BABI NGEPET
Babi
ngepet. Salah satu profesi menyimpang dari tatanan agama samawi ini
punya pesan yang merangsang jemariku membuat catatan ini. Profesi ini
membuat seseorang mampu mendapatkan harta dengan memuja jin. Orang yang
sudah buntu pikirannya ini akan berubah menjadi babi jadi-jadian yang
lihai mencuri uang, kemudian hidup dan matinya tergantung lilin yang
dijaga oleh partnernya. Lilin harus tetap menyala. Jika padam, maka
orang yang sedang beroperasi mencuri dengan fisik babi itu akan secara
otomatis menemukan bad ending-nya mati alias koit.
Babi ngepet. Aku
tertarik. Tapi, bukan untuk menjadi seorang babi ngepet, tapi aku
tertarik dengan lilinnya. Hehehe. Kenapa? Karena lilin sangat penting
bagi kehidupan si babi ngepet. Padam lilin, matilah si babi.
Imajinasi nakalku menganalogikan hidup dan mati kita juga bergantung
pada sebuah lilin layaknya si babi ngepet. Padam lilin itu, maka jadilah
kita mayat hidup, bahkan mungkin mayat sungguhan. Hehehe.
Apa lilin
itu? Lilin itu adalah semangat. Adakah dari kita yang mampu survive
mengarungi hidup tanpa semangat? Nihil. Tak satupun kita yang akan
mampu. Hidup punya bergudang-gudang tantangan yang mutlak kita hadapi.
Bagaimana agar semangat tetap hidup? Adalah penting bagi kita agar
tetap memiliki visi yang tetap terjaga visualisasinya dalam hati,
pikiran maupun bentuk-bentuk yang tertangkap oleh mata kita (bisa dalam
bentuk tulisan ataupun gambar).
Namun perlu diketahui, persoalan
baru akan muncul tatkala kita terjebak pada visi yang membuat kita
bingung, resah dan gelisah alias tak tenang. Kondisi seperti ini akan
terjadi jika antara visi dan realita punya gap yang jauh. Contoh,
mungkin saja kita sudah merasa berusaha maksimal namun visi tak kunjung
tergenggam. Kondisi ini akan mudah membuat seseorang menjadi tak
bersemangat. Artinya padamlah lilin itu dan akhirnya innalillahi.
Hehehe.
Padahal, jika mau bijak, visi yang telah ditetapkan tak
sedikitpun bersalah. Yang salah adalah sang perealisasi visi tersebut.
Dia sendiri yang memadamkan lilin semangat, bukan visi. Sang perealisasi
visi lupa bahwa lilin tersebut akan tetap menyala jika dijaga konsisten
oleh tiga partner penjaga lilin yang bernama sabar, syukur, dan
tawakal. Inilah tiga partner penjaga lilin semangat dalam hidup kita.
1. Sabar. Apapun yang terjadi, yakinilah bahwa semua yang terjadi
adalah yang terbaik bagi kita. Yakinilah tak pernah ada buah pahit dari
sabar. Semuanya manis.
2. Syukur. Tak ada rasa berkekurangan jika
syukur tetap memeluk hati. Tak ada keluh kesah. Yang ada hanya ucapan
terimakasih atas segala sesuatu yang terjadi atas kita. Tak ada gelap,
yang ada hanya terang. Tak ada susah, yang ada hanya senang. Tak ada
kegagalan, yang ada hanya proses menuju kesuksesan.
3. Tawakal.
Serahkan segala sesuatunya kepada Allah yang Maha Tunggal dan Maha
Berkuasa. Tugas kita hanyalah berusaha, berusaha, dan berusaha dengan
niat bersih. Dia maha adil. Siang 12 jam, malampun 12 jam. Hasil akan
sebanding dengan usaha. Ini pasti. Yakinilah Dia itu maha pengasih dan
penyayang. Kesal dan berkeluh kesah adalah bentuk sikap yang melecehkan
eksistensi kemahapengasihan dan kemahapenyayangan Nya. Hasil urusan
Allah Yang Maha, berusaha urusan kita. Dijamin pusing, bingung dan resah
jika urusan kita tak kita pikirkan, malahan kita sibuk pikirkan urusan
Allah. Manusia berusaha, Allah memberikan hasil. Jadi, terserah Dia
saja. Dan ingat, Dia itu maha adil lho. Hehehe.
Inilah ketiga
penjaga lilin semangat dalam diri kita untuk menjinakan hidup.
Bervisilah asal hati tetap tenang. Masa depan boleh dipikirkan tapi
jangan dibingungkan. Sesuatu yang benar pasti menenangkan hati. Maka
pilihlah visi yang menenangkan hati.
Kita semua bisa. Yakinlah anda
bisa. Kita semua pasti bisa. Bisa jadi pribadi visioner yang sukses dan
mengagumkan, bisa juga jadi babi ngepet. Tinggal pilih saja siapa
penjaga lilin kita. Kalau penjaganya adalah tiga partner penjaga, maka
kita adalah sang visioner. Kalau penjaganya adalah seorang manusia
biasa, maka kita adalah sang? Tahu kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar