Sabtu, 25 Mei 2013
SEORANG SUFI DAN AHLI MAKSIAT
Suatu hari, Ibrahim Bin Adham didatangi oleh Seseorang yang sudah sekian lama hidup dalam Kemaksiatan, sering Mencuri, selalu Menipu, & Tak Pernah bosan Berzina. Orang ini mengadu kepada Ibrahim Bin Adham, " Wahai Tuan Guru, aku seorang Pendosa yang rasanya tak mungkin bisa keluar dari kubangan Maksiat. Tapi, tolong ajari aku seandainya ada cara untuk menghentikan semua perbuatan Tercela ini? " Ibrahim Bin Adham menjawab, " Kalau kamu bisa selalu berpegang pada lima hal ini, niscaya kamu akan terjauhkan dari segala perbuatan Dosa & Maksiat. "
* Pertama, jika kamu masih akan berbuat Dosa & Maksiat, Maka " Usahakanlah agar Allah Jangan Sampai Melihat perbuatanmu itu. " Orang itu terperangah, " Bagaimana mungkin, Tuan Guru, bukankah Allah selalu melihat apa saja yang diperbuat oleh siapapun? Allah Pasti tahu Walaupun perbuatan itu dilakukan dalam Kesendirian, di Kamar yang Gelap, bahkan di Lubang Semut sekalipun. " Wahai Anak Muda, kalau yang melihat perbuatan Dosa & Maksiatmu itu adalah Tetanggamu, Kawan Dekatmu, atau Orang yang kamu Hormati, Apakah kamu akan meneruskan perbuatanmu? Lalu mengapa Terhadap Allah kamu Tidak Malu, sementara Dia melihat apa yang kamu perbuat? " Orang itu lalu Tertunduk & berkata, " katakanlah yang kedua, Tuan Guru! "
* Kedua, jika kamu Masih akan berbuat Dosa & Maksiat, Maka " Jangan Pernah lagi kamu Makan Rezeki Allah. " Pendosa itu kembali Terperangah, " Bagaimana mungkin, Tuan Guru, bukankah semua Rezeki yang ada di sekeliling Manusia adalah dari Allah semata? Bahkan, Air Liur yang ada di Mulut & Tenggorokanku adalah dari Allah jua. " Ibrahim Bin Adham menjawab, " Wahai Anak Muda, masih pantaskah kita Makan Rezeki Allah, Sementara Setiap saat kita Melanggar PerintahNya & Melakukan LaranganNya? Kalau kamu Numpang Makan kepada Seseorang, sementara Setiap Saat kamu Selalu Mengecewakannya & dia Melihat Perbuatanmu, Masihkah kamu Punya Muka untuk Terus Makan darinya?" " Sekali-kali tidak! Katakanlah yang ketiga, Tuan Guru."
* Ketiga, kalau kamu masih akan berbuat Dosa & Maksiat, " Janganlah kamu Tinggal lagi di Bumi Allah. " Orang itu tersentak, " Bukankah semua tempat ini adalah Milik Allah, Tuan Guru? Bahkan, Segenap Planet, Bintang & Langit adalah MilikNya juga? " Ibrahim Bin Adham menjawab, " Kalau kamu Bertamu ke rumah Seseorang, Numpang Makan dari semua Miliknya, Akankah kamu Cukup Tebal Muka untuk Melecehkan Aturan-Aturan Tuan Rumah itu, Sementara dia Selalu Tahu & Melihat apa yang kamu Lakukan? " Orang itu kembali Terdiam, Air Mata Menetes perlahan dari Kelopak Matanya, lalu berkata, " Katakanlah yang keempat, Tuan Guru. "
* Keempat, jika kamu masih akan berbuat Dosa & Maksiat, & Suatu Saat Malaikat Maut datang untuk Mencabut Nyawamu sebelum kamu Bertobat, " Tolaklah ia & Janganlah mau Nyawamu diCabut. " Bagaimana mungkin, Tuan Guru? Bukankah Tak Seorang pun Mampu Menolak Datangnya Malaikat Maut? " Ibrahim Bin Adham menjawab, " Kalau kamu tahu begitu, mengapa masih jua Berbuat Dosa & Maksiat? Tidakkah Terpikir olehmu, jika suatu saat Malaikat Maut itu datang Justru Ketika kamu Sedang Mencuri, Menipu, berZina & Melakukan Dosa lainnya? " Air mata menetes semakin deras dari kelopak mata orang tersebut, kemudian ia berkata, " Wahai Tuan Guru, katakanlah hal yang kelima. "
* Kelima, jika kamu masih akan berbuat Dosa, & Tiba-Tiba Malaikat Maut Mencabut Nyawamu justru ketika sedang Melakukan Dosa, Maka " Janganlah mau kalau nanti Malaikat Malik akan memasukkanmu ke dalam Neraka. Mintalah kepadanya Kesempatan Hidup sekali lagi agar kamu bisa Bertobat & Menambal Dosa-Dosamu itu. " Pemuda itupun berkata, " Bagaimana mungkin Seseorang bisa minta Kesempatan Hidup lagi, Tuan Guru? Bukankah hidup hanya sekali? Ibrahim Bin Adham pun lalu berkata, " Oleh karena Hidup Hanya Sekali Anak Muda, & kita Tak Pernah Tahu kapan Maut akan Menjemput kita, Sementara semua yang telah Diperbuat pasti akan kita Pertanggung-Jawabkan di Akhirat Kelak, apakah kita masih akan Menyia-nyiakan Hidup ini Hanya untuk Menumpuk Dosa & Maksiat? " Pemuda itupun langsung Pucat, & dengan Suara Parau menahan ledakan tangis ia mengiba, " Cukup, Tuan Guru, aku Tak Sanggup lagi Mendengarnya. " Lalu ia pun beranjak Pergi meninggalkan Ibrahim Bin Adham. & sejak saat itu, orang-orang mengenalnya sebagai Seorang Ahli Ibadah yang jauh dari Perbuatan-Perbuatan Tercela.
Semoga Kisah ini dapat menjadi Renungan bagi kita bersama dalam Menapaki setiap Langkah-Langkah kita Selagi Hidup di Dunia. In Shaa' Allah . . Aamiin . . .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar