Rabu, 15 Mei 2013

“JIKA KAMU TIDAK MEMILIKI APA YANG KAMU SUKAI, MAKA SUKAILAH APA YANG KAMU MILIKI SAAT INI”.

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Allah adalah Maha Raja, Maha Suci, Pembawa Keselamatan, Pemelihara keamanan, Pelindung segala sesuatu, Kuasa, Perkasa, Meninggikan diri-Nya sendiri” (Al-Hasyr ayat 23). Coba perhatikan dan dipahami benar-benar makna-makna dari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala serta sifat-sifat-Nya sehingga tersingkap rahasia-rahasianya. Sedangkan mengenai perbuatan-perbuatan Allah kaitkan dengan memahami mengenai kejadian langit dan bumi serta yang lainnya (simak dan amati planet dan bintang, alam semesta simak misteri ilmu astronomi) sehingga dapat mengetahui pembuatnya. Jadi kebesaran-kebesaran atau apa-apa yang dibuat-Nya atau diciptakan-Nya menunjukkan pula kebesaran pembuat-Nya. Maka barangsiapa yang mengenal yang haq, pasti ia dapat mengetahuinya dari segala macam benda yang ada, misalnya bila kita membaca ayat-ayat, yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala “Adakah kamu semua memperhatikan air mani yang kamu tumpahkan? (Waqi’ah ayat 58), “Adakah kamu semua memperhatikan apa-apa yang kamu tanam?” (Waqi’ah ayat 63), “Adakah kamu semua memperhatikan air yang kamu minum?” (Waqi’ah ayat 68) dan “Adakah kamu semua memperhatikan api yang kamu nyalakan?” (Waqi’ah ayat 71).

Di saat membaca ayat-ayat yang sedemikian itu, janganlah kiranya hanya semata-mata tertuju kepada benda-benda mati yang berupa mani, tanaman, air dan api itu saja, tetapi, misalnya dalam hal mani, hendaklah difahami bahwa mani adalah sama halnya dengan air biasa yang terpisah-pisah bagian (atom) nya. Selanjutnya pahamilah, bagaimana sesuatu yang berasal hanya dari mani itu dapat menjadi segumpal darah, daging, tulang, urat, otot, dan bagaimana dapat terciptanya anggauta-anggauta badan yang beraneka ragamnya, ada kepala, tangan, kaki, jantung, hati dan lain-lain (simak isi tubuh manusia dari kepala sampai jutaan sel kecil yang membuat tubuh menjadi hidup). Kemudian dari anggauta tubuh kita, timbullah sifat-sifat yang mulia, dapat mendengar, melihat, memikir dan sebagainya. Juga timbul sifat-sifat yang tercela seperti marah, nafsu (keinginan kesyahwatan), sombong, bodoh, mendustakan, suka menentang sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala “Tidak tahukah manusia itu bahwa Kami menciptakannya dari air mani, tiba-tiba ia adalah seorang yang suka menentang yang nyata?” (Yaasin ayat 77). Dengan demikianlah dapat mengenal siapa diri kita yang dikaitkan dengan makna dari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana ayat tersebut di atas sehingga tersingkap rahasia-rahasianya.
Selain itu, ketika mempelajari ayat-ayat Allah, pandailah memetik i‘tibar dari ayat-ayat itu. Menahan diri jika nafsunya mendorong untuk berkhayal atau keinginan berbuat maksiat. Kemudian, jika teringat akan rahmat dan ampunan Allah, hatinya bersemangat untuk meraihnya. Namun jika teringat akan dosa, segera menyesal dan bertaubat dengan sungguh-sungguh. Berdzikirlah dengan sepenuh hatim yaitu memahami setiap kalimat yang diucapkan dan dalam hatinya terikat kepada Allah, sehingga akhirnya menjadi puas dan lega. Tak henti-hentinya menghitung dosa dan mengoreksi diri. Manakala mengoreksi diri, betapa kecil dan rendah di hadapan Allah, merasa terhina dan tak berarti.

Kadang kita menjadi begitu egois, tak mau memahami kesulitan orang. Kadang kita menjadi begitu keras hati, tak mau memaafkan kesalahan orang. Kadang kita menjadi hilang kesabaran, dan terus menyalahkan orang. Kadang kita begitu kritis untuk mencari kejelekan orang. Kadang kita berpikir, mengapa isteri kita tidak sebijak isteri tetangga...??? Mengapa suami kita tidak secekatan dan sukses seperti teman-temannya...??? Mengapa anak-anak kita tidak pernah juara kelas...??? Mengapa karyawan kita bodoh...??? Mengapa bos kita perhitungan...??? Mengapa orang tua kita cerewet...???. Begitu banyak mengapa dalam hidup kita Begitu banyak orang yang tak bisa kita pahami dan maklumi Mengapa demikian...??? Karena kita hanya berdiri diposisi kita sendiri. Cobalah untuk berdiri diposisi anak-isteri. Cobalah berganti posisi dengan karyawan, bos atau orangtua kita. Cobalah menjadi orang lain, maka kita akan menjadi mudah memahami. Mudah memaklumi dan memaafkan. Janganlah hanya berdiri di posisi sendiri. Berdirilah juga di posisi orang lain Sebuah renungan yang membuatku kembali tersenyum.

Di saat kamu ingin melepaskan seseorang, ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya. Di saat kamu mulai tidak mencintainya, ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya. Di saat kamu mulai bosan dengannya, ingatlah selalu saat terindah bersamanya. Di saat kamu ingin menduakannya, bayangkan jika dia selalu setia. Di saat kamu ingin membohonginya, ingatlah di saat dia jujur padamu. Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu. Jangan sampai di saat dia sudah tidak di sisimu, kamu baru menyadari semua arti dirinya untukmu. Yang indah hanya sementara, yang abadi adalah kenangan. Yang ikhlas hanya dari hati dan yang tulus hanya dari sanubari. Tidak mudah mencari yang hilang, tidak mudah mengejar impian. Namun yang lebih susah mempertahankan yang ada, karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga. Ingatlah pada pepatah, “Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini”. Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif. Hidup bagaikan mimpi, seindah apapun, begitu bangun, semuanya sirna tak berbekas. Rumah mewah bagai istana, harta benda yang tak terhitung, kedudukan, dan jabatan yang luar biasa. Namun ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tak bisa dibawa pergi, sehelai benang pun tak bisa dimiliki. Apalagi yang mau diperebutkan...??? Apalagi yang mau disombongkan...??? Maka jalanilah hidup ini dengan keinsafan nurani. Jangan terlalu perhitungan, jangan hanya mau menang sendiri. Jangan suka menyakiti sesame, apalagi terhadap mereka yang berjasa bagi kita Belajarlah !! Tiada hari tanpa kasih. Selalu berlapang dada dan mengalah. Hidup ceria, bebas leluasa. Tak ada yang tak bisa diikhlaskan, tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan dan tak ada dendam yang tak bisa terhapuskan

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar