APAKAH KITA TIDAK MENYADARINYA?
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..
Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Apakah manusia itu tidak melihat bahwa Kami
menjadikannya dari air mani? Tetapi, lihatlah, dia telah menjadi
pembangkang yang terang-terangan....”. (Yaa Sien ayat 77). Apabila
manusia menyadari ayat ini diharapkan tidak bersikap sombong dengan
kedudukan dan nikmat yang diperolehnya. Namun, kenyataannya kebanyakan
manusia kehilangan sikap keseimbangan, tidak tahu diri, lupa daratan
lupa lautan, malah kadang-kadang membangkang atau ingkar kepada Yang
Menciptakannya, yang telah begitu kasih sayangnya mencurahkan nikmat
yang melimpah ruah kepadanya, baik dalam bentuk kekayaan, kekuasaan,
kesehatan maupun keistimewaan lainnya. Walaupun manusia berasal dari zat
yang kotor, hina dan rendah, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
mengangkatnya ke suatu tempat yang tinggi dan terhormat, menjadi makhluk
sempurna, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dari kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan
yang sempurna” (Al-Isyra’ ayat 70). Salah satu diantara fungsi manusia
adalah sebagai khalifah di muka bumi ini, seperti dinyatakan dalam Surat
Al-An’am ayat 165, “Dan Dia (Allah) yang menjadikan kamu sebagai
Khalifah di muka bumi ini. Sebagian kamu dinaikkan Allah beberapa
tingkatan dari yang lain, karena Allah hendak menguji kamu tentang apa
yang telah dikaruniakan-Nya kepada kamu”.
Khalifah di muka
bumi ini tidak diperkenankan pengertiannya secara harfiah yaitu “wakil
tuhan”, karena pada hakekatnya manusia itu adalah hamba Allah yang
tunduk secara mutlak di bawah lindungan dan kekuasaan-Nya, harus berbuat
dan bertindak menurut keridhoan-Nya. Untuk itu, manusia haruslah
melaksanakan segala sesuatu yang diridhoi Allah, menjalankan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan-Nya,bersikap loyal dan berlaku
patuh. Diceriterakan dalam Al-Qur’an bahwa ketika Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyatakan maksudnya untuk menjadikan manusia memegang kedudukan
sebagai khalifah di muka bumi ini, timbul reaksi dari para malaikat.
Mereka merasa heran, kenapakah manusia yang dipilih Allah Subhanahu wa
Ta’ala, padahal para malaikat lebih berhak, selalu loyal. Namun setelah
dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka para malaikat mengerti
dan memahaminya. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka
untuk bersujud kepada Adam, maka para malaikat mematuhinya, dan yang
membangkang adalah Iblis sehingga mulai saat itulah iblis menjadi musuh
manusia sampai akhir jaman. Iblis merupakan musuh dalam selimut yang
setiap detik mempengaruhi dan menyeret manusia agar melakukan kejahatan
untuk menggagalkan misi manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Tugas dan kewajiban yang terpenting dari seorang khalifah di muka bumi
diantaranya adalah menegakkan kebenaran dan menguasai hawa nafsu. Hal
inilah yang secara khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan kepada
Nabi Daud sebagaimana firman-Nya “Hai Daud, sesungguhnya Kami jadikan
engkau khalifah di muka bumi. Sebab itu, berikanlah keputusan (hukum)
diantara manusia dengan kebenaran dan janganlah engkau memperturutkan
kemauan hawa nafsu, nanti engkau akan disesatkannya dari jalan Allah”
(Shad ayat 26).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar