Rabu, 15 Mei 2013

“DULU AKU MENANGIS KARENA SEDIH, SEKARANG AKU MENANGIS KARENA GEMBIRA”, KATA ABU HURAIARAH

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Abu Hurairah sejak kecil bernama Abdusy Syams yang sangat sayang kepada seekor anak kucing betina (dalam bahasa Arabnya disebut Hurairah) sehingga dikenal namanya Abu Hurairah. Setelah masuk Islam, Rosulullah lebih suka memanggilnya Abu Hirr (Abu Hirr artinya penyayang kucing jantan), namun Rosulullah kemudian mengganti namanya menjadi Abdur Rahman.

Abu Hurairah berasal dari suku Daus dan masuk Islam melalui Thufail bin ‘Amir ad-Dausy. Setelah masuk Islam Abu Hurairah menemui Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan tinggal bersama ahli shuffah di beranda Masjid Nabawi. Setiap waktu sholat, Abu Hurairah selalu di belakang Rosulullah dan mendengarkan pelajaran berhari dari Rosulullah. Abu Hurairah mempunyai ibu yang sudah tua dan sangat disayanginya, namun belum masuk Islam dan bahkan mencela Rosulullah sehingga Abu Hurairah sangat sedih dan berkehendak agar ibu yang disayanginya masuk Islam. Abu Hurairah menemui Rosulullah sambil menangis. “Mengapa engkau menangis wahaia Abu Hurairah ?”, sapa Rosulullah. Selanjutnya Abu Hurairah menjelaskan penyebab hatinya galau, sambil meminta Rosulullah mendoakan ibunya agar terbuka hatinya memeluk Islam. Suatu hari, Abu Hurairah menemui ibunya. Sebelum membuka pintu Abu Hurairah mendengar suara gemericik air, kemudian terdengar suara ibunya. “Tunggu di tempatmu Nak”, katanya. Setelah dipersilakan masuk, Abu Hurairah kaget tatkala ibunya langsung menyambut dengan ucapan dua kalimat syahadat. Alangkah bahagianya Abu Hurairah, keinginannya tercapai. Lalu Abu Hurairah segera menemui Rosulullah, “DULU AKU MENANGIS KARENA SEDIH, SEKARANG AKU MENANGIS KARENA GEMBIRA”.

Abu Hurairah sangat menyayangi ibunya, terlebih setelah masuk Islam dan selalu hormat serta berbakti kepada ibunya. Setiap akan pergi meninggalkan rumah, Abu Hurairah berdiri lebih dahulu di depan pintu kamar ibunya mengucapkan salam, “Assalamu’alaiki wa rahmatullah wa barokatuh, ya ummah !”. Ibunya menjawab dengan lembut, “Wa ‘alaikassalam wa rohmatullahi wa barokatuh, ya bunayya”. Kemudian Abu Hurairah mendokakan ibunya, “Rohimikillahu kama robbaytini shoghiro” (semoga Allah mengasihi ibu sebagaimana ibu merawatku waktu kecil). Ibunya membalas doa putranya dengan doa yang tak kalah indah, “Wa rohimakallahu kama barortani kabiro” (semoga Allah mengasihimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku setelah engkau dewasa). Selain itu, Abu Hurairah aktif mengajak orang lain agar memuliakan dan berbuat baik serta menyayangi orang tua. Suatu hari, Abu Hurairah melihat dua orang berjalan bersama, yang satu lebih tua dari lainnya. Abu Hurairah bertanya kepada yang muda, “Siapa orang tua ini ?”. “Bapakku” jawab anak muda itu. Lalu Abu Hurairah menasehatinya, “Janganlah engkau memanggilnya dengan menyebut namanya. Jangan pula berjalan di hadapannya, dan jangan duduk sebelum dia duduk lebih dahulu”.

Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar