Selasa, 27 September 2011

SEBAB TERJADINYA MUSIBAH DAN CARA PENANGGULANGANNYA



Al-Qur'anul Karim telah menyebutkan beberapa sebab terjadinya musibah, berikut bagaimana Allah menghilangkan musibah tersebut dari para hambaNya. Di antaranya adalah firman Allah,
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada ada diri mereka sendiri." (Al-Anfaal: 53)
"Dan apa saia musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syuuraa: 30)
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena  perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali jalan yang benar)." (Ar-Ruum: 41)
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang ke-padanya melimpah ruah dari  segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebab-kan apa yang selalu mereka perbuat." (An-Nahl: 112)
Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Ia tidak akan menurun-kan bala' dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat, dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah. Lebih-lebih karena jauhnya mereka dari tauhid, serta tersebar luasnya berbagai perbuatan syirik di banyak negara-negara Islam. Hal yang menyebabkan timbulnya banyak fitnah dan ujian. Berbagai musibah itu tidak akan hilang kecuali dengan kembali mentauhidkan Allah, dan menegakkan syari'at-syari'atNya baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
Al-Qur'an juga menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang berdo'a kepada Allah dengan mengesakanNya saat ditimpa musibah dan kesempitan. Tetapi ketika Allah membebaskan mereka dari musibah dan kesempitan tersebut, mereka kembali lagi kepada perbuatan syirik, menyembah dan memohon kepada selain Allah di waktu senang dan lapang. Allah berfirman,
"Maka apabila mereka naik kapal, mereka mendo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepadaNya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (Al-'Ankabuut: 65)
Ironinya, mayoritas umat Islam saat ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan kepada selain Allah, mereka menyeru, "Ya Rasulullah, ya Syaikh Jailani, ya Syaikh Rifa'i, ya Syaikh Marghani, ya Syaikh Badawi, ya Syaikh Arab ... dan sebagainya."
Mereka menyekutukan Allah di masa sempit dan lapang, melanggar firman Allah serta sabda RasulNya.
Sesungguhnya kekalahan umat Islam ketika perang Uhud adalah disebabkan oleh sebagian para pemanah yang tidak menta'ati perintah pemimpin mereka, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam . Anehnya, mereka heran atas kekalahan yang mereka derita. Maka dengan tegas Al-Qur'an menjawab,
"Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." (Al-Imran: 165)
Ketika dalam perang Hunain, sebagian umat Islam berkata, "Kita tak akan terkalahkan oleh pasukan yang berjumlah sedikit." Dan hasil-nya adalah mereka kalah. Allah mencela mereka dalam firmanNya,
"Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikit pun." (At-Taubah: 25)
Umar bin Khaththab menulis surat kepada panglima Sa'ad bin Abi Waqqash di Irak, "Janganlah kalian mengatakan, 'Sesungguhnya musuh kita lebih jahat daripada kita sehingga tak mungkin mereka mengalahkan dan menguasai kita'. Sebab terkadang suatu kaum dikuasai oleh kaum yang lebih jahat dari mereka sebagaimana kaum Bani Israil dikuasai oleh orang-orang kafir Majusi disebabkan oleh perbuatan maksiat mereka. Maka, mohonlah pertolongan kepada Allah atas diri kalian, sebagaimana mohon pertolongan atas musuh-musuh kalian'."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar