengembangkan dan
mengasah pengetahuan sekolah juga mengasah keterampilan siswa sebagai
dasar pembentukan kewirausahaan.
- Tentukan strategi pengembangan
kewirausahaan melalui kegiatan dalam kelas dan di luar kelas dengan
memanfaatkan seluruh sumber daya yang mungkin.
Monitor pelaksanaan pengembangan dan
evaluasi hasilnya sehingga sekolah yakin bahwa program dilaksanakan dengan baik
dan menghasilkan mutu hasil belajar yang member keuntungan yang melebihi
investasi yang ditanamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar