Senin, 20 Mei 2013

Mengintip Makrifat 12: Kesadaran dari Nafs - Sang Aku yang Selalu Mengaku

Seorang bertanya: Siapakah aku?.

Catatan saat menulis ini:

Tulisan yg dibaca sekali ini adalah tulisan setelah berulang kali gagal,

Ada-ada saja sebab kegagalan, yg pertama gagal menyimpan, komputer crash

Dan yg ditulis hilang, dan berikutnya dan berikutnya sehingga harus break

Hanya sanggup berpuisi saja sebelum akhirnya bisa menulis

Ternyata ketika menulis ini hrs tdk berfikir tetapi menggunakan rasa (aku)

Namun ternyata itu tidak cukup tetapi harus akunya hilang

Yaitu hrs dg niat yg dalam yaitu menyampaikan pesan Sang AKU

Maka aku tdk lg berfikir dan tdk lagi meng “aku” hanya mengetik saja

Setelah itu barulah sanggup menuliskan lagi

Demikian sekedar catatan saja, dan tulisan ini dilanjutkan.


pertanyaan yang sama selalu diulang dan diulang, entah berapa banyak manusia yang bertanya
setiap jiwa selalu ingin bertanya, siapa aku dan untuk apa aku disini, mengapa aku disini, dan bagaimana nanti
sungguh tak pernah lelah jiwa itu bertanya dan bertanya dan bertanya
kepada siapakah jiwa itu bertanya dan dimanakah muara itu berakhir?….

tulisan ini tak hendak untuk menjawab
hanya bercerita dan membuat permisalan, mungkin ada yang bisa memetik hikmah dari cerita itu
…..
1.
Alkisah, ada seratus bayi yang dilahirkan, merekalah jiwa-jiwa yang suci, mereka memiliki aku yang suci
aku yang fitrah dan ayah bundanyalah yang mengenalkan siapa sang bayi itu, diberinya atribut, diberinya pengertian
yang mana aku, dia, mereka, kami, dan ditunjukkan mana yang “milik” ku, mulailah kesadaran itu meng”aku”
ini milikku, itu punyaku, ini rumahku, ini ibuku, bangsaku, negaraku agamaku dan sebagianya
lalu aku-pun mulai merasakan atas milik-nya tersebut, dan akan sedih bila kehilangan milik dan akan senang
ketika mendapatkan milik.
maka orang tuanya atau lingkungan yang membentuk sang “aku”, kesadaran lingkungan inilah sang aku
sedangkan kesadaran sejati, kesadaran saat bayi disebut kesadaran alam (i) atau kesadaran fitrah (alami)
yaitu kesadaran yang satu yang meliputi semuanya
coba ada satu bayi yang menangis maka kesadaran bayi yang lain akan merasakan hal yang sama, itulah fitrah
2.
Alkisah, ada seratus gelas kosong lalu diisi air murni, air jernih, lalu di setiap air dimasukkan sesuatu yang beda,
gelas yang pertama diberi gula, gelas kedua kopi, gelas ketiga garam, gelas keempat diberi asam dan setiap gelas diberikan sejenis, lalu meningkat gelas selanjutnya dua jenis, tiga jenis, dan gelas terakhir diberikan semua jenis
yaitu semua jenis yang membawa rasa
maka seorang yang hanya mencoba satu gelas berisi gula saja akan mengatakan bahwa  air itu manis,
namun tidak demikian halnya bagi yang minum air asin, atau air kopi, karena mereka semua
Maka isi gelas itu adalah rasa dari yg dilarutkan. Orang tdk akan tahu yg melarutkannya itu rasanya seperti apa
Sebelum dia pernah merasakan “yg tanpa rasa” atau yg melarutkan rasa atau yg meliputi rasa atau yg membawa rasa
Air sebelum dicampur rasa adalah air murni, itulah permisalan aku sejati. Aku adalah rasa yg berada di air. Dan aku sejati adalah air yg membawa rasa, yg meliputi rasa. Itulah sekedar permisalan semata.
3.
Kisah yg lain, seorang yg memiliki seratus buah ruangan, lalu setiap ruangan diberi hawa yaitu rasa dan bau,
Ada panas, dingin, segar, dan ada yg bau bunga, bau parfum, dan bau busuk, masing-masing ruang beda.
Bagaimana kita tahu hawa sejati ruang sebelum diberi hawa?. Sebelum ada bebauan. Itulah nafas. Itulah hawa sejati. Itulah permisalan aku sejati.
Hawa napas yang secara otomatis, apakah ada sesuatu yang menarik?
4.
Dikisahkan ada sebuah kamar kosong, berisi cahaya putih sejati (monokromatis).. Ada seratus buah kamar.
Lalu masing-masing kamar diberi warna cahaya beda. Ada yg hanya merah. Hijau. Biru. Jingga. Dan ada yg seluruh warana pelangi. Ada yg diatas warna. Ultra. Asa yg i fra. Ada yg tak tampak. Dan ada yg kombinasi segala warna.
Nah bagaimana mengetahui cahaya murni, ketika seorang selama hidup hanya di kamar berisi cahaya merah saja.
Tentu dia harus pernah melihat begitu banyak kamar yg lain. Bagaimana seorang yg di kamar yg berisi segala warna dan segala cahaya mampu mengenal cahaya sejati, yaitu cahaya di atas cahaya?.
Demikian permisalan bagi yg tertarik saja.
Cahaya tampak dan cahaya tak tampak, apakah tak menarik minat?.
Tanpa adanya cahaya, apakah yang mampu dilihat?. Ada apakah di kegelapan sana?.
5. Demikian pula dimisalkan dengan bunyi.
Ada yg kamar berisi bunyi gamelan terus menerus. Ada kamar dengan musik pop, ada kamar berisi musik klasik. Ada yg berisi musik alam. Dan teruskan membayangkan variasi isi kamar.
Lalu mampukah seorang merasakan yg meliputi bunyi?. Yg membawa bunyi. Yg dengannya bunyi dihantarkan?….
Demikian permisalan demi permisalan diberikan, apakah memudahkan?.
Maka hanya bagi yg tertarik saja tulisan ini memiliki magnet yg mengikat jiwanya
….
….

Membawanya memasuki alam tak bertepi
Maka ketika melihat kupu-kupu
Akan melihat keanggunan dan keindahan kupu-kupu ini
Melihat perjuangan dlm metamorfosa yg luarbiasa
Melihat kekuatan dan semangat perubahan
Melihat kecerdasan yg luar biasa, melihat kreatifitas yg tak tertandingi,
Melihat contoh dan suri tauladan,
Dan aku akan melihat AKU yg juga meliputi kupu-kupu
Demikian pula melihat salju yg kreatif dan indah,
Melihat proses sirkulasi air,
Melihat ikan yg luar biasa di lautan,
Melihat burung yg unik dan cerdas, indah dan hebat,
Melihat langit, melihat bumi
Dan melihat nafs yg begitu anggun, cantik, indah, hebat, luar biasa, dahsyat,
Menakjubkan, cerdas, unik dan hanya satu kata yg tepat, sempurna
Sebuah image ruh aku dari AKU
Sebuah sempurna dari image Sang Maha sempurna
Ketika aku tak mengaku lagi
Ketika aku tak ada mska akan mengenal aku sejati
Dan secara sadar aku dikenalkan kepada AKU
Karena telah tiada aku
..
Dengan sangat sederhana akan yakin ada AKU
Dengan sebuah keyakinan yg teguh
Akulah yg pertama akan berserah diri kepada yang satu AKU
Yg boleh mengAKU
Sedang yg lain ada pinjaman drNya.
Semoga ada hikmah dlm tulisan ini

)*Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar